
Aku masih ingat betul ketika pertama kali ditugaskan untuk membantu tim penyuluhan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tarakan dalam menjalankan program sosialisasi pajak di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan yang berada di Perbatasan Ujung Utara Indonesia. Rasa antusias dan penasaran bercampur aduk saat itu. Aku tahu bahwa ini bukan tugas biasa, mengingat medan yang akan kami lalui jauh dari kata mudah.
Perjalanan kami dimulai dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Menuju Nunukan, kami harus menempuh perjalanan laut selama tiga jam menggunakan speedboat. Ombak laut yang ganas dan angin kencang menjadi tantangan tersendiri. Saat itu, aku sempat merasa ragu, apakah kami akan selamat sampai tujuan?
Setibanya di Nunukan, kami disambut oleh tim dari Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Nunukan. Mereka menjelaskan bahwa untuk mencapai Pulau Sebatik, kami harus menggunakan perahu kecil. Akhirnya kami menginap dulu semalam di Kabupaten Nunukan dan mempersiapkan perlengkapan untuk perjalan keesokan harinya. Pada pagi hari, perjalanan dari Dermaga Perahu Sei Jepun di Nunukan kami mulai. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 30 menit menyeberangi selat yang menghubungkan antara Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Perjalanan singkat dengan perahu kecil yang disebut "dompeng" ini terasa begitu menyenangkan. Aku bisa melihat pemandangan indah Pulau Sebatik dari atas perahu.
Sesampainya di Dermaga Binalawan yang ada di Sebatik, kami langsung bergegas untuk menemui para peserta penyuluhan, yaitu para pengurus dan guru-guru PAUD yang berada di Pos Pelayanan Pajak Pulau Sebatik. Perjalanan menuju lokasi memakan waktu 55 menit dan ditemani oleh hujan yang amat deras. Jalan yang dilalui berkelok-kelok dan jarak pandang saat itu sangat amat minim. Aku tidak membayangkan biasanya para Account Representative ataupun tim penyuluh harus mendatangi tempat-tempat lain yang bahkan lebih jauh masuk ke dalam Kabupaten Nunukan yang berada di pulau utama Kalimantan yang aksesnya lebih berat dan jauh lebih melelahkan.
Meskipun perjalanan panjang dan bikin capai, semangat kami untuk menyampaikan pesan tentang hak dan kewajiban perpajakan tidak pernah padam. Misi kami di Pulau Sebatik adalah memberikan penyuluhan pajak kepada para pengurus dan guru-guru PAUD. Kami membawa semangat dan tekad untuk membuka wawasan mereka tentang pentingnya pajak dalam membangun bangsa. Kami melihat bagaimana antusiasme para peserta dalam mengikuti kegiatan. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan menunjukkan bahwa mereka ingin memahami kewajiban mereka sebagai warga negara yang taat pajak.
Di tengah penyuluhan, seorang guru PAUD bernama Ibu Nita bertanya, "Apakah tim penyuluh sering melakukan edukasi di daerah terpencil seperti ini?" Pertanyaan itu membuka mataku. Tidak pernah membayangkan bahwa tim penyuluh harus menempuh perjalanan yang begitu panjang dan menantang untuk mengantarkan pesan pajak kepada masyarakat.
"Ya, Bu. Kami selalu berusaha menjangkau masyarakat di berbagai daerah, bahkan di pelosok negeri," jawab Ibu Ririen, Kepala Seksi Pelayanan. "Kami ingin memastikan bahwa semua warga negara, di mana pun mereka berada, memahami pentingnya pajak dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa."
Perkataan Ibu Ririen membuatku bangga dan kagum pada beliau. Dedikasi dan semangat tim penyuluh pajak untuk mencerdaskan bangsa patut diapresiasi. Pengalaman ini menjadi pengingat bagiku bahwa pajak bukan hanya tentang angka dan nominal, tetapi juga tentang rasa cinta tanah air dan komitmen untuk membangun bangsa.
Pengalaman ini mengajariku banyak hal tentang arti perjuangan dan pengabdian. Aku belajar bahwa untuk mencapai tujuan, kita harus berani keluar dari zona nyaman dan siap menghadapi berbagai rintangan. Aku juga belajar bahwa rasa cinta dan dedikasi kepada bangsa dan negara dapat mengantarkan kita untuk mencapai hal-hal yang luar biasa.
Tugas kami di Pulau Sebatik telah berakhir. Sebelum beranjak untuk kembali ke tempat asal, kami menyempatkan untuk mengunjungi batas wilayah Negara Indonesia dan Negara Malaysia. Dan di tempat itulah kami sadar bahwa ada segelintir orang yang kesehariannya lebih dekat dengan negara tetangga daripada di negara sendiri. Namun, untuk mencintai negeri ini, jarak dan rintangan bukanlah suatu masalah yang berarti. Semangat untuk menyebarkan pesan tentang hak dan kewajiban warga negara tidak pernah padam. Aku yakin bahwa perjuangan kami akan terus berlanjut, membawa pesan ke seluruh pelosok negeri, hingga ke ujung-ujung perbatasan wilayah Indonesia
Pewarta: Yuliawati Arieyanto Putri |
Kontributor Foto: Yuliawati Arieyanto Putri |
Editor: Mohamad Ari Purnomo Aji |
*) Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 36 kali dilihat