
Bunga kambodja putih tersemat cantik pada sanggul rambut yang terpasang rendah. Kebaya tunik hitam dengan aksen batik elegan tampak anggun dikenakan. Riasan mata tajam dengan pulasan warna gelap pekat semakin menebalkan karakternya yang kuat.
“Dipancing ora kenek, diobong ora kobong, itu saya.” (baca: dipancing tidak kena, dibakar tidak hangus, itu saya).
Dengan antusias ia mengeluarkan isi tas anyamannya. Menjelaskan satu per satu barang yang biasa dibawanya kemana-mana. Sebuah botol kecap terselip di antara barang-barang esensial lainnya. Matanya berbinar menceritakan sebuah pouch kanvas bertuliskan “Jogja” yang dibelinya seharga 7.000 rupiah. Sungguh kebersahajaan yang memantik dercak kagum siapapun yang mendengarnya.
Dialah Anne Avantie.
Wanita yang akrab disapa Bunda Anne ini dikenal sebagai sosok pesohor sekaligus pebisnis andal. Senantiasa menampilkan citra wanita Indonesia sejati dengan kebaya sebagai ciri khas yang melekat padanya. Tak sekadar perancang busana, ia menjelma menjadi legenda bagi dunia fesyen tanah air. Sebagai seorang desainer adibusana, mahakaryanya telah dikenakan oleh berbagai kalangan, dari public figure, pejabat teras, bahkan presiden. Selama lebih dari 40 tahun ia telah berkarya demi melestarikan warisan tradisi bumi pertiwi. Karya kebayanya juga acap melenggang di aneka panggung peragaan busana di dalam maupun luar negeri.
Di balik karyanya yang bersuara lantang, sosok Anne tetaplah seorang wanita Jawa nan luwes. Enggan menyebut dirinya lemah, namun mengakui bahwa dirinya lembut. “Kalau ada yang bilang Anne Avantie lemah lembut, lembutnya iya, lemahnya enggak. Semua sudah pernah saya rasakan,” ucapnya berseloroh.
Titik Balik
“Dulu sebelum pandemi, butik saya gedhe banget dan pandemi saya habis-habisan. Zero.”
Pandemi telah memukul mundur bisnis yang telah dirintisnya sejak puluhan tahun lalu. Gerainya terpaksa tutup selama kurang-lebih tiga tahun. Ia dituntut berpikir keras, bagaimana cara untuk tetap eksis demi mempertahankan nasib ratusan karyawan loyalnya. Ia pun mulai mengembangkan sayap dengan merambah ke bisnis kuliner. The power of kepepet, sebutnya. Kebetulan Bunda Anne sangat gemar memasak. Tampaknya selain ahli menjahit, ia juga jago beraksi di dapur. “Saya itu setiap hari bangun setengah empat pagi, bahkan sebelum ayam dan pegawai-pegawai saya berkokok, saya sudah bangun terus masak,” kelakar Bunda diselingi tawa.
D’Kambodja the Heritage Resto adalah salah satu hasil buah pikir Bunda Anne. Nama D’kambodja dipilih karena identik dengan hiasan bunga kamboja yang terpasang di rambutnya. Restoran ini menjual aneka masakan tradisional, oleh-oleh dan camilan klasik, serta produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kriya seperti kain batik. D’Kambodja sukses menjadi destinasi pelancong yang berkunjung ke Kota Semarang. Tak hanya wisatawan, para pejabat dan keluarganya juga sering mencicipi hidangan disini. Salah satu pelanggannya adalah Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.
Jiwa seni Bunda Anne dituangkan dalam dekorasi interior restoran yang semarak. Ia juga mengajarkan keramah-tamahan dan pelayanan prima kepada pegawainya dengan terjun langsung melayani konsumen. Semangatnya untuk pengembangan UMKM juga meletup-letup. Ia membangun sudut bertajuk Teras Budaya di area depan restorannya untuk memamerkan produk UMKM hasil kurasi dan binaannya. Para UMKM pun naik kelas dan memperoleh penghasilan yang lebih layak karena produknya dihargai tinggi disini. Tak ketinggalan, Bunda Anne juga kerap memborong kerajinan tangan kipas lipat bambu dari pengrajin di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk dibagikan gratis kepada pengunjung di restorannya. Hal ini dilakukan semata-mata sebagai bentuk terima kasih karena telah meramaikan warung miliknya.
Di tengah kesibukannya mengelola bisnis, Bunda Anne sangat menyukai blusukan, terutama untuk berbelanja barang kerajinan atau sekadar kulineran. Ery, salah seorang asisten kepercayaan Bunda Anne menyebut bahwa Bunda Anne sangat suka jajan kaki lima sambil ngemper (baca: duduk tanpa alas atau kursi). Kegiatan blusukannya ini secara aktif dibagikannya melalui sosial media Instagram @anneavantieheart. Baru-baru ini ia membagikan konten video berbelanja kebaya klasik di Pasar Beringharjo Yogyakarta dan nostalgia makan brambang asem di Solo. Ia pun tak segan mempromosikan usaha kuliner pihak lain yang dikunjunginya meskipun dirinya pribadi berkecimpung di bidang boga.
Akan tetapi, kesuksesan Bunda Anne membangun bisnis kuliner di bawah naungan CV Kambodja Hati bukan tanpa rintangan. Pernah, perasaannya tergores karena sikap pengunjung yang tidak menjunjung adab dan norma. “Tidak peduli siapa pun tamunya, semua harus antri dan menunggu,” ucap Bunda. Karena beragamnya kisah di restorannya, ia menganggap tamu-tamunya sebagai guru yang membuatnya harus selalu belajar. Bunda menyebut, “Tamuku itu guruku. Saya banyak belajar dari D’Kambodja ini.”
Anne dan Pajak
Di dalam sebuah ruangan berpendingin di D’Kambodja, tim Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Semarang Selatan diterima dengan suka cita. Tak kurang dari satu jam ia berbicara berbagai pengalaman dan kisah kehidupan yang tampaknya layak untuk dibukukan.
Bunda Anne bukan sosok asing bagi pajak, pun sebaliknya pajak bukan hal baru bagi Bunda Anne. Secara pribadi, Anne terdaftar di KPP Pratama Semarang Timur, namun CV Kambodja Hati terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan. Siapa sangka, seorang Anne Avantie pun kerap menyambangi KPP tempatnya terdaftar untuk sekadar silaturahmi dengan pimpinan KPP. “Siapa pun kepala kantor pajaknya yang baru, saya pasti datang nomor satu,” candanya.
Sebagai sosok pemerhati UMKM, Bunda Anne juga sering menerima undangan untuk menjadi narasumber dalam kegiatan Business Development Service (BDS) dari KPP lain di luar Semarang. “Kalau mau penyuluhan, ya jangan penyuluhan tok, belilah produknya,” jawab Anne saat menjelaskan alasannya memborong kerajinan tangan kipas bambu hanya untuk dibagikan secara gratis.
Anne mengajarkan betapa penting dan berharganya kemampuan untuk memaafkan dan menaruh rasa percaya. Meskipun pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan dengan oknum di masa lalu, hal tersebut tidak menyurutkan niat dan semangatnya untuk membayar pajak. Pesan Anne, “Jadilah petugas pajak yang ramah, tidak seperti paranormal,” ujarnya tertawa sembari memeragakan gestur menerka-nerka harta wajib pajak.
Kepala KPP Pratama Semarang Selatan Hadi Susilo mengunjungi Anne untuk memberikan penghargaan kepada CV Kambodja Hati. Penghargaan ini sebagai bentuk reward atas kepatuhan dan kontribusi pajak yang telah dibayarkan pada tahun 2023 lalu. Anne tampak meneteskan air mata haru saat menerima piagam penghargaan tersebut. Pasca-berfoto bersama, ia mengungkapkan kebahagiaannya karena kontribusinya telah dihargai. Momen itu pun diunggahnya di media sosial Instagram berpengikut 1,3 juta orang dengan takarir, “Kami bersyukur pada hari ini mendapatkan penghargaan dari kantor pajak. Yang menjadi semangat bagi kami untuk terus berjuang menjadi lebih baik. Terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan. Semoga kami dapat menjadi contoh dan teladan bagi pengusaha yang lain.”
Nilai Kehidupan
Tak gentar dengan aneka tantangan hidup yang menghampiri, Bunda Anne selalu berpegang teguh pada idealisme dan keyakinannya. Baginya, ia telah selesai dengan dirinya sendiri sehingga tidak lagi penting untuk mengais validasi dari orang lain. Asam-garam kehidupan telah dirasakannya, membentuknya menjadi pribadi yang resilien dan tangguh. Saripati hikmah inilah yang membuatnya kaya dengan petuah dan filosofi kehidupan yang selalu dibagikannya kepada siapa saja. Hal ini lantaran ia sangat gemar bercerita. Ia berujar semua tantangan tersebut berasal dari Tuhan dan pasti sepaket dengan jalan keluarnya. Mantra Bunda adalah orang baik akan bertemu dengan orang baik.
Welas asih dan kepedulian yang mandarah daging di diri Bunda Anne juga mendorongnya untuk membuka sekolah khusus anak berkebutuhan khusus di Kota Semarang. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Wisma Kasih Bunda. Pada masa pandemi lalu, Bunda dan tim juga menjahit dan menyumbangkan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis. Kini, sisa masakan di restorannya pun dikemas dengan rapi dan dibagikan ke sejumlah rumah sakit di Kota Semarang untuk dinikmati para tenaga medis dan penjaga pasien.
Di akhir perjumpaan, Bunda Anne memberikan sedikit spoiler tentang perayaan Hari Kebaya Nasional di tanggal 24 Juli 2024 nanti. Bunda didapuk menjadi pembicara sekaligus pembaca narasi yang kelak menjadi legacy dan sejarah negeri.
Dari Anne Avantie, kita belajar bahwa kepedulian untuk bersumbangsih bagi negeri banyak sekali caranya. Tekun dalam berusaha serta bergotong royong membangun negara melalui pajak adalah diantaranya.
Pewarta: Ika Hapsari |
Kontributor Foto: Matlaun Nuril Hudawi |
Editor: Yahya Ponco Aprianto |
*) Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 63 kali dilihat