Yusria Agustina Ayunegara (18), mempersembahkan Tari Lenggang Nyai di hadapan 50 peserta Lokakarya Pengembangan Kompetensi Wirausaha Tuli. Pelajar asal Bogor yang akrab disapa Ayu tersebut mengenakan kebaya berwarna hijau, rok berwarna hitam, mahkota berwarna kuning emas, dan seutas pita merah yang menghiasi sanggulnya.

Acara tersebut berlangsung di Aula Pusat Penelitian dan Pengembangan Profesi Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI) Jakarta Selatan (Rabu, 26/11). Lokakarya ini adalah wujud kolaborasi antara Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Asian Development Bank (ADB) melalui program Business Development Services (BDS) dan Pajak Berisyarat. DJP menggandeng Komisi Nasional Disabilitas sebagai fasilitator.

Lokakarya tersebut melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) disabilitas tuli yang sebagian besar di antaranya adalah perempuan tangguh penggerak ekonomi. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan ratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) mengamanatkan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak penuh atas pekerjaan, kewirausahaan, dan penghidupan yang layak.

Pajak Berisyarat merupakan kegiatan edukasi DJP kepada pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik dan nonfisik (disabilitas). Program yang memperoleh penghargaan Nagara Dana Abyakta bidang Inovasi dari Kementerian Keuangan tahun 2025 ini merupakan bagian dari BDS yang bertujuan membina dan mendorong pengembangan UMKM secara berkesinambungan.

Tepat pukul 08.45 WIB, Ayu naik ke panggung. Alunan musik mengiringi tariannya. Anak bungsu dari empat bersaudara itu meliuk ke kiri dan ke kanan dengan gemulai. Ia melempar senyum, melirik, menekuk lutut, berputar, serta menggerakkan tangan dan lehernya mengikuti irama gambang kromong.

Tari hasil kreasi seniman asal Yogyakarta, Wiwik Widiastuti, memadukan nilai estetika dan moral budaya BetawiTionghoa. Lenggang Nyai berasal dari dua kata. “Lenggang” yang memiliki arti lenggak-lenggok, sedangkan “Nyai” merupakan representasi dari Nyai Dasimah, tokoh perempuan Betawi dalam cerita rakyat.

Gerakan bersedekap menuntaskan lima menit aksi panggung Ayu yang memukau. Penonton serempak menggerakkan kedua telapak tangan ke atas bahu sebagai isyarat bertepuk tangan.

Ayu mempersembahkan Tari Lenggang Nyai yang melambangkan perjuangan perempuan dalam membela hak dan kebebasannya. Ayu berlatih sendiri dengan mengandalkan tayangan video yang diunggah pada salah satu kanal Youtube.

Sorot mata Ati, orang tua Ayu, berbinar-binar saat menceritakan bakat anaknya. “Sejak umur empat tahun, Ayu senang berjoget dan menari. Ayu luwes menari Jaipong. Ayu sering berlatih sendiri,” sebut Ati menjelaskan tari kegemaran anaknya.

Ibu dari empat anak tersebut menceritakan persiapan yang dilakukan oleh anaknya. “Kami berangkat pukul 05.30 WIB dari Parakan, Bogor menggunakan taksi daring,” ungkap Ati menceritakan perjalanan yang mereka tempuh selama 1,5 jam.

“Allah memberikan kelebihan kepada Ayu di tengah keterbatasannya,” dengan nada lirih, Ati menjelaskan kondisi Ayu yang menyandang down syndrome. Ati mengisahkan minat Ayu terhadap menari dan menyanyi yang muncul sejak kecil. “Ayu bahkan pernah mengikuti acara menari se-Indonesia. Acaranya di Makassar beberapa tahun lalu dan mewakili Sanggar BBI dan Linggar Mandiri,” kenang Ati.

 “Saya mendukung dan terus mengarahkan Ayu. Makanya waktu diundang lagi (oleh DJP), saya senang,” jelas Ati dengan antusias. Ayu juga mengungkapkan perasaanya setelah tampil di acara Pajak Berisyarat. “Senang banget,” jawab Ayu singkat.

Inklusivitas Pajak

Deputy Country Director ADB, Renadi Budiman, antusias mengikuti kegiatan. Renadi turut hadir memberikan sambutan. Renadi menyampaikan, ADB baru saja mempublikasikan Country Partnership Strategy 2025-2029.

Kemitraan ADB dengan Indonesia telah berlangsung selama 50 tahun terakhir. ADB mendukung program pemerintah Republik Indonesia (RI) dalam rangka memberikan manfaat kepada masyarakat.

“ADB memberikan pinjaman lunak, grant assistance senilai USD3 miliar. Total selama ini mencapai USD25-30 miliar,” ungkap Renadi kepada awak media. Kerja sama tersebut mencerminkan kebutuhan yang kian mengemuka sebagai negara berpenghasilan menengah dengan fokus pada investasi infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, dan tata kelola ekonomi.

Renadi menambahkan, ADB bekerja sama dengan pemerintah RI dalam mendukung program di sektor energi, water urban development, pendidikan, dan kesehatan. Tujuannya, memajukan sektor penting untuk membangun sektor privat agar berkontribusi dalam pembangunan. “Pemerintah saja tidak cukup, harus mengikutsertakan pihak swasta,” sebut Renadi.

ADB mendukung program Pajak Berisyarat. “Financial inclusion merupakan prioritas bagi ADB, membantu UMKM menjalankan bisnisnya,” jelas Renadi. Ia melanjutkan, ADB mendukung pemerintah untuk memperbaiki kebijakan dalam kemudahan berusaha, misalnya izin, lisensi, modal, dan pendampingan.

“ADB mendukung acara lokakarya ini karena selalu ada gender element, termasuk disability. Semua masyarakat terangkul,” ujar Renadi.

Renadi menjelaskan peran penting ADB dalam mendukung perbaikan kebijakan agar tepat sasaran. Policy based loan yang diinisiasi ADB antara lain berupa dukungan pinjaman untuk memperbaiki kebijakan pemerintah agar lebih tepat sasaran.

“Ada aspek trade dan UMKM, kami review di mana gap-nya. Apakah perlu kebijakan baru yang perlu diterapkan,” ungkap Renadi. Ia menutup, “Kolaborasi antara kementerian dan lembaga perlu diperkuat.”

Pewarta: Didik Yandiawan
Kontributor Foto: Syafa'at Sidiq Ramadhan, Angga Sukma Dhaniswara
Editor: Yacob Yahya

*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.