Green Tax: Mengubah Perilaku Menuju Ekonomi Berkelanjutan

Oleh: Wisnu Saka Saputra, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Isu masalah lingkungan menjadi perhatian penting dunia global saat ini. Saat dunia berjuang untuk menangani kekhawatiran lingkungan yang mendesak, konsep green tax muncul sebagai alat kebijakan yang mulai membooming kembali. Green tax, atau dikenal sebagai pajak lingkungan atau eco-tax, adalah kebijakan pajak fiskal yang diterapkan pada kegiatan masyarakat yang menghasilkan emisi karbon dan berdampak pada lingkungan.
Tujuan dari green tax adalah menciptakan insentif fiskal untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dihasilkan oleh aktivitas ekonomi dan industri. Green tax dirancang untuk memperhitungkan biaya lingkungan yang seringkali tidak tercermin dalam harga pasar dari barang dan layanan. Dengan membebankan pajak tambahan pada aktivitas yang merusak lingkungan, tujuannya adalah untuk memaksa produsen dan konsumen untuk mempertimbangkan biaya lingkungan dalam keputusan mereka.
Biaya merupakan faktor terpenting dalam menyelesaikan masalah lingkungan, di mana dalam ini dikenal dengan the polluter pays principle. Prinsip polluter pays adalah praktik yang diterima secara umum bahwa mereka yang menghasilkan polusi harus menanggung biaya pengelolaannya untuk mencegah kerusakan pada kesehatan manusia atau lingkungan (The London School of Economic and Political Science, 2018).
Sayangnya, kendati prinsip ini sudah diterapkan oleh pemerintah, keadaan lingkungan masih semakin memburuk dari tahun ke tahun sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan tindakan lain yang sangat efektif untuk diterapkan guna mengurangi emisi sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan, terutama perubahan iklim pada saat ini.
Ubah Perilaku
Melalui green tax, pemerintah dapat mendorong inovasi dan pengembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Dengan membuat biaya produksi yang merusak lingkungan lebih mahal, perusahaan diharapkan akan mencari solusi alternatif yang lebih efisien dan berkelanjutan. Pendapatan yang dihasilkan dari green tax dapat dialokasikan kembali untuk mendanai program-program lingkungan. Ini bisa termasuk investasi dalam energi terbarukan, proyek-proyek konservasi, atau program-program perlindungan lingkungan lainnya.
Salah satu aspek fundamental dari green tax adalah kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Dengan meningkatkan biaya barang atau layanan yang berdampak lingkungan tinggi, pajak ini mendorong individu untuk memilih alternatif yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, pajak yang lebih tinggi pada bahan bakar fosil dapat mendorong konsumen untuk beralih ke sumber energi terbarukan atau memilih kendaraan yang lebih efisien, sehingga mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
Baca juga:
Prakarsa Indonesia Hijaukan Bumi Melalui Instrumen Ekonomi
Insentif Pajak untuk Energi Hijau
Landfill Tax: Peran Pajak dalam Mengelola Sampah
Tanpa kehadiran green tax, pemerintah akan sulit melaksanakan kebijakan lingkungan hidup yang ditujukan untuk mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi pencemaran lingkungan hidup. Hingga saat ini, pemerintah hanya mengandalkan mekanisme pengaturan tradisional, seperti izin dan persyaratan penggunaan teknologi lingkungan, untuk menerapkan kebijakan lingkungan.
Denmark menjadi negara yang tertinggi dalam penerimaan pajak dari green tax. Berdasarkan data dari Environmental Performance Index (EPI), tercatat bahwa Denmark merupakan negara terbersih dan paling ramah lingkungan dari 32 indikator dengan skor mencapai 77.9 (EPI, 2022).
Kedua hal ini menunjukkan bahwa keberadaan green tax sangat membantu pemerintah dalam menjalankan kebijakan lingkungan yang diterapkan. Penerapan green tax ini bertujuan untuk pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan/atau perusakannya. Selain hal diatas, terbukti investor cenderung memberikan kepedulian yang besar atau menginvestasikan dananya terhadap perusahaan yang memperhitungkan risiko iklim saat beroperasi.
Tantangan
Kritikus green tax sering menyoroti kekhawatiran tentang dampak ekonomi yang potensial, terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan beberapa industri tertentu. Mereka berpendapat bahwa green tax dapat menyebabkan peningkatan biaya barang dan layanan, yang secara tidak proporsional memengaruhi mereka yang memiliki sumber daya keuangan terbatas.
Untuk mengatasi ini, pembuat kebijakan harus merancang sistem green tax dengan hati-hati, dengan mengintegrasikan langkah-langkah untuk mengurangi dampak regresif. Pengembalian dana subsidi untuk kelompok berpenghasilan rendah atau menginvestasikan pendapatan pajak ke insentif yang ramah lingkungan dapat membantu mengimbangi dampak-dampak ini.
Menerapkan green tax yang efektif memerlukan kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat. Transparansi dalam alokasi pajak dan komunikasi yang jelas tentang manfaat lingkungan yang dimaksud sangat penting untuk mendapatkan dukungan publik. Selain itu, kerjasama internasional penting untuk mencegah bisnis pindah ke wilayah dengan regulasi lingkungan yang tidak ketat, fenomena tersebut dikenal sebagai "carbon leakage."
Beberapa negara telah menerapkan berbagai bentuk green tax dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Sebagai contoh, pajak karbon di Swedia telah secara signifikan mengurangi emisi sembari menghasilkan pendapatan yang digunakan untuk mendanai proyek energi terbarukan. Demikian pula, pajak tempat pembuangan sampah di Inggris telah mendorong pengurangan limbah dan peningkatan tingkat daur ulang.
Namun, keberhasilan green tax bergantung pada integrasinya dalam kerangka kebijakan yang lebih luas yang mencakup langkah-langkah regulasi, subsidi untuk teknologi hijau, dan kampanye kesadaran publik. Menghadapi masa depan, potensi green tax dalam melawan perubahan iklim dan degradasi lingkungan tetap besar.
Dengan menyelaraskan insentif ekonomi dengan tujuan lingkungan, green tax dapat memainkan peran kunci dalam mengarahkan masyarakat menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Namun, keberhasilannya bergantung pada desain yang cermat, implementasi yang efektif, dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa mereka mencapai tujuan lingkungan yang dimaksud tanpa memberatkan populasi rentan atau menghambat pertumbuhan ekonomi.
Green tax juga membantu dalam mencapai target lingkungan karena memungkinkan rumah tangga dan perusahaan bebas untuk memilih respons terbaik dan termurah mereka terhadap pajak, baik itu dengan mengubah perilaku, mencari cara baru dan inovatif dalam memproduksi barang, atau memproduksi produk dengan yang mengonsumsi sesuai dengan lingkungan.
Oleh karena itu, dengan adanya krisis iklim saat ini, dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan dan menerapkan green tax guna menekan dampak perubahan iklim sehingga environmental sustainability dan kesejahteraan ekonomi di Indonesia dapat terwujud pada tahun 2030.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 1359 kali dilihat