Oleh: Devitasari Ratna Septi Aningtiyas, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Apakah Anda mengenal Jalan Ruswo? Saya juga baru pertama kali mendengarnya. Waktu kegiatan aktivitas pagi di kantor beberapa waktu lalu, pemateri memberikan cerita inspiratif tentang asal mula Jalan Ruswo.

Jalan Ruswo merupakan sebuah jalan di daerah Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Apa yang spesial dari jalan tersebut?

Adalah Ibu Kusnah, ia merupakan seorang wanita yang aktif dalam berbagai macam organisasi kepanduan dan perjuangan sejak Indonesia belum merdeka. Kemudian ia menikah dengan Ruswo, sehingga ia menggunakan nama Nyi Kusnah Ruswo Prawiroseno.

Ibu Ruswo, akrabnya ia dipanggil, pada masa agresi militer Belanda II ke Indonesia menjadi pelopor pergerakan kaum wanita di daerah Kota Yogyakarta. Ia menyediakan rumahnya yang terletak di Jalan Yudonegaran (dulu) sebagai dapur umum bagi para tentara dan pejuang Indonesia lainnya.

Kita tahu semua, bahwa masa agresi militer itu merupakan masa yang sangat genting. Ibu kota negara Indonesia pindah ke Kota Yogyakarta sehingga Kota Yogyakarta menjadi lokasi penyerangan mati-matian oleh Belanda. Pasokan makanan pun menipis karena bahan makanan sulit diperoleh.

Setiap hari, wanita yang lahir pada tahun 1905 ini dan para wanita di sekitar rumahnya memasak dan menyediakan makanan secara gratis kepada tentara dan pejuang Indonesia lainnya. Dikisahkan, para tentara dan pejuang Indonesia hilir mudik silih berganti mengambil makanan di rumah Ibu Ruswo.

Tidak hanya memelopori dapur umum, Ibu Ruswo dan suaminya turut membantu pengumpulan informasi kepada pemerintah Indonesia. Suami Ibu Ruswo yang merupakan pegawai kantor pos turut berperan aktif dalam mengirimkan surat-surat penting yang diberikan oleh Jenderal Sudirman kepada Letkol Soeharto kala itu.

Selepas pertempuran berlalu, bertempat di Keraton Yogyakarta, Ibu Ruswo mendapatkan penghargaan Bintang Gerilya oleh Presiden Soekarno. Ibu Ruswo meninggal pada 1960. Nama Ibu Ruswo diabadikan menjadi nama jalan di daerah rumahnya yang dulu dijadikan dapur umum.

Ibu Ruswo merupakan contoh nyata sosok rakyat kecil yang turut serta membantu pemerintah Indonesia untuk memenangkan agresi militer Belanda II. Ibu Ruswo kala itu berani mengoordinasikan para wanita di sekitar rumahnya untuk bahu-membahu mendirikan dapur umum. Padahal, banyak sekali risiko yang harus dihadapi ketika perang. Juga, peran perjuangan wanita kala itu yang masih dapat dihitung dengan jari.

Ibu Ruswo adalah contoh tentang hubungan saling mendukung dalam berkehidupan. Ternyata, hal yang dianggap kecil oleh kita yakni menyediakan makanan bagi orang lain dapat menjadi dukungan yang luar biasa kepada para tentara dan pejuang Indonesia lainnya untuk tetap semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bagaimana kita saat ini?

Peran masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang dapat membantu pembangunan Indonesia. Dalam hal apa pun, setitik bantuan dari masyarakat akan dapat membuat perubahan yang lebih baik bagi Indonesia.

Tentunya, kita pada masa modern dan telah menikmati lebih dari 74 tahun kemerdekaan Indonesia haruslah mampu mewujudkan mimpi-mimpi pendiri bangsa ini.

Hal-hal kecil dapat dilakukan untuk sesuatu yang berdampak besar. Seperti contoh membiasakan diri sendiri untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, berhemat untuk menabung, memperbaiki pola makan untuk menjaga berat badan, dan lain sebagainya.

Untuk Indonesia, apa yang dapat kita lakukan?

Memanfaatkan fasilitas publik yang telah disediakan oleh negara dengan baik dan turut serta merawatnya dapat dilakukan oleh kita sebagai masyarakat. Dan hal lain yang kita dapat lakukan adalah membayar pajak. Kita tidak perlu harus menjadi seorang yang “wah” untuk dapat turut serta membangun negara ini. Melalui pajak, kita semua sudah turut berkontribusi secara langsung.

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang dan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak yang kita bayarkan, berapapun jumlahnya akan dapat membantu kemakmuran negara ini. Apa saja?

Mulai dari untuk pembiayaan pelayanan umum, kegiatan pertahanan, penyelenggaraan ketertiban dan keamanan, ekonomi, perlindungan terhadap lingkungan hidup, penyediaan perumahan dan fasilitas umum, penyediaan fasilitas kesehatan, penyediaan fasilitas pariwisata, peningkatan peyediaan kegiatan keagamaan, penyelenggaraan pendidikan, dan perlindungan sosial.

Bahkan, tidak hanya itu. Pajak juga dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan daerah. Seperti Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus Fisik, Dana Alokasi Khusus Non Fisik, Dana Keistimewaan DIY, Dana Otonomi Khusus, Dana Insentif ke Daerah, dan Dana Desa.

Oleh sebab itu, menjadi wajib pajak yang patuh saja merupakan sebuah dukungan yang luar biasa dalam pembangunan Indonesia. Seperti peribahasa: sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit, sedikit demi sedikit kontribusi wajib pajak kepada negara apabila dikumpulkan akan menjadi banyak.

Dari Ibu Ruswo, kita bisa becermin tentang upaya kecil yang dilakukan dengan dedikasi senantiasa membuahkan hasil yang luar biasa. Kini, Indonesia membutuhkan adiwira-adiwira bangsa, penerus Ibu Ruswo. Cukup menjadi wajib pajak yang patuh. (De)(Rz)

 

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.