APBN Sebagai Senjata Perang Masa Kini

Oleh: Putu Panji Bang Kusuma Jayamahe, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini tidak terlepas dari perjuangan para pahlawan terdahulu melalui berbagai cara berjuang hingga akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945. Untuk menghormati jasa para pahlawan, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan dan diperingati setiap tahunnya.
Adapun pemilihan tanggal 10 November didasarkan pada peristiwa perjuangan masyarakat Surabaya yang dengan gagah berani tanpa rasa gentar dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI dari ultimatum dan serangan tentara Inggris. Kala itu, Inggris yang diboncengi tentara Netherland Indies Civil Administration (NICA) mencoba menduduki dan merebut kembali kemerdekaan Indonesia.
Pemilihan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan tentu melalui berbagai macam pertimbangan. Harapannya dengan pemilihan tanggal tersebut generasi penerus bangsa dapat memiliki jiwa berani dan tidak gentar dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan negara Indonesia.
Penjajahan muncul karena pada dasarnya manusia ditakdirkan memiliki sifat individu yang membuat dirinya ingin lebih kaya, lebih hebat, dan lebih berkuasa daripada manusia lainnya. Hal tersebut menyebabkan pertumpahan darah, penyerangan, peperangan hingga penjajahan antar kelompok, golongan, bangsa bahkan negara sudah terjadi sejak manusia ada di muka bumi ini.
Bangsa Indonesia pun tak luput dari berbagai peperangan dan penjajahan. Beberapa negara Eropa seperti Portugis dan Spanyol mulanya datang ke Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan. Namun seiring berjalannya waktu, konflik pun muncul hingga terjadi penyerangan, peperangan hingga penjajahan.
Tercatat beberapa bangsa pernah datang dan menjajah di Indonesia mulai dari Belanda, Inggris hingga Jepang. Bahkan pasca kemerdekaan pun, pertumpahan darah di berbagai daerah di Indonesia masih terjadi demi menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Peradaban dunia berubah usai Perang Dunia II berakhir. Perubahan itu dimulai ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dibentuk dan didirikan. Badan ini merupakan pengganti Liga Bangsa-Bangsa untuk mencegah terjadinya perang dunia dan konflik antar negara.
Selanjutnya, organisasi yang berdiri pada 24 Oktober 1945 ini menjelma menjadi organisasi internasional yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia dengan cara mendorong berbagai kerja sama internasional. Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota dan hingga saat ini telah terdapat 193 anggota.
Negara anggota tidak diperbolehkan untuk memperluas wilayah negaranya. Setiap bangsa berhak untuk menentukan usahanya sendiri dan punya hak untuk turut serta dalam perdagangan dunia. Negara anggota juga berkewajiban menciptakan perdamaian dunia agar setiap bangsa dapat hidup bebas dari rasa takut dan kemiskinan. Sejak saat itu penjajahan serta peperangan antar bangsa dan negara mulai mereda.
Persaingan Masa Kini
Peperangan dalam hal ini perang fisik memang sudah mulai mereda. Bahkan di era ini, melakukan penyerangan dalam hal perang fisik bukan lagi suatu kebanggaan. Justru sebagian besar masyarakat dunia kini sudah menyatakan diri untuk anti-peperangan.
Namun demikian, sifat manusia sebagai makhluk individu tidak hilang begitu saja. Bangsa dan negara tetap saja bersaing, berkompetisi atau tetap ‘berperang’ namun dengan sarana dan media berbeda.
Perang fisik bukan lagi peperangan yang utama. Dengan globalisasi yang berbasis teknologi dan informasi, seluruh negara di muka bumi ini dapat terhubung dengan mudahnya. Sekat-sekat antar negara pun runtuh. Oleh karenanya, pasar perdagangan dunia semakin besar dan luas sehingga kompetisi perdagangan skala global pun tidak dapat dihindarkan.
Masing-masing negara kemudian saling beradu kebijakan publik dan ekonomi demi memenangkan kompetisi perdagangan global tersebut. Senjatanya tentu ketepatan dan kekuatan kebijakan negara melalui anggaran pendapatan dan belanja masing-masing negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah sarana untuk negara dalam menjalankan berbagai kebijakan yang direncanakan.
APBN kemudian dipadukan dengan kebijakan politik luar dan dalam negeri untuk memperkuat negara dan memenangkan kompetisi perdagangan global. Semakin besar kekuatan dan pengaruh suatu negara terhadap perdagangan global, semakin berkuasa pula negara tersebut terhadap persaingan antar negara.
Masing-masing negara saat ini saling berlomba untuk memenangkan perang dagang skala global yang tercipta. Memanasnya dua negara penguasa perdagangan dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok, menjadi tantangan tersendiri bagi negara lainnya dalam peperangan ini.
Kuat dan tepatnya kebijakan suatu negara, muaranya tentu agar memakmurkan serta mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kesejahteraan rakyat yang tercukupi, berbagai prestasi dan apresiasi pun akan muncul dengan sendirinya. Contohnya dalam gelaran olimpiade, sepuluh besar peringkat akan selalu diisi oleh negara-negara maju yang secara tingkat kesejahteraan rakyatnya sudah cukup tinggi.
Pajak Sebagai Senjata
Bagaimana pun bentuk peperangannya, diperlukan senjata yang dapat digunakan sebagai alat untuk memenangkan peperangan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, senjata dalam perang perdagangan global adalah APBN yang dipadukan dengan kebijakan politik luar dan dalam negeri.
Berbicara tentang APBN tentu tidak bisa dipisahkan dengan amunisi besar yang disebut dengan pajak. Dalam anggaran pendapatan negara, pajak berperan lebih dari 70% dari APBN Indonesia di tahun 2021. Dengan demikian, boleh dikatakan sebagian besar penerimaan negara bergantung dari pajak yang dibayarkan oleh seluruh wajib pajak. Dengan kontribusi pajak yang dibayarkan itu, maka negara dapat menjalankan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan.
Kekuatan NKRI saat ini bergantung pada kualitas wajib pajak yang dipadukan dengan ketepatan kebijakan pemerintah. Dua hal tersebutlah yang akan menjadi senjata utama Indoensia dalam mengarungi kompetisi global.
Selain itu dengan pajak sebagai sumber utama pendapatan, negara dapat menjalankan kebijakannya tanpa harus bergantung pada bantuan pembiayaan utang dari negara lain. Oleh sebab itu, peran wajib pajak menjadi semakin vital dalam mewujudkan kejayaan dan kemandirian bangsa dan negara Indonesia.
Selamat Hari Pahlawan untuk seluruh wajib pajak di Indonesia. Mari bersama-sama kita menangkan peperangan ini.
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 111 kali dilihat