Sudah pukul tiga sore, namun antrean di Loket Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Pos Pelayanan Pajak Berau masih penuh.

Pada antrean nomor 53, seorang wajib pajak menyerahkan berkas permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan juga aktivasi akun PKP yang sudah lengkap beserta lampirannya. Setelah mengukuhkan perusahaan wajib pajak tersebut sebagai PKP, kami menjadwalkan untuk melakukan verifikasi lapangan pada hari Sabtu sebagai tindak lanjut dari permohonannya. Hal ini lantaran kami harus menempuh empat jam perjalanan ke lokasi wajib pajak. Totalnya kira-kira delapan jam perjalanan pulang pergi.

“Pak, nanti kita jadwalkan verifikasi lapangannya hari Sabtu ya, pagi kita berangkat—kira-kira sampai lokasi Bapak siang,” jelasku.

“Siap, Mbak. Nanti kabari saya lagi ya,” jawab sang wajib pajak.

Sebetulnya, ada beberapa alasan mengapa kami menjadwalkan verifikasi lapangan ini pada hari libur. Total perjalanan pulang-pergi ke lokasi usaha wajib pajak memerlukan waktu yang cukup lama yakni delapan jam —sedangkan pada hari kerja, kami harus melayani wajib pajak di Loket TPT dan Konsultasi hingga pukul 16.00 WITA.

Bertugas di pos pelayanan pajak yang berbeda dari lokasi kantor pelayanan pajak memiliki beberapa tantangan tersendiri. Saat ini, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjung Redeb terdiri dari Kabupaten Berau, Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Tana Tidung. Untuk kantornya sendiri berada di Kota Tarakan, yang mana merupakan titik tengah di antara keempat kabupaten tersebut.

Hari Sabtu pun tiba. Aku bersama ketiga temanku berangkat ke lokasi wajib pajak menggunakan mobil pada pukul 07.00 WITA. Kami memutuskan untuk berangkat pagi agar kami tidak pulang terlalu malam mengingat keesokan harinya di hari Minggu kami masih ada verifikasi lapangan lagi.

Di tengah perjalanan, kami harus melewati hutan dan permukiman warga. Jalannya naik-turun. Namun karena sudah diaspal, kami dapat melakukan perjalanan dengan aman dan lancar. Perlu diketahui bahwa jalan yang mulus ini merupakan bukti nyata dari manfaat pajak, lho.

Waktu sudah menunjukan pukul 11.16 WITA. Kami berhasil sampai ke lokasi wajib pajak dengan selamat. Hari itu, kami disambut oleh wajib pajak dengan baik. Melakukan wawancara terkait proses bisnis usaha wajib pajak sambil berkeliling. Setelah berhasil mengumpulkan informasi yang diperlukan dan melakukan dokumentasi, kami pamit untuk pulang.

Tiba-tiba, sang wajib pajak mengulurkan tangan dan menyodorkan tiga amplop putih kepada kami. “Mas, Mbak, maaf ya jauh-jauh ke sini tapi tidak disuguhi makan dan minum. Ini ada sedikit uang buat beli makan dan minum di jalan,” ungkap sang wajib pajak.

“Terima kasih, Pak. Namun tidak perlu, itu sudah tugas kami melakukan verifikasi lapangan,” jawabku sambil tersenyum, berusaha menolak dengan sopan.

“Udah, nggak apa-apa Mas Mbak, sebagai bentuk ucapan terima kasih juga,” jawab sang wajib pajak lagi.

“Tidak, Pak. Kami tidak perlu dibayar lagi untuk menindaklanjuti permohonan ini. Sudah tugas kami. Kami akan bantu sampai selesai sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) dan ketentuan yang berlaku. Terima kasih Pak sebelumnya,” jawab rekan kerjaku.

Ah, ya sudah kalau begitu. Padahal saya cuma mau ngasih per orang satu juta aja lho,” timpal sang wajib pajak sambil tersenyum.

Entah bagaimana, sang wajib pajak menyebutkan isi nominal amplop yang kami tolak tersebut. Meskipun begitu, kami tetap menolaknya dengan sopan.

Kami berpamitan pulang. Setidaknya, ada rasa lega karena kami berhasil menjaga integritas kami dan menolak dengan sopan supaya menjaga perasaan wajib pajak.

Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba saja rekan kerjaku melontarkan sebuah pertanyaan. “Kalian tahu nggak sih kenapa integritas itu mahal?”

“Kenapa?” tanya rekan kerjaku yang lain.

“Karena sangking mahalnya, nggak bisa dinilai pakai angka atau pun nominal. Integritas lebih mahal dari itu semua,” jawabnya.

Pewarta: Dewi Setya Swaranurani
Kontributor Foto: Elisabeth Kezia Siahaan
Editor: 

*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.