Oleh: Eko Priyono, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Pajak selalu menjadi denyut nadi pembangunan Indonesia. Lebih dari 70 persen penerimaan negara dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bersumber dari pajak. Angka itu menunjukkan betapa besar kontribusi masyarakat dalam menopang jalannya pemerintahan, membiayai pembangunan, hingga menyediakan fasilitas publik yang bisa dirasakan semua orang.

Namun, di balik angka-angka itu, masih ada tantangan besar. Banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang belum sepenuhnya memahami arti penting pajak. Sebagian hanya melihat pajak sebagai kewajiban administratif yang harus dipenuhi, bukan sebagai wujud nyata gotong royong modern. Padahal, generasi mudalah yang kelak akan menjadi tulang punggung penerimaan pajak di masa depan.

Kesadaran inilah yang menjadi dasar lahirnya program Pajak Bertutur 2025. Dengan mengusung tema “Generasi Muda Sadar Pajak untuk Indonesia Maju”, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berusaha menanamkan nilai-nilai perpajakan sejak dini. Bukan sekadar ajakan membayar pajak ketika sudah bekerja, melainkan sebuah gerakan untuk membentuk cara pandang generasi muda agar melihat pajak sebagai kontribusi positif terhadap bangsa.

Pendidikan Pajak Sejak Dini, Mengapa Penting?

Kesadaran pajak tidak bisa muncul secara instan. Ia harus ditanamkan sejak seseorang masih kecil, sama seperti nilai kejujuran, tanggung jawab, atau cinta tanah air. Anak-anak yang memahami manfaat pajak sejak dini cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih bertanggung jawab dan patuh terhadap kewajiban perpajakan.

Mengenalkan pajak pada anak bukan berarti membebani mereka dengan istilah teknis atau aturan yang rumit. Pendidikan pajak bisa dilakukan melalui cerita, pengalaman sehari-hari, hingga contoh nyata. Misalnya, guru menjelaskan bahwa sekolah tempat anak-anak belajar, jalan yang mereka lalui, atau rumah sakit tempat berobat adalah hasil dari dana pajak. Cara sederhana ini membentuk pemahaman bahwa pajak bukanlah beban, melainkan wujud gotong royong untuk kebaikan bersama.

Kesadaran seperti ini merupakan investasi penting. Sama seperti menanam benih yang baru akan berbuah di masa depan, pendidikan pajak sejak dini akan menciptakan generasi yang sadar, peduli, dan siap berkontribusi bagi negara ketika dewasa.

Pendidikan Anak, Fondasi Pajak di Masa Depan

Masa depan perpajakan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana generasi muda dididik hari ini. Anak-anak yang terbiasa mendengar bahwa pajak adalah sumber pembangunan akan lebih mudah memahami perannya ketika sudah memiliki penghasilan sendiri.

Lebih jauh, pendidikan pajak juga menumbuhkan sikap kritis. Mereka tidak hanya akan taat membayar pajak, tetapi juga peduli pada bagaimana pajak dikelola. Generasi yang kritis akan menuntut transparansi, akuntabilitas, serta memastikan dana pajak benar-benar kembali ke masyarakat dalam bentuk pembangunan.

Di tengah tantangan global seperti penghindaran pajak dan ketidakpatuhan, sikap ini sangat penting. Pajak Bertutur 2025 menjadi upaya membekali generasi penerus agar mampu melihat pajak sebagai investasi kolektif, bukan sekadar kewajiban individu.

Pajak dalam Bingkai Pendidikan Kewarganegaraan

Edukasi pajak sesungguhnya sejalan dengan pendidikan kewarganegaraan. Sama seperti ketika anak-anak belajar tentang demokrasi, persatuan, atau tanggung jawab sosial, kesadaran pajak juga merupakan bagian dari upaya membentuk karakter warga negara yang baik.

Pajak adalah sarana untuk membiayai pendidikan, kesehatan, transportasi, dan kebutuhan publik lainnya. Ketika anak-anak diajak memahami hal ini, mereka tidak hanya belajar tentang angka dan administrasi, tetapi juga tentang kepedulian sosial, solidaritas, dan rasa memiliki terhadap bangsa.

Program Pajak Bertutur memperkuat hal tersebut. Melalui kegiatan edukatif, anak-anak dilatih melihat pajak sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka diajak berpikir bahwa membayar pajak sama artinya dengan menjaga kelangsungan fasilitas yang mereka gunakan, sekaligus mewujudkan cita-cita bangsa untuk menjadi lebih maju.

Peran Orang Tua dan Sekolah

Kesadaran pajak tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Peran orang tua dan sekolah justru lebih dekat dengan anak-anak dan karenanya menjadi penentu penting.

Orang tua adalah teladan pertama. Cara sederhana seperti menjelaskan mengapa harus membayar pajak atau menunjukkan bukti kepatuhan pajak dapat menjadi contoh nyata bagi anak. Ketika anak melihat orang tuanya taat pajak, mereka akan menginternalisasi nilai itu sejak dini.

Sekolah pun memegang peranan penting. Dengan kurikulum yang tepat, guru dapat menyisipkan pembahasan tentang pajak ke dalam pelajaran kewarganegaraan, ekonomi, atau sosial. Modul ajar yang disiapkan DJP dalam rangka Pajak Bertutur 2025 menjadi sarana yang dapat membantu guru dalam memberikan materi yang menarik dan relevan.

Kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah akan memperkuat pemahaman anak. Dengan demikian, kesadaran pajak tidak hanya hadir dalam acara tahunan, tetapi benar-benar menjadi bagian dari proses pendidikan sehari-hari.

Harapan dan Masa Depan

Membangun kesadaran pajak di kalangan generasi muda adalah pekerjaan panjang. Hasilnya mungkin tidak langsung terlihat. Namun, dalam jangka waktu 10–20 tahun, Indonesia akan memetik buahnya. Generasi yang saat ini sedang duduk di bangku sekolah dasar dan menengah suatu hari akan menjadi tulang punggung penerimaan pajak negara.

Ketika mereka tumbuh dengan kesadaran bahwa pajak adalah bagian dari kontribusi terhadap bangsa, maka Indonesia akan memiliki basis penerimaan yang lebih kuat, stabil, dan berkelanjutan. Lebih dari itu, generasi ini akan menjadi masyarakat yang kritis, yang tidak hanya membayar pajak, tetapi juga memastikan penggunaannya benar-benar kembali untuk kepentingan rakyat.

Dalam konteks pembangunan nasional, hal ini sangat krusial. Indonesia membutuhkan bukan hanya penerimaan pajak yang optimal, tetapi juga warga negara yang aktif mengawal jalannya pemerintahan. Dengan demikian, pajak menjadi instrumen kesejahteraan sekaligus pengikat antara negara dan rakyatnya.

Penutup

Pajak Bertutur 2025 adalah langkah nyata pemerintah untuk menyiapkan masa depan perpajakan Indonesia. Dengan menanamkan kesadaran sejak dini, DJP tidak hanya membangun generasi pembayar pajak, tetapi juga generasi yang kritis, peduli, dan cinta tanah air.

Kesadaran pajak bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Ia harus tumbuh dari pemahaman, pengalaman, dan pendidikan. Karena itu, edukasi pajak yang dikemas secara sederhana, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan anak-anak adalah kunci untuk membuka pintu kesadaran tersebut.

Generasi muda sadar pajak adalah modal utama bagi Indonesia untuk melangkah menuju masa depan yang lebih adil, makmur, dan berkelanjutan. Dengan mereka, pajak bukan lagi dipandang sebagai beban, tetapi sebagai kontribusi nyata untuk mewujudkan Indonesia maju. Pajak Tumbuh, Indonesia Tangguh!

*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.