IHSG Melemah, Penerimaan Pajak Ikut Lesu?

Oleh: Hepi Cahyadi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Bagaimana kabar portofoliomu? “Merah menyala,” jawab singkat seorang kawan. Bulan Maret 2025 mengalami tren harga saham lesu cenderung melemah. Saham blue chip semisal Bank Central Asia dengan kode BBCA melorot yang signifikan. Selama kurun enam bulan terakhir harga saham BBCA mengalami tren penurunan -22,04% per tanggal 20 Maret 2025, saat ini per Maret 2025 harganya Rp8.400 turun -2.375,00 dari harga 6 bulan lalu. Saham blue chip perbankan lainnya juga mengalami hal serupa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indikator penting yang mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya di pasar modal. Grafik IHSG mengindikasikan kinerja emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sering digunakan oleh investor untuk mengukur potensi keuntungan maupun risiko di pasar saham. Namun demikian, seperti halnya indikator ekonomi lainnya, tren pergerakan IHSG tidak selalu bergerak sesuai harapan. Sentimen negatif dari dalam maupun luar negeri dapat mempengaruhi pelemahan IHSG, yang akan berdampak signifikan terhadap berbagai sektor ekonomi, termasuk penerimaan pajak negara.
IHSG sering kali menjadi parameter untuk mengukur keadaan perekonomian Indonesia secara umum. Ketika IHSG mengalami kenaikan, biasanya itu mengindikasikan bahwa ekonomi dalam keadaan baik, investor merasa optimis, dan ada aliran penanaman modal yang masuk. Sebaliknya, ketika IHSG melemah, ini sering kali menunjukkan ketidakpastian ekonomi, kekhawatiran investor, kondisi global tidak stabil, kawasan geopolitik memanas, atau situasi pasar yang kurang mendukung. Meskipun IHSG tidak dapat sepenuhnya mencerminkan kondisi perekonomian nasional, pergerakan indeks ini memberikan gambaran atau sebuah notifikasi mengenai sentimen pasar, yang pada gilirannya dapat memengaruhi banyak aspek dalam perekonomian, termasuk penerimaan pajak negara.
Salah satu komponen utama dalam sektor pasar modal adalah pajak penghasilan (PPh) yang dikenakan atas dividen yang diterima oleh para pemegang saham. Subjek pajaknya adalah individu atau badan usaha yang berinvestasi di pasar modal. Mereka turut berkontribusi pada pendapatan negara. Selain itu, pajak atas transaksi jual beli saham, yang biasa dikenal sebagai pajak atas transaksi saham atau PPh final, turut menyumbang signifikan terhadap kas negara. Setiap kali investor membeli atau menjual saham, terdapat pajak yang dikenakan sebagai bagian dari proses transaksi, yang nilainya bergantung pada frekuensi dan volume perdagangan saham tersebut.
Baca juga:
IPO dan Insentif Pajak: Pendorong Akumulasi Modal dan Pertumbuhan Ekonomi
Dividen, Hari Raya, dan Coretax
Namun, hubungan antara pergerakan grafik IHSG dan penerimaan pajak tidaklah selalu linear seiring sejalan atau mudah diprediksi. Pasar saham bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi global, kebijakan moneter, atau sentiment negatif atau positif pasar yang berubah-ubah. Ketika pasar sedang mengalami pergerakan fluktuasi atau penurunan, penerimaan pajak dari sektor ini juga bisa terkendala. Sebaliknya, di saat pasar saham sedang dalam tren naik, penerimaan pajak bisa mencapai angka yang signifikan dan menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang cukup penting bagi pemerintah. Selain pajak yang langsung terkait dengan transaksi saham, ada juga pajak-pajak lainnya yang berhubungan dengan sektor pasar modal, seperti pajak atas keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham atau keuntungan modal (capital gain). Dengan demikian, sektor pasar modal bukan hanya memberikan dampak langsung pada perekonomian, tetapi juga memberikan kontribusi tak terhingga terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan negara.
Transaksi jual beli saham yang biasanya juga dikenakan pajak akan cenderung menurun ketika IHSG melemah. Penurunan transaksi ini dapat terjadi karena investor merasa enggan untuk berinvestasi di pasar saham yang sedang mengalami penurunan, sehingga volume transaksi di pasar saham berkurang. Akibatnya, pendapatan negara dari pajak transaksi saham, seperti PPh atas penjualan saham (PPh final), juga akan menurun. Ketika IHSG mengalami penurunan signifikan, hal ini bisa memengaruhi kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, untuk berinvestasi di Indonesia. Ketika investor merasa pasar saham Indonesia kurang menarik, mereka cenderung menarik investasinya atau mengurangi volume transaksi mereka. Penurunan tingkat investasi ini pada akhirnya dapat mengurangi basis pajak yang diperoleh pemerintah, baik dari pajak perusahaan maupun pajak pribadi yang terkait dengan penghasilan investasi.
Melemahnya IHSG sering kali mencerminkan kondisi yang kurang baik di perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa saham. Perusahaan yang mengalami kerugian atau penurunan laba besar dapat berujung pada pengurangan tenaga kerja, penurunan upah, atau bahkan kebangkrutan. Kondisi ini dapat menurunkan pendapatan dari pajak penghasilan (PPh) karyawan pasal 21 dan PPh badan perusahaan. Dengan semakin sedikitnya lapangan pekerjaan, pendapatan negara dari PPh karyawan pun berpotensi berkurang. Pasar modal di Indonesia juga memiliki dampak besar terhadap sektor-sektor lain yang bergantung pada pembiayaan melalui bursa saham, seperti sektor properti dan infrastruktur.
Ketika IHSG kurang darah, perusahaan-perusahaan yang mengandalkan pembiayaan melalui penerbitan saham atau obligasi akan kesulitan mendapatkan pendanaan dengan biaya yang wajar. Kondisi ini dapat memperlambat pertumbuhan di sektor-sektor tersebut dan mengurangi kegiatan ekonomi yang pada akhirnya memengaruhi penerimaan pajak dari sektor lainnya. Melemahnya IHSG juga dapat berdampak pada lesunya daya beli masyarakat. Ketika pasar saham tertekan, banyak investor yang merasa rugi dan berkurangnya nilai investasi mereka, yang dapat berimbas pada pengurangan konsumsi. Hal ini terjadi karena investor atau masyarakat yang merasa terpuruk secara finansial cenderung mengurangi pengeluaran konsumsi mereka. Penurunan konsumsi ini dapat mengurangi penerimaan pajak dari sektor pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak konsumsi lainnya seperti pajak restoran.
Melemahnya IHSG dapat membawa dampak yang cukup besar terhadap penerimaan pajak negara, terutama yang terkait dengan sektor pasar modal. Penurunan nilai saham dapat mengurangi transaksi saham, penghasilan dividen, capital gain dan mengurangi investasi domestik maupun luar negeri. Dampaknya, penerimaan pajak yang berasal dari transaksi saham, dividen, dan pajak perusahaan serta penghasilan individu dapat menurun. Selain itu, dampak negatif pada sektor-sektor lain yang bergantung pada pasar modal juga turut mengurangi potensi pendapatan negara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk mengawasi pergerakan pasar saham dan menciptakan kebijakan yang dapat menjaga kestabilan pasar modal demi memastikan penerimaan pajak yang optimal bagi negara.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 211 kali dilihat