Putra Dompu Optimis Bicara Pajak

Oleh: Edmalia Rohmani, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Generasi langgas adalah sebutan Yoris Sebastian, penulis buku laris "Generasi Langgas", bagi mereka yang lahir di era 1980-2000. Generasi ini seringkali mendapat cap negatif sebagai generasi yang berpola pikir instan, tidak teguh pendirian, terlalu mudah dipengaruhi budaya asing, dan kurang punya kepekaan sosial.
Menariknya, di dalam buku ini Yoris Sebastian dan tim penulis justru mengetengahkan fakta yang berbeda dari hasil riset di lima kota besar Indonesia. Generasi yang akan mencapai usia produktif di tahun 2020-2030 ini justru mempunyai ciri-ciri positif seperti percaya diri, mempunyai semangat kolektif, berpikir secara retrospektif, berparadigma terbuka, melek teknologi, dekat dengan keluarga, berbasis komunitas, dan pandai mengolah tren dari luar untuk disesuaikan dengan budaya sendiri.
Kriteria ini seakan terpenuhi dalam diri Muhammad Fadhilah. Putra asli Dompu yang lahir 2 Januari 1998 ini seakan mengafirmasi gagasan tentang nilai positif generasi milenial. Ia adalah perwakilan dari Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia (STPI) dalam lokakarya menulis pajak yang diadakan CITA (Center for Indonesia Taxation Analysis) di Jakarta 19 Juli 2018 lalu.
Sosoknya mencuri perhatian sebab semangat yang berapi-api ketika bertanya bagaimana metode menulis yang baik untuk menyebarkan informasi tentang program Ditjen Pajak, termasuk program Inklusi Kesadaran Pajak. Dalam forum itu pula ia mengisahkan usahanya untuk menulis buku tentang pajak. Sungguh sebuah ikhtiar luar biasa dalam mengisi masa muda.
Rasa ketertarikannya pada pajak dimulai sejak jadi mahasiswa. Ia ingat betul saat acara Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun 2016, Kepala KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Inge Diana Rismawanti memberikan materi perkenalan awal tentang pajak di kampusnya.
Kala itu pidato Inge sangat berkesan ketika mengatakan bahwa lebih dari 80% penerimaan negara berasal dari pajak. Ia menyadari bahwa pajak adalah tulang punggung negeri. Sejak itu ia berkomitmen untuk terus menekuni ilmunya agar kelak dapat berkontribusi dalam meningkatkan penerimaan negara untuk pembangunan nasional.
Bagi pemuda yang akrab dipanggil Bang Fadhil ini, menulis pajak bukan hal yang asing. Tema ini selalu menarik untuk ditulis bukan semata-mata tuntutan tugas kuliah, melainkan karena ia bertekad untuk menginformasikan tentang manfaat pajak kepada khalayak.
Beberapa bulan lalu, ia sempat menjadi finalis Lomba Menulis Artikel Pajak Mahasiwa yang diadakan oleh Dani Darussalam Tax Center News dan International Finance Corporation. Meskipun belum menjadi pemenang, tapi ia tidak kecil hati. Ia berpandangan positif setidaknya pernah berjuang dan melakukan sesuatu.
Menulis tentang pajak adalah upayanya untuk ikut menyukseskan Gerakan Literasi Nasional dan juga Inklusi Kesadaran Pajak dalam dunia pendidikan. Menurutnya, program inklusi ini sangat bagus dan harus terus digaungkan di seluruh Indonesia.
Mahasiswa semester empat ini pun antusias ketika diminta memberikan saran terkait strategi yang harus dilakukan oleh Ditjen Pajak terkait program inklusi. Menurutnya, dengan memasukkan nilai kesadaran pajak selaras dengan implementasi pendidikan karakter di sekolah akan mengakselerasi keberhasilannya. Baginya, ini adalah hal mendasar dalam memberikan pemahaman akan arti penting pajak bagi pembangunan nasional.
Selanjutnya, menurutnya Ditjen Pajak juga harus memberikan informasi yang benar tentang penggunaan pajak dan manfaatnya karena akan menimbulkan kesadaran untuk membayar pajak. Sebab targetnya adalah generasi muda penerus masa depan bangsa dan calon wajib pajak, ia mengimbau agar informasi diberikan dengan bahasa dan metode bergaya kekinian agar tidak kaku dan tepat sasaran.
Di era reformasi perpajakan jilid ketiga ini, ia menilai performa petugas pajak sudah semakin baik. Dari segi pelayanan kepada wajib pajak maupun sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan dengan sebaik-baiknya. Hal itu harus dipertahankan dan terus-menerus ditingkatkan.
Ditjen Pajak harus mampu menjaga amanat seluruh rakyat Indonesia dalam menghimpun pajak negara, untuk kemudian dikelola dengan baik oleh para pemangku kepentingan serta digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam memajukan dunia perpajakan Indonesia, dia punya beberapa proyek besar yang ingin dilakukannya.
"Berhubung saya adalah kids zaman now, saya ingin memberikan sosialiasi serta edukasi tentang pajak kepada generasi muda supaya mereka paham akan arti penting pajak, dan akhirnya tumbuh kesadaran untuk membayar pajak. Sebab, apabila edukasi tentang pajak diberikan sejak dini, maka akan lebih mudah memengaruhi pemikiran seseorang sehingga akan muncul ketaatan untuk mematuhi aturan tentang pajak.
Selanjutnya saya ingin berperan sebagai agen informasi pajak. Sebagai mahasiswa akuntansi perpajakan, saya dan rekan-rekan lainnya harus mampu memberikan informasi yang baik dan benar kepada masyarakat tentang pajak. Gerakan yang dimulai dari kalangan akademisi diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat dari enggan membayar pajak menjadi bangga bayar pajak."
Menurutnya, dalam memajukan dunia perpajakan di Indonesia, pemerintah harus mulai dari bawah. Yaitu optimalisasi penerimaan pajak di setiap daerah dan pengelolaan hasil penerimaan perpajakan yang merata sehingga dirasakan oleh semua warga negara hingga pelosok daerah terpencil. Dengan dirasakannya manfaat pajak oleh seluruh rakyat Indonesia, kepercayaan mereka akan tumbuh dan kesadaran untuk taat pajak akan bangkit.
"Sebenarnya ini bukan melulu proyek pribadi, tapi niat ikhlas dari lubuk hati terdalam saya demi mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah cita-cita besar yang tertanam di sanubari saya sebagai seorang anak kampung dari Timur Indonesia yang ingin melihat Indonesia baru yang lebih sejahtera. Insya Allah, saya yakin suatu saat nanti pasti akan terwujud," tambahnya optimis.
Dalam peringatan Hari Pajak lalu, ia ingin menyampaikan pesan kepada seluruh rakyat Indonesia agar senantiasa bersatu bahu-membahu dalam menjaga pajak sebagai amanat negara. Sungguh semangat yang luar biasa dari seorang pemuda generasi milenial.
Menjadi generasi langgas yang cerdas dan bebas berekspresi, sekaligus optimis menatap masa depan seakan meniupkan ruh baru bagi bangsa yang sebagian besarnya masih berjuang menghadapi pesimisme tanpa dasar.
Sosok Bang Fadhil seakan melantangkan kembali isi pidato Bung Karno dalam salah satu paragraf Indonesia Menggugat, "Memang tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, Ibu Indonesia, adalah mengharap dari semua putra-putra dan putri-putrinya pengabdian yang demikian itu, penyerahan jiwa-raga yang tiada batas, pengorbanan diri walau yang sepahit-pahitnya pun kalau perlu, dengan hati yang suci dan hati yang ikhlas. Putra-putra dan putri-putri Indonesia haruslah merasa sayang, bahwa mereka untuk pengabdian ini, masing-masing hanya bisa menyerahkan satu badan saja, satu roh saja, satu nyawa saja, –dan tidak lebih." (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi di mana penulis bekerja.
- 455 kali dilihat