Situasi Sulit Jadikan DJP Kreatif

Oleh: I Gusti Ngurah Surya Jelantik, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Virus Covid-19 yang menyerang dunia beberapa bulan terakhir memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Virus yang menyebar sangat masif ini memaksa masyarakat untuk membatasi kegiatan mereka di luar rumah. Masyarakat harus melaksanakan protokol-protokol kesehatan demi keselamatan bersama.
Meskipun dalam masa pandemi, berbagai acara peringatan tetap diselenggarakan tahun ini salah satunya adalah Peringatan Hari Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal ini sebagai institusi perpajakan di Indonesia menetapkan 14 Juli 1945 sebagai Hari Pajak yang diperingati di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-313/PJ/2017 tentang Penetapan Hari Pajak. Adapun latar belakang ditetapkannya Hari Pajak adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa, menguatkan jati diri organisasi DJP, serta memotivasi pengabdian para pegawai DJP.
Hari Pajak di tengah pandemi, berbeda tanpa mengurangi makna
Pandemi menyebabkan terbatasnya ruang dan kegiatan sosial masyarakat. Masyarakat selalu dihimbau untuk menjaga jarak (physical distancing) dan menghindari berkumpul dalam keramaian (social distancing) demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Penyelenggaraan Hari Pajak tahun ini pun juga harus memperhatikan protokol-protokol kesehatan, sehingga kegiatan hari pajak dilakukan dalam bentuk kegiatan yang menghindari kontak fisik dalam keramaian. Meskipun diperingati dengan cara sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, namun tidak mengurangi makna dan kemeriahan peringatan Hari Pajak tahun ini.
Pemanfaatan media daring adalah salah satu cara kreatif DJP dalam menyiasati kondisi pandemi untuk tetap dapat melaksanakan berbagai kegiatan Hari Pajak, misalnya dalam penyelenggaraan kegiatan Pajak Bertutur yang merupakan rangkaian kegiatan Hari Pajak. Apabila melihat penyelenggaraan tahun lalu, Pajak Bertutur diadakan dengan mendatangi langsung beberapa sekolah untuk melakukan sosialisasi pajak terhadap para pelajar, namun tahun ini dilakukan secara daring dengan memanfaatkan aplikasi komunikasi video. Kemudian kegiatan Tax Factor pun juga dilaksanakan dengan memanfaatkan media sosial, dimana peserta mengunggah hasil karya mereka melalui aplikasi berbagi video.
Hari Pajak tahun ini mengambil tema “Bangkit Bersama Pajak dengan Semangat Gotong Royong.” DJP mengajak masyarakat bersama-sama melewati pandemi ini dengan optimisme. Bersama pajak kita kuat, bersama pajak kita hebat. Dengan semangat kebersamaan akan membantu kita untuk dapat mengatasi dan melewati situasi sulit sekarang.
“Peranan pajak menjadi sangat krusial untuk menanggulangi dampak kesehatan dan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Anggaran yang dibutuhkan untuk penanggulangan Covid-19 sebesar 677 triliun rupiah. Sementara itu pajak mempunyai porsi lebih dari 80% dari penerimaan negara dalam menanggulangi wabah Covid-19 ini,” jelas Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo. Menyadari hal tersebut, pajak menjadi bentuk gotong royong masyarakat dalam menangani situasi pandemi ini. Melalui perayaan Hari Pajak ini dapat kita maknai untuk saling bahu membahu menyelamatkan ekonomi nasional bersama pajak.
Perlombaan yang melibatkan masyarakat umum
Meskipun dalam masa pandemi, penyelenggaraan Hari Pajak tetap semarak. Hari Pajak kali ini dimeriahkan oleh kegiatan lomba yang menarik keterlibatan masyarakat umum, diantaranya adalah Lomba Poster dan Lomba Penulisan Artikel. Total hadiahnya pun tidak main-main, 65 juta rupiah siap dibagikan untuk para pemenang. Penyelenggaraan lomba pun dilaksanakan secara daring. Peserta dapat melakukan registrasi dan mengunggah hasil karya mereka melalui laman www.pajak.go.id.
Lomba Poster dan Lomba Penulisan Artikel ini menjadi perhatian yang luar biasa bagi masyarakat. Hal tersebut tercermin dari banyaknya keikutsertaan kegiatan lomba. Adapun jumlah peserta Lomba Penulisan Artikel adalah sebanyak 121, sedangkan jumlah peserta Lomba Poster adalah sebanyak 959. Atmosfer perayaan Hari Pajak semakin bergelora oleh partisipasi mayarakat tersebut. Hal tersebut dikarenakan hasil karya setiap peserta harus dipublikasikan melalui media sosial mereka dengan menuliskan tagar tertentu. Dengan kekuatan media sosial dan banyaknya keikutsertaan masyarakat tersebut membuat peringatan Hari Pajak akan semakin bergema dimana-mana.
Jika melihat tahun sebelumnya, perlombaan Hari Pajak hanya dilakukan di kalangan pegawai DJP di masing-masing unit kerja atau kantor wilayah, seperti perlombaan seni dan olahraga. Namun melihat situasi pandemi, maka kegiatan perlombaan Hari Pajak dilakukan secara daring dengan melibatkan masyarakat umum. Hal tersebut dinilai sangat baik. Masyarakat akan merasa semakin dekat dengan pajak itu sendiri. Secara tidak langsung, masyarakat akan mengenal dan memahami pajak melalui materi perlombaan yang diikuti. Sungguh kreatif, keikutsertaan tersebut secara tidak langsung membuat mereka belajar dan membangun pemahaman serta kesadaran mereka akan pentingnya pajak di tengah suasana pandemi.
Inspirasi untuk penyelenggaraan selanjutnya
Menjadi sebuah inspirasi bahwa meskipun dalam suasana sulit, penyelenggaraan Hari Pajak tetap dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan media daring. Bahkan, perayaan tahun ini menjadi sangat meriah dengan menarik partisipasi mayarakat luas. Keterlibatan masyarakat dalam perayaan Hari Pajak tahun ini semakin membukakan mata masyarakat bahwa pajak dan DJP hadir untuk masyarakat demi membangun kemajuan bersama. Selain itu, adanya partisipasi ini tentu saja dapat menciptakan rasa memiliki mereka terhadap pajak dan negara. Uang pajak yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk kepentingan rakyat merupakan suatu bentuk gotong royong memajukan bangsa.
Penyelenggaraan Hari Pajak semacam ini harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Sehingga perayaan Hari Pajak tidak hanya menjadi euforia bagi para pegawai DJP, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.
*) Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap tempat penulis bekerja
- 157 kali dilihat