Menulis untuk DJP, Sinergi Mengukir Sejarah

Oleh Andi Zulfikar, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Ada salah satu kutipan dari Pramoedya Ananta Toer yang sering dikutip oleh para penulis atau orang-orang yang bercita-cita jadi penulis (seperti saya). Kutipan itu adalah, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." Seorang ulama yang terkenal, Imam Al Ghazali, mengatakan, "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis." Dua kutipan tersebut memberikan makna bahwa menulis adalah aktivitas yang dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat.
Selain memberikan pengaruh bagi masyarakat, menulis juga diketahu sebagai aktivitas yang membedakan masa prasejarah dan masa sejarah. Peradaban manusia dapat diketahui dengan adanya tulisan. Dengan demikian, aktivitas menulis adalah salah satu bagian terpenting dari kehidupan manusia itu sendiri. Ilmu pengetahuan dan berbagai informasi dapat tersebar melalu tulisan sebagai sarananya. Aktivitas manusia di seluruh dunia terkoneksi, salah satunya, melalui tulisan.
Dapat disimpulkan, tulisan adalah bagian tak terpisahkan dari bagian kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari kita bangun tidur sampai menjelang tidur, umumnya orang pernah membaca sesuatu dalam aktivitasnya. Informasi yang masuk dan dikelola otak pada akhirnya membentuk suatu persepsi. Baik atau buruk persepsi tersebut dapat dipengaruhi oleh tulisan yang dia baca. Tanpa adanya tulisan, maka manusia akan menjalani kehidupan yang berbeda dengan apa yang dijalani sekarang.
Pencarian Informasi
Berhubungan dengan tulisan, tentu saja harus dihubungkan dengan aktivitas membaca. Walaupun berdasarkan penelitian perpustakaan nasional tahun 2017 jumlah buku yang ditamatkan per tahun untuk tiap individu rata-rata hanya 5-9 buku dan itu menunjukkan minat membaca buku yang masih rendah, namun masih ada hal lain yang tetap. Manusia tetap suka membaca walaupun dengan media yang berbeda. Manusia lebih banyak membaca tulisan melalui internet pada umumnya dan media sosial pada khususnya.
Teknologi internet dan telepon seluler (ponsel) mengubah kehidupan manusia. Bila dulu manusia harus mencari informasi dengan cara berkutat dengan buku-buku, maka sekarang mencari informasi semudah menggerakkan jari. Internet dan ponsel benar-benar merubah peradaban manusia. Milward-Brown, sebuah lembaga survei di AS, melakukan penelitian tentang pemakaian rata-rata ponsel yang salah satu survei yang dilakukan adalah di Indonesia. Survei itu menunjukkan bahwa orang Indonesia adalah pengguna ponsel pintar dengan pemakaian terbesar di dunia yaitu 181 menit per hari.
Selaras dengan hasil survei tersebut, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), menurut data Badan Pusat Statitistik, menunjukkan perkembangan yang pesat. Persentase penduduk yang menggunakan ponsel pada tahun 2017 mencapai 59,59 persen. Askses internet dalam rumah tangga pada tahun tersebut mencapai 57,33 persen. Data juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang mengakses internet pada tahun 2017 adalah 32,34 persen.
Keharusan penyebaran informasi melalui ponsel yang terkoneksi Internet tak dapat terelakkan bagi Humas dalam suatu organisasi, khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Apalagi di zaman di mana kebanyakan orang di Indonesia mempunyai dan mencari informasi melalui media sosial dan mesin pencari informasi seperti Google. Untuk mencari informasi baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja tidak sesulit belasan tahun yang lalu. Bila informasi positif harus disebarkan agar dapat memenangkan “pertarungan” dengan informasi hoax ataupun informasi yang masih dipertanyakan kebenarannya.
Oleh karena itu, tulisan-tulisan yang bernuansa positif bagi organisasi, harus disebarkan. Sangat banyak informasi positif tentang DJP yang dapat disebarkan. Hal ini membutuhkan peran serta bukan hanya bagi pegawai DJP, namun juga bagi mereka yang berada di luar organisasi yang peduli dengan masa depan bangsa. Informasi positif yang disebarkan akan memberikan edukasi tentang masyarakat tentang bagaimana peran pajak sebenarnya bagi bangsa. Hingga akhirnya timbul kepedulian dan kesadaran untuk patuh akan pajak.
Hari Pajak sebuah Momentum
Peran Humas bagi penerimaan tidak bisa disajikan dengan deretan angka namun dapat dirasakan dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat. Untuk kehumasan, DJP mendapatkan Silver Award dalam kategori Best Government Public Relations (PR) dari Asean Public Relations Network dalam ajang The 2nd ASEAN PR Excellence Awards 2019 di Hilton Kuching, Sarawak, Malaysia. Pada Oktober 2018, Ditjen Pajak melalui Kementerian Keuangan meraih Golden World Award 2018 dari International Public Relations Associations (IPRA) di kancah Golden World Award for Excellent in Public Relations 2018 di Barcelona untuk program kampanye Amnesti Pajak. Program Amnesti Pajak Indonesia dianggap sebagai salah satu yang paling berhasil di dunia.
Ini tentu saja tidak terlepas dari peran seluruh komponen organisasi, khususnya penulis di DJP, baik yang menulis melalui kanal informasi resmi maupun yang menulis secara pribadi. Pada tanggal 14 Juli, kita akan melakukan memperingati Hari Pajak. Itu adalah suatu refleksi tentang cita-cita bersama. Hari itu dapat menjadi momentum kita bersama untuk menuliskan hal positif tentang DJP. Karena DJP bukan hanya rumah bagi para pegawai di dalamnya, tapi juga rumah bagi seluruh bangsa Indonesia dengan manfaat pajak yang diberikan.
Mari kita tuliskan hal positif tentang rumah kita, agar kelak generasi penerus dapat membaca sejarah yang menjadi tonggak peradaban bangsa Indonesia! (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.
- 468 kali dilihat