Bermain MOBA Sembari Bayar Pajak

Oleh: Jefryndo Sinaga, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda seluruh dunia sekitar satu setengah tahun ini benar-benar memberikan dampak yang besar untuk kehidupan, termasuk di Indonesia. Seluruh sektor terkena imbasnya, mulai dari ekonomi, sosial, pariwisata, pendidikan, dan sebagainya. Kita juga tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, baik itu bekerja, bersekolah, ataupun sekedar berkumpul bersama teman-teman dan kerabat.
Kita diimbau untuk tidak bepergian ke mana-mana, selalu memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan selalu sedia pembersih tangan. Itu semua dilakukan tentu saja untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang sedang terjadi. Salah satu aktivitas sehari-hari yang kini tidak lagi dijalani seperti biasanya adalah bersekolah.
Semenjak adanya virus Covid-19, seluruh sekolah di Indonesia tutup dan proses belajar mengajar dialihkan secara daring. Anak-anak sekolah yang sebelumnya bisa pergi ke sekolah dan bertemu teman-teman dan para guru kini hanya bisa menyapa secara virtual, baik menggunakan gawai, laptop, komputer, maupun alat komunikasi elektronik lainnya.
Banyaknya aktivitas yang dilakukan secara daring membuat kita tidak lepas dari gawai. Kantor yang biasa mengadakan rapat di satu ruangan kini dialihkan menjadi tatap muka secara daring. Pelajar yang sebelumnya harus mendengarkan guru menjelaskan materi di kelas secara langsung, sekarang dialihkan juga dengan tatap muka secara daring.
Tentunya kita tidak selalu bekerja ataupun bersekolah melalui gawai dalam satu hari. Terkadang, kita memerlukan istirahat dan penyegaran agar otak kita tidak kaku dan menjadi rileks. Banyak cara yang dipilih orang-orang untuk dapat menenangkan pikiran, seperti mendengarkan musik, menonton film, berolahraga, bermain gim, menelepon teman dan kerabat, atau hanya sekedar membuka media sosial.
Salah satu cara yang banyak dipilih untuk menyegarkan pikiran adalah bermain gim. Hampir semua orang menyukai bermain gim di waktu luangnya. Bermain gim merupakan kegiatan yang sangat digemari oleh banyak orang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Selain menantang, bermain gim juga menyenangkan karena kita bisa memainkannya bersama teman-teman sehingga suasana saat bermain menjadi lebih menarik.
Banyak jenis gim yang dewasa ini populer dimainkan oleh berbagai kalangan, seperti peperangan, petualangan, MOBA (Multiplayer Online Battle Arena), dan masih banyak lagi jenis-jenis gim lainnya yang tidak kalah menarik untuk dimainkan. Selain itu, alasan lain mengapa banyak orang lebih memilih bermain gim untuk menyegarkan pikiran karena tidak perlu mengaksesnya melalui komputer maupun laptop.
Cukup menggunakan gawai kita sudah bisa mendapatkan berbagai gim yang seru untuk dimainkan. Di dalam gim tersebut juga terdapat berbagai macam barang (item) yang diperlukan untuk menunjang permainan supaya lebih seru untuk dimainkan, seperti aksesoris, karakter, senjata, dan sebagainya. Berbagai item tersebut dapat diperoleh pemain secara gratis maupun berbayar. Harga dari item tersebut juga beragam.
Bagi orang yang benar-benar hobi bermain gim, tak jarang mereka akan mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli item yang mereka inginkan. Untuk mendapatkan item yang diinginkan tersebut, pemain harus menambah saldo yang ada di dalam gim terlebih dahulu. Istilah ini dikenal dengan nama top up atau isi ulang. Top up adalah penambahan saldo di dalam gim sehingga saldo tersebut bisa digunakan untuk membeli berbagai macam item.
Dari transaksi tersebut, nantinya penambahan saldo atau top up akan dikenakan pajak berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari jumlah transaksi. Hal ini diatur dalam PMK Nomor 48 /PMK.03/2020 tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut, Pemungutan, dan Penyetoran, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dan/Atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean melalui Perdagangan melalui Sistem Elektronik.
Pasal 1 ayat (6) PMK tersebut berbunyi “Barang digital adalah setiap barang tidak berwujud yang berbentuk informasi elektronik atau digital meliputi barang yang merupakan hasil konversi atau pengalihwujudan maupun barang yang secara originalnya berbentuk elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada piranti lunak, multimedia, dan/atau data elektronik.”
PPN sebesar 10% yang sudah dibayarkan oleh pembeli akan disetorkan kepada negara oleh pemungut. Hal ini diatur dalam Pasal 6 ayat (1) yang berbunyi “Jumlah PPN yang harus dipungut oleh Pemungut PPN PMSE (Perdagangan melalui Sistem Elektronik) adalah 10% dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak.” Dan juga diatur dalam Pasal 8 ayat (1) yang berbunyi “Pemungut PPN PMSE wajib menyetorkan PPN yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) untuk setiap Masa Pajak paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.”
Dengan bermain gim, kontribusi yang dilakukan masyarakat kepada negara bukan hanya satu, melainkan dua. Pertama, masyarakat secara tidak langsung telah membayar pajak PPN atas pengisian saldo gim yang dimainkan. Kedua, masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan dan mencegah penyebaran virus Covid-19 dengan tidak bepergian kemana-mana.
Nantinya, PPN tersebut dikumpulkan dan digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemi Covid-19, seperti pemberian insentif pajak dan vaksinasi gratis untuk seluruh masyarakat.
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 182 kali dilihat