Swiss-BelHotel Solo berubah menjadi pusat diskusi tentang ekonomi digital. Selama dua hari sejak 3 September 2025, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS menggelar Sebelas Maret International Conference on Digital Economy (SMICDE) 2025 di Kota Surakarta (Kamis, 4/9).
Acara ini menghadirkan 75 akademisi dengan berbagai latar belakang dari seluruh Indonesia, salah satunya adalah Dino Permana, perwakilan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Yogyakarta. Seluruh akademisi dan praktisi tersebut berkumpul untuk membahas mengenai masa depan ekonomi digital.
Dengan tema besar “Towards Digital Future: New Challenges in Global Economics”, konferensi ini menjadi ajang tukar pikiran, berbagi metode dan hasil riset, serta menjalin kolaborasi lintas disiplin ilmu bahkan lintas negara. Dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, semangat internasional semakin tegas terasa.
Konferensi tersebut menghadirkan pembicara kelas dunia sebagai narasumber utama, yaitu Prof. John W. Goodell dari University of Akron, AS dan Prof. Bruno S. Sergi dari Harvard University dan University of Messina.
Prof. Goodell membuka sesi dengan menyampaikan pesan kuat, “Transformasi digital bukan hanya soal teknologi, melainkan juga soal bagaimana ekonomi bekerja. Institusi harus siap untuk menjadi gesit, inklusif, dan tangguh.”
Sementara itu, Prof. Sergi mengajak negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk memanfaatkan peluang digital.
“Konferensi seperti SMICDE penting untuk membangun dialog dan jembatan antara akademisi dan pembuat kebijakan.”
Dino Permana dalam mempresentasikan hasil penelitian berjudul “EFQM 2020 Model is The Future Framework For The Directorate General Of Taxes in Indonesia.” Ia menyoroti pentingnya EFQM 2020 Model sebagai kerangka kerja reformasi birokrasi, khususnya di Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Berdasarkan hasil seminar, Dino memperoleh beberapa masukan dari panelis terkait hasil penelitian tersebut, antara lain agar dilakukan penelitian lanjutan dari sisi kualitatif sehingga dapat diperoleh hasil insight yang berbeda. Selain itu, panelis menyarankan untuk melakukan mini penelitian lanjutan dengan sampel adalah KPP Pratama Yogyakarta dan/atau dengan beberapa kantor pajak lainnya untuk dapat mengetahui respons dari seluruh pegawai di kantor pajak tersebut sebagai representatif dari DJP sebagai populasi.
Pada akhir pemaparannya, Dino mengingatkan bahwa menjadi akademisi tidak hanya perlu pintar, tetapi juga harus mempunyai akhlak dan pemahaman ilmu yang mendalam. Dengan demikian, ilmu tersebut dapat memberi manfaat positif bagi masyarakat sekitar dan bagi kemajuan negara Indonesia.
SMICDE 2025 bukan sekadar ajang ilmiah, melainkan juga jadi ruang refleksi dan kolaborasi. Sebagai representasi dari KPP Pratama Yogyakarta, Dino berharap agar semangat yang tercipta di Solo ini dapat terus berlanjut dalam bentuk aksi nyata yang berdampak luas. Dengan semangat global, nilai-nilai keilmuan, dan kolaborasi lintas batas, SMICDE 2025 menunjukkan bahwa setiap pihak mempunyai peran penting di kancah akademik dunia.
Pewarta: Dino Permana |
Kontributor Foto: Tim Dokumentasi |
Editor: |
*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.