Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bireuen menghadiri kegiatan curah pendapat (brainstrorming) dengan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bener Meriah terkait peningkatatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor kopi yang bertempat di Operation Room Sekretariat Daerah Pemkab Bener Meriah, Provinsi Aceh (Rabu, 10/9).
Kepala KPP Pratama Bireuen, Denny Ariaputra mengikuti kegiatan ini didampingi oleh Kepala Seksi Pengawasan IV, Rizal Fatkhur Rohman, dan Kepala KP2KP Rimba Raya, Nurdin sedangkan pihak Pemda diwakili Kepala Dinas Perdagangan, perwakilan dari Inspektorat Kabupaten Bener Meriah, dan Badan Pengelola Keuangan, Pendapatan, dan Aset.
Diskusi ini membahas isu mulai dari tata kelola perdagangan, ekspor, branding kopi gayo, pemungutan retribusi kopi, pemungutan pajak dari industri kopi, hingga alternatif kebijakan yang bisa mendukung pengembangan industri ini agar terus berkembang optimal.
Kopi gayo merupakan komoditas unggulan dari Kabupaten Bener Meriah yang sudah dikenal mendunia dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi tetapi kontribusinya dianggap belum maksimal bagi masyarakat Kabupaten Bener Meriah. Masalah yang dihadapi saat ini antara lain jumlah retribusi kopi yang diperoleh Pemkab dinilai belum sesuai dengan angka sebenarnya, ekspor kopi gayo yang tercatat di luar Aceh, dan oplosan kopi dari luar wilayah yang mendompleng nama kopi gayo agar memiliki nilai jual yang tinggi.
Pihak Pemkab menyampaikan bahwa sedang dilakukan kajian optimalisasi kontribusi sektor kopi terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten. KPP Pratama Bireuen siap memberikan dukungan terhadap kajian dengan memberikan masukan perbaikan tata kelola retribusi dan mirroring inovasi yang dapat diterapkan Pemkab. Misalnya digitalisasi pemungutan, serta memberikan pelatihan bagi pelaku usaha terkait tata cara ekspor maupun fasilitas perpajakan dan kepabeanan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekspor kopi seperti fasilitas kawasan berikat untuk perusahaan orientasi ekspor.
Inspektorat Kabupaten Bener Meriah sebagai lead dalam kajian juga menyampaikan bahwa langkah-langkah yang sedang diformulasikan merupakan solusi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang karena optimalisasi sektor kopi ini membutuhkan usaha yang panjang. Sebagai contoh, ide pengembangan kawasan berikat atau dry port tentu membutuhkan kesiapan dana dan infrastruktur sehingga timeframe nya akan bersifat jangka panjang.
Diskusi akan terus ditindaklanjuti dan dilanjutkan untuk memperkaya kajian hingga laporan rekomendasi kebijakan bisa disampaikan.
Pewarta: Nurdin |
Kontributor Foto: Dendy |
Editor: Iswadi Idris |
*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.