Kanwil DJP Jawa Barat I membuka pojok pajak di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas, Jl. PHH Mustofa No 31, Bandung (Kamis, 27/6). Pembukaan pojok pajak ini ditujukan untuk membantu wajib pajak (WP)  dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Kegiatan pelayanan perpajakan di luar kantor ini dikemas dalam acara yang bertajuk “Klinik Bisnis UMKM STIE Ekuitas”.

Ketua Penyelenggara, Ade Imam, mengatakan kegiatan yang dihadiri oleh 126 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini melibatkan 11 booth konsultasi, diantaranya dari Kadin Prov. Jawa Barat dan Kota Bandung, BPOM Kota Bandung, MUI, HKI, Manajemen Usaha, Desain Kemasan, serta Perpajakan yang diwakili Kanwil DJP Jawa Barat I.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi dan memajukan UMKM kota Bandung khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya. Penyelenggaraan tahun ini telah memasuki tahun ke empat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pengembangan Kewirausahaan STIE Ekuitas, Dito Rinaldo, menilai saat ini UMKM semakin tahun semakin bertumbuh, namun pertumbuhan tersebut juga memunculkan kendala atau masalah bagi para pelaku UMKM itu sendiri. “Oleh karena itu, klinik bisnis ini hadir untuk memberikan solusi atas permasalahan tersebut,” ungkap Dito.

Tim Penyuluh Perpajakan Kanwil DJP Jawa Barat I, Rendra Santika dan Ismail Fahmy, bertugas di pojok pajak itu. “Kami memberikan pelayanan konsultasi perpajakan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan para pelaku UMKM, seperti kapan para pelaku UMKM ini wajib mendaftarkan diri untuk ber-NPWP, cara menghitung pajak UMKM, cara bayar pajaknya, hingga cara melaporkan pajaknya di Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan,” ungkap Rendra saat dikonfirmasi usai acara berlangsung.

Lebih lanjut, Rendra mengapresiasi program STIE Ekuitas ini. “Program ini bagus. Semua stakeholder yang terlibat dalam pengembangan UMKM memberikan pelayanan, seperti layananan satu pintu, mulai perijinan, ijin usaha BPOM atas produknya, permodalan, termasuk perpajakannya. Selain itu, program ini tak hanya memberikan wawasan bagi pelaku UMKM, namun memberikan edukasi bagi para mahasiswa yang nantinya diharapkan menjadi para pengusaha. Semakin ketatnya persaingan usaha di masa depan, membutuhkan persiapan yang matang agar bisa memaksimalkan pasar dalam negeri. Jangan sampai pasar dalam negeri dibanjiri produk luar negeri, karena kita kalah bersaing,” pungkasnya.(HP)