
Kendati bukan pegawai organik atau pegawai negeri sipil, siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) turut andil dalam melayani wajib pajak. Tak jarang, mereka mengalami kisah seru dalam menjalani PKL ini.
Azlina dan Adelia adalah siswi kelas 2 SMK Swasta Satrya Budi Karang Rejo Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang melakukan PKL di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II di Kota Pematangsiantar. Mereka melakukan PKL sejak 18 Desember 2024 sampai dengan awal Juni 2025. Azlina dan Adelia sama-sama mengambil jurusan rekayasa perangkat lunak (RPL).
“Kami mempelajari penggunaan aplikasi dan pengelolaan data, kami juga diharuskan menguasai minimal satu aplikasi MS Words atau MS Excell,” ujar Azlina.
Azlina tinggal di Huta IX Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kota Pematangsiantar. Setiap hari ia berangkat PKL menggunakan sepeda motor atau naik angkutan umum. “Biasanya aku pulang pergi naik kreta (sepeda motor), tapi kadang-kadang juga naik angkot,” ujar Azlina.
Sementara itu Adelia tinggal di Simpang Kerang, Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar. Ia sehari hari berangkat PKL dengan diantar oleh saudaranya sampai simpang terdekat untuk lanjut lagi naik angkutan umum.
Menyesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan Kanwil DJP Sumut II saat itu, Azlina dan Adelia ditempatkan di Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas). Memasuki bulan Februari Bidang P2Humas memiliki rencana kerja membuka layanan di luar kantor (LDK) asistensi pelaporan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi di beberapa lokasi instansi pemerintah. Rata-rata ada empat LDK dalam satu minggu. Azlina dan Adelia selalu turut diajak untuk membantu.
Pada LDK saat itu di bulan suci Ramdan, Azlina dan Adelia bertugas sebagai penerima tamu. Azlina dan Adelia memberikan nomor antrean, menyerahkan lembar presensi untuk diisi, memanggil nomor antrean ke meja layanan, dan kadang-kadang membatu wajib pajak dalam mengisi survei layanan LDK yang telah disiapkan. Dengan seringnya Azlina dan Adelia turut dalam tugas LDK tersebut maka banyak pengalaman yang telah mereka alami.
Azlina pernah menghadapi wajib pajak yang kurang bersahabat. “Diberikan nomor antrean tidak mau dan malah langsung nyelonong maksa minta segera dilayani,” ujar Azlina. Demikian juga Adelia pernah dapat omelan senada. “Kok aku dapat antrean nomor segini? Lama kali ini, aku lagi buru-buru ini!” ujar Adelia menirukan pengunjung tersebut.
Ada juga wajib pajak tidak mau mengisikan kolom nomor induk kependudukan (NIK) di lembar presensi dan memaksa untuk menuliskan nomor pokok wajib pajak (NPWP) saja. “Padahal di lembar presensi sudah jelas tertulis data yang diisikan NIK, bukan NPWP, tetapi tetap saja maksa mengisi NPWP,” curhat Adelia.
Hal unik lain yang sering dialami Azlina dan Adelia adalah seringnya wajib pajak yang setelah mengisi lembar presensi, lupa mengembalikan pulpen. Akibatnya, setiap akan berangkat LDK Azlina dan Adelia selalu minta untuk disediakan beberapa pulpen buat cadangan di meja presensi.
Pernah juga wajib pajak marah-marah ke Azina dan Adelia karena ditolak dilayani karena jam layanan LDK sudah selesai atau tutup. Dalam keadaan seperti ini, Azlina dan Adelia akan langsung menemui petugas untuk melaporkan hal tersebut dan biasanya petugas akan tetap mempersilakan wajib pajak tersebut untuk dilayani.
Adelia juga pernah dimarahi wajib pajak yang tidak jelas maksudnya. “Aku pernah dimarahi ibu-ibu karena setelah selesai menerima layanan dia minta untuk difoto, tapi setelah melihat hasil fotonya dia marah-marah dan bilang kok kayak gini jelek kali hasilnya,” ujar Adelia.
Sering juga wajib pajak minta tolong Azlina dan Adelia untuk mencarikan lokasi emailnya di telepon selulernya. Setelah emailnya ditemukan beberapa ada yang paket data telepon selulernya sudah tidak ada. Sesuai arahan petugas maka Azlina dan Adelia akan membantu wajib pajak tersebut untuk menghubungkan telepon selulernya dengan jaringan hotspot yang sudah disediakan tim LDK.
Selain ada "duka", tentu ada sukanya juga. Azlina dan Adelia pernah dipuji-puji wajib pajak yang gembira karena telah menerima layanan dengan baik dan lancar. Ada juga yang minta foto bersama dan bahkan sampai ada yang minta nomor telepon/WA. “Pernah ada bapak-bapak yang datang dan melihat kami terus-menerus, dan pernah juga ada bapak-bapak yang memberikan kiss bye waktu meninggalkan ruangan LDK,” ujar Adelia terkekeh.
Meskipun harus membantu tugas LDK hampir setiap hari dari pukul 09.00 s.d. 15.00 waktu Indonesia barat, mereka tidak merasa terbebani. “Dengan turut membantu LDK ini yang kebetulan bertepatan dengan bulan puasa, malah puasa kami jadi tidak terasa lama, nggak terasa sudah sore saja,” ujar Azlina.
Dari pengalaman ikut LDK ini sedikit banyak Azlina dan Adelia menjadi paham bahwa setiap pegawai itu wajib untuk melaporkan pajak setahun sekali. “Kami sudah dijelaskan oleh Abang/Kakak pegawai Kanwil kalau pajak itu penting, seperti misalnya untuk untuk menggaji PNS, membangun jalan tol, membangun titi (jembatan), mengaspal jalan, dan lain-lain, makanya kalau sudah jadi pegawai harus bayar pajak dan lapor pajak,” ujar Azlina dan Adelia kompak.
Tidak lupa Azlina dan Adelia mengingatkan kembali bagi wajib pajak yang ingin mendapatkan bantuan pelaporan pajak di LDK untuk membawa syarat-syarat yang diperlukan. “Jangan lupa membawa KTP, hape dengan email yang masih aktif dan ada pulsanya, dan PIN/password pajak,” tutur Adelia.
“Terima kasih buat Abang/Kakak pegawai Kanwil yang sudah mengajari kami selama ini, sedih rasanya kalau nanti kami harus berpisah dengan Abang/Kakak pegawai Kanwil DJP Sumut II, tutup Azlina.
Pewarta: Herwin Siregar |
Kontributor Foto: Herwin Siregar |
Editor: Yacob Yahya |
*) Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 36 kali dilihat