Nagari Pariangan, Desa Terindah di Dunia

Oleh: (Muhammad Firman Irsyad), pegawai Direktorat Jenderal Pajak
"Dari mano asa titiak palito"
"Di baliak telong nan batali"
"Dari mano asa niniak moyang kito"
"Dari lereang Gunuang Marapi"
Pantun inilah yang saya ingat ketika berkunjung untuk melaksanakan kunjungan kerja ke Kantor Desa Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Pantun tersebut saya pelajari ketika masih duduk di bangku sekolah dasar saat mata pelajaran Budaya Adat Minangkabau. Sekilas, pantun tersebut menceritakan asal usul nenek moyang Minangkabau yang berasal dari daerah lereng Gunung Marapi, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Di lereng Gunung Marapi tersebut, terdapat sebuah desa yang bernama Desa Nagari Pariangan. Sesuai tambo atau cerita rakyat, Nagari Pariangan adalah nagari atau desa pertama di Minangkabau. Maka dari itu disebut dengan “Nagari Tuo”. Karena berada di lereng Gunung Marapi, banyak masyarakat di Nagari Pariangan memiliki mata pencaharian sebagai petani untuk memanfaatkan tanah yang sangat subur.
Di pagi hari yang cerah, saya dan teman-teman yang bekerja sebagai pelaksana di Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Batusangkar melakukan kunjungan kerja ke Kantor Nagari Pariangan untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan di nagari tersebut. Jarak KP2KP Batusangkar dengan Nagari Pariangan tidaklah terlalu jauh, yakni 13 kilometer atau perjalanan menempuh waktu sekitar 25 menit. Selama perjalanan terlihat banyak pemandangan sawah dan alam yang masih terjaga dengan indah. Tak ayal dalam hati saya bergumam, “Mungkin ini rasanya bekerja sambil menikmati liburan.”
Sambil menikmati perjalanan, tanpa sadar kita telah sampai di gapura penyambutan untuk memasuki Nagari Pariangan. Jalan dari gapura tersebut menanjak ke atas menuju Kantor Nagari Pariangan. Dan bagusnya lagi, jalanan tersebut telah di aspal. Dari sini kita bisa tahu inilah salah satu manfaat dari pembayaran pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak. Pajak yang telah dibayarkan tersebut dialokasikan ke pemerintah desa yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembangunan yang bisa terjangkau hingga ke pelosok desa di seluruh Indonesia.
Dikelilingi sawah yang indah dan asri, tak ayal Desa Nagari Pariangan pernah dinobatkan sebagai lima desa terindah dunia dalam kategori Worl’s 16 Most Picturesque Village yang diadakan majalah pariwisata internasional dari New York, Amerika Serikat, bernama Budget Travel pada tahun 2012. Salah satu kategori yang membuat Desa Nagari Pariangan unggul adalah indeginous culture-nya yang masih terjaga. Bahkan pada tahun 2022 Desa Nagari Pariangan dinobatkan sebagai juara 1 terbaik sebagai Desa Wisata Berkembang dalam Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).
Tak hanya pemandangan alam yang sangat asri, sekitar satu kilometer dari gapura, Desa Nagari Pariangan juga memiliki tempat wisata religius yakni Masjid Ishlah yang telah berdiri sejak abad ke 13. Masjid Ishlah sebagai saksi bagaimana perjuangan sejarah Islam di Nagari Pariangan. Masjid ini memiliki bentuk atap bertingkat empat dan sebagian bangunan ada yang ditingkatkan hingga tiga tingkat, yang melambangkan tata bicara di Minangkabau menggunakan “empat kato”. Yakni Kato Malereng, Kato Mandata, Kato Manurun dan Kato Mandaki. Di sebelah Masjid Ishlah juga terdapat pemandian air panas yang berasal dari sumber mata air Gunung Marapi. Mata air ini dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi dan mencucui. Tak hanya itu mata air tersebut juga dimanfaatkan oleh penduduk desa untuk membuka pemandian air panas untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Nagari Pariangan.
Selain itu, di dekat Masjid Ishlah juga memiliki jajanan minuman khas tradisional Kabupaten Tanah Datar yaitu Kopi Kawa Daun. Kopi Kawa Daun adalah minuman yang berasal dari daun kopi yang khas dan memiliki cita rasa yang enak. Kopi Kawa Daun sendiri dilihat sekilas berbentuk teh dikarenakan bukan dari biji kopinya. Perbedaan yang mencolok dari kopi lainnya yakni cara penyajian dengan batok kelapa yang sudah dibersihkan serabutnya. Sementara untuk kedudukannya, batok kelapa tersebut diletakkan di atas potongan bambu agar tidak goyang. Sekarang Kopi Kawa Daun bisa dinikmati dengan berbagai rasa, seperti dicampur dengan telur, jahe, lemon maupun susu.
Dan akhirnya kita sampai ke Kantor Nagari Pariangan yang tak jauh dari Masjid Ishlah. Di sana kita bertemu dengan Kepala Desa Wali Nagari Pariangan dan Sekretaris Desa Nagari Pariangan. Banyak hal yang kita bahas bersama. Selain kunjungan kerja, kita juga membahas bagaimana Nagari Pariangan benar-benar memanfaatkan uang pajak yang diberikan pemerintah pusat untuk pembangunan nagari tersebut. Selain pembangunan jalan, uang pajak juga dimanfaatkan oleh Nagari Pariangan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Nagari Pariangan yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Bantuan yang diberikan berupa bantuan pertanian baik itu berupa alat-alat bertani dan juga termasuk pupuk serta pemberantasan hama. Bantuan diberikan kepada warga Nagari Pariangan yang telah bergabung dengan Koperasi Nagari Pariangan dibawah bimbingan Kantor Desa Nagari Pariangan. Tidak hanya itu, dari uang pajak Kantor Nagari Pariangan juga menjaga dan merawat wisata alam dan budaya di Nagari Pariangan. Dengan melakukan perawatan yang baik dan promosi yang gencar dilakukan, tak ayal setiap tahunnya lebih dari 5.000 orang mengunjungi Nagari Paringan setiap tahunnya untuk berwisata. Bahkan bukan hanya wisatawan lokal yang berkunjung, melainkan juga dikunjungi wisatawan mancanegara.
Alangkah senangnya mendengar banyak cerita atas pemanfaatan uang pajak yang dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh Kantor Desa Nagari Pariangan. Disisi lain kunjungan kerja kita ke Nagari Pariangan juga melakukan edukasi kepada penduduk Nagari Pariangan yang telah memiliki NPWP untuk tetap taat pajak dengan melakukan kewajiban perpajakan baik itu pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan maupun pembayaran pajak sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Ditambah dengan mulai 1 Juli 2024 sesuai peraturan Direktorat Jenderal Pajak dengan nomor PER-6/PJ/2024, Nomor Induk Kependudukan (NIK) telah resmi berfungsi sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Penggunaan NIK sebagai NPWP dan NPWP format 16 digit dapat digunakan dalam layanan administrasi perpajakan, baik itu sebagai pendaftaran maupun sebagai pembayaran perpajakan.
Dari kunjungan kerja ke Desa Terindah Nagari Pariangan, bisa kita lihat bagaimana manfaat uang pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak seluruh Indonesia untuk pembangunan di desa. Bagaimana manfaat tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat di desa khususnya Desa Nagari Pariangan untuk memiliki akses yang sangat bagus, baik itu berupa transportasi, ekonomi maupun wisata. Dengan pengelolaan uang pajak yang baik oleh pemerintah Nagari Pariangan, bisa dirasakan langsung oleh masyarakat Nagari Pariangan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, dengan wajib pajak yang telah taat akan kewajiban perpajakannya, akan memberikan dampak yang sangat terasa untuk pembangunan Indonesia kedepannya. Sehingga bisa menghasilkan Pajak yang kuat, APBN sehat dan Indonesia jadi lebih sejahtera.
Dokumentasi Pesona Indonesia, Nagari Pariangan, Desa Terindah
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 395 kali dilihat