Oleh Revanza Almaas, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

 

Di Bumi Rafflesia, legenda bersemi, Tabut melangkah, menggema di hati.

Pada tanggal 6 hingga 16 Juli 2024, bersamaan dengan bermulanya bulan Muharam, ada keramaian yang tak biasa di Bengkulu. Lapangan Merdeka meriah oleh ornamen, pameran, stan penjual, atraksi, dan penampilan kultural. Festival Tabut, perayaan tahunan khas Bengkulu, adalah tradisi tahunan yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu dalam menyambut tahun baru Islam pada tanggal 1 Muharam sampai dengan 10 Muharam. Akar tradisi Tabut tertanam dalam kisah duka umat Islam, yaitu tragedi Karbala. Di mana cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husein bin Ali, gugur dalam pertempuran melawan Yazid bin Muawiyah. Perayaan Tabut menjadi momen untuk mengenang pengorbanan Imam Husein dan para sahabatnya, sekaligus meneguhkan nilai-nilai Islam seperti keteguhan iman, keberanian, dan keadilan.

Perayaan tabut diiringi dengan ritual dan doa-doa, menjadikannya sebuah karya seni yang sarat makna religius. Bentuk dan dekorasinya yang beragam mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Bengkulu.

Dimulai dengan 'Pembuatan Tabut', 'Menjemput Tanah', 'Menyirami Benih', hingga 'Tabut Naik Pangkek' dan 'Tabut Tebuang'. Setiap ritual diiringi dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an, doa, dan musik tradisional, menciptakan atmosfer religius yang khusyuk.

Puncak kemeriahan Festival Tabut adalah pawai Tabut yang mengarak miniatur makam Imam Husein ke laut. Ribuan masyarakat tumpah ruah ke jalanan, mengiringi pawai dengan penuh semangat. Atraksi budaya dan kesenian tradisional memeriahkan suasana, menciptakan atmosfer keceriaan dan kebersamaan.

Bu Jemi Eka Putri, seorang pengrajin, ikut membuat miniatur tersebut. Miniatur tersebut, kata Bu Jemi, dimulai dengan pembuatan kerangka. Kerangka biasanya dibuat dari bambu, tetapi bisa juga dari kayu. Bambu dipotong dan dirakit dengan hati-hati, membentuk struktur dasar Tabut. Kerangka ini menjadi fondasi bagi dekorasi dan hiasan yang akan ditambahkan selanjutnya.

Tabut dihiasi dengan berbagai macam bahan, seperti kain, kertas, dan plastik. Hiasan ini dibuat dengan berbagai teknik, seperti menjahit, melipat, dan menganyam. Warna-warni cerah dan motif-motif yang indah mendominasi Tabut, melambangkan kemeriahan dan kegembiraan.

Di atas Tabut, biasanya Bu Jemi memasang berbagai simbol yang berkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW, Imam Husein, dan tragedi Karbala. Simbol-simbol ini dapat berupa bendera, gambar, atau tulisan kaligrafi. Pemasangan simbol ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat tentang makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam Festival Tabut.

Image removed.

Setelah semua hiasan dan simbol terpasang, Tabut dihias dengan lampu-lampu dan dekorasi lainnya. Proses pembuatan Tabut diakhiri dengan ritual penutupan, yang berisi doa dan ucapan syukur atas selesainya pembuatan Tabut. Miniatur replika Tabut kemudian diarak pada acara Tabut Tebuang.

Tabut Tebuang merupakan puncak dari rangkaian perayaan Festival Tabut di Bengkulu. Acara ini berlangsung pada tanggal 10 Muharam, menandai akhir dari 10 hari penuh ritual dan tradisi. Tabut-tabut yang telah dihias dengan indah diarak keliling Kota Bengkulu. Ribuan masyarakat tumpah ruah ke jalanan, mengiringi pawai dengan penuh semangat. Sebelum dibuang ke laut, Tabut dibawa ke Pantai Panjang. Di sana, dilakukan doa dan ritual khusus untuk mengenang kisah Imam Husein dan para sahabatnya. Doa dan ritual ini dipimpin oleh para ulama dan tokoh agama setempat.

Puncak dari Tabut Tebuang adalah pelepasan miniatur Tabut ke laut. Tabut diangkat dan dibawa ke tengah laut, kemudian dilepaskan agar hanyut terbawa ombak. Momen ini melambangkan pelepasan semua kesedihan dan duka atas tragedi Karbala, sekaligus menjadi simbol harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik.

Tak hanya berperan serta dalam perakitan miniatur, Bu Jemi turut meramaikan festival dengan menjajakan berbagai camilan khas Bengkulu di stannya, mulai dari sirop kalamansi, kue koja, dan kue perut punai. Selain itu, bakso tusuk, serbuk jahe merah, juada kare, dan keripik pisang turut menghiasi stannya. 

“Saya senang bisa ikut Festival Tabut ini. Omzet saya di sini bisa mencapai satu jutaan per harinya,” ujar Bu Jemi seraya tersenyum. Ya, Festival Tabut di Bengkulu tak hanya menjadi perayaan budaya dan religius yang semarak, tetapi juga membawa berkah bagi perekonomian lokal, khususnya bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berbagai produk, seperti kuliner khas Bengkulu, suvenir, dan kerajinan tangan, diburu oleh wisatawan dan masyarakat lokal. Hal ini memberikan dorongan signifikan bagi pendapatan para pelaku UMKM. 

Image removed.

Terkait aspek perpajakan, Bu Jemi sudah paham dengan baik. Pemerintah memberikan kemudahan perpajakan bagi UMKM dengan menerapkan tarif PPh Final yang sederhana dan rendah, yakni 0,5% dari peredaran bruto. Tarif ini bisa dimanfaatkan oleh pengusaha kecil, yakni usahawan dengan peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar. Adapun Bu Jemi mengaku bahwa saat ini ia belum memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp500.000.000,00 dalam setahun sehingga belum dikenai pajak penghasilan, sesuai dengan pasal 7 ayat 2a Undang-Undang Pajak Penghasilan yang terakhir diubah oleh UU Nomor 7 Tahun 2021 mengenai Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Meskipun begitu, Bu Jemi tetap rutin melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunannya. Pelaporan SPT tahunan itu dilakukan secara daring melalui situs pajak.go.id dengan masuk akun DJP Online. Bu Jemi memamerkan kartu NPWP-nya yang ia peroleh di kantor pajak, bersamaan dengan permohonan aktivasi EFIN yang ia ajukan.

Festival Tabut adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan budaya dapat berkembang dan beradaptasi dengan zaman, memberikan manfaat bagi masyarakat dan mendukung perekonomian Bengkulu, memberikan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan dan berkontribusi pada kemajuan ekonomi daerah. Festival ini adalah warisan budaya yang patut dilestarikan dan dijaga. Semangat kebersamaan, nilai-nilai religius, dan kemeriahannya akan terus menjadi bagian dari identitas Bengkulu, menarik perhatian dan memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan masa depan.

 

 

*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.