Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, berkunjung ke Makassar guna menyampaikan ceramah kepada kurang lebih 400 pegawai Kementerian Keuangan dalam lingkup Kota Makassar dan sekitarnya di Aula Balai Diklat Keuangan Makassar, Makassar, Sulawesi Selatan (Rabu, 25/10). Menteri Keuangan didampingi suami, Tony Sumartono, beserta Jajaran Eselon I dan staf ahli yaitu Robert Pakpahan (Direktorat Jenderal Pajak), Heru Pambudi (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai), Marwanto (Direktorat Perbendaharaan Negara), Isa Rachmatarwata (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara), Astera Primanto Bhakti (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan), dan Suryo Utomo (Staf Ahli Kepatuhan Pajak).
Dihadapkan dengan berbagai fakta di lapangan yang mendasari kondisi ekonomi Indonesia kini, Menteri Keuangan menyorot tiga hal krusial yang menjadi urgensi bagi pemerintah untuk ditangani. Pada ceramah yang berdurasi tiga puluh menit ini, beliau memberikan arahan guna menyikapi isu dinamika ekonomi, bencana alam, dan tahun politik dalam konteks sebagai pengelola keuangan negara.
“Mengelola perekonomian Indonesia tidak selalu dalam kondisi yang normal, aman, serta mulus, kita dihadapkan pada situasi dimana goncangan terjadi, perubahan berjalan dengan sangat cepat yang sering mungkin mengancam perekonomian kita, baik dalam bentuk geopolitik yang kemudian menyebabkan terjadinya kenaikan harga komoditas, atau bahkan merosotnya harga komoditas seperti CPO (Crude Palm Oil) karena adanya keputusan embargo, atau kita menghadapi situasi dimana kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menyebabkan suku bunga meningkat dan likuiditas global menjadi sangat ketat. Itu semua terjadi jauh disana, tapi dampaknya dapat kita rasakan. Maka, kita sebagai pengelola keuangan negara akan terpanggil dan dipanggil agar kita bisa menggunakan instrumen fiskal untuk melindungi perekonomian kita,” tutur Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, terkait isu dinamika ekonomi.
Dilatarbelakangi letak geografi Indonesia yang berada di area ring of fire yang menjadikan Indonesia bereisiko mengalami bencana alam, Sri Mulyani beranjak pada bahasan mengenai sikap kita sebagai insan Kementerian Keuangan dalam menanggapi bencana alam yang mengitari kita. "Kita harus mampu terus membangun ekonomi, mempelajari berbagai macam risiko, dan mencari instrumen, policy, mekanisme, dan SOP untuk menangani potensi risiko tersebut."
Tidak hanya mengenai kondisi ekonomi dan geografi saja, kondisi politik Indonesia juga menjadi sorotan bagi wanita yang baru saja dinobatkan sebagai Finance Minister of the Year, East Asia Pasific di tahun 2018 versi majalah Global Markets. Mengingat Indonesia tengah memasuki tahun politik, Ani memaparkan, “Sikap, tindakan, dan ucapan kita diatur dalam peraturan perundang-undangan. Jangan menggunakan alasan tahun politik ini untuk memecah silaturahmi dan kesatuan kita karena politik dan siklus politik adalah mekanisme rakyat menyampaikan aspirasi, bukan untuk membuat republik ini pecah-belah dan membuat kita saling membenci."
Tidak lupa juga, beliau berpesan agar tetap menjaga kesehatan jasmani dan rohani, serta tetap memelihara hubungan kerja yang baik tanpa mengesampingkan diri sendiri dan keluarga. Kemudian, ceramah ditutup dengan pesan yang tidak akan pernah bosan untuk Sri Mulyani sampaikan, jangan pernah lelah mencintai Republik Indonesia.
- 28 views