Tak Ada Paham Tanpa Komunikasi

Oleh: Dian Hafirshan Suryam, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Dalam hidup ini tidak ada yang pasti, kecuali kematian dan pajak.- Benjamin Franklin.
Bagaimana pendapat orang saat kamu berbicara? Apa mereka akan suka? Atau mereka cuma pura-pura dengar tanpa tahu apa yang kamu bicarakan? Sebesar apa sih keingintahuan mereka tentang topik pembicaraanmu kali ini? Semua hal itu ada di luar kendali kita, tapi berusaha sebaik mungkin juga tak pernah menjadi masalah.
“Pajak itu banyak jenisnya, ribet untuk bayarnya. Mending saya bayar zakat yang jelas nantinya bakal ke mana.”
“Rugi kita bayar pajak toh di korupsi.”
Dan tentunya tak sedikit yang akan mengeluarkan berbagai kicauan keluhan tentang pajak. Bukannya membela Negara, kebanyakan orang yang tahu memilih diam guna menghindari perselisihan berkelanjutan. Tapi tak sedikit pula yang berusaha bersua demi kepentingan Negara.
Nah orang-orang yang bersua itulah orang-orang terpilih yang tentunya memiliki setidaknya lebih banyak kepercayaan diri dibanding yang lain. Yang diharapkan mampu meningkatkan keingintahuan para pendengar tentang topik yang tentunya sangat sensitif di telinga rakyat Indonesia, tentang Pajak.
Bagaimana sih seharusnya para fiskus berkomunikasi dengan wajib pajak?
Di sinilah komunikasi efektif sangat diperlukan. Seperti yang kita tahu, komunikasi efektif itu komunikasi yang menghasilkan perubahan sikap oleh si pendengar setelah memahami si pembicara. Komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam hal ini yaitu agar wajib pajak sendiri tahu dan mau tahu pajak, berapa besar pajaknya, atau ke mana sih pajaknya nanti. Sehingga saat para wajib pajak (WP) tahu pajak itu untuk apa dengan sendirinya mereka akan memberikan pajaknya dengan ikhlas tanpa beban dan tidak terpaksa.
Seperti tahun sebelumnya, kantor saya KPP Pratama Maros lagi-lagi mengadakan konseling massal, yang isi acaranya dikhususkan kepada WP. Setiap AR mengundang 1 atau lebih WP, yang dianggap memiliki sedikit lebih banyak potensi untuk mengamankan penerimaan negara, juga WP yang sebenarnya punya rasa ingin tahu tentang pajak tapi pengetahuan mereka masih terbatas. Sehingga WP-WP yang diundang diharapkan benar-benar dapat menghadiri acara dan mau mendengarkan serta memahami seluk beluk pajak mereka. Nah komunikasi efektif itu sangat diwajibkan hadir di acara ini.
Beberapa hal yang kantor saya berikan saat berkomunikasi efektif di konseling massal WP:
1. Mengenali budaya WP
Kantor saya KPP Pratama Maros diketahui berada di Sulawesi Selatan, yang sebagian besar warganya adalah suku Bugis ini selalu mengedepankan adat. Agar para WP lebih memahami apa yang akan kami sampaikan, kami sering menghadirkan informan setidaknya satu orang adalah orang Bugis sehingga saat WP pun bertanya alur komunikasi lebih mudah berjalan.
2. Sisi kesopanan dan kesantunan
Setelah mengenal budaya Bugis lebih jauh, kami selalu mengedepankan sopan santun khususnya di daerah bugis ini. Karena tiap daerah memiliki sopan santun yang berbeda pula, maka kita harus tahu bagaimana bersikap di tiap daerah, apalagi daerah kami daerah yang begitu beradat.
3. Harapan WP
WP yang hadir tentunya sering mengharapkan hal-hal yang berbeda. Ada yang hanya ingin tahu, ada yang sebenarnya sudah tahu tapi ingin memastikan agar anggapannya tak salah. Ada juga WP yang datang karena tidak percaya pada satu fiskus jadinya ingin mengetahui dari fiskus lain.
4. Harapan fiskus
Selain memperhatikan harapan WP, sebagai fiskus yang mengadakan acara sebaiknya tidak lupa tujuan atau harapan fiskus mengadakan acara. Yaitu mengajak WP agar mau dengan keinginan sendiri membayar dan melaporkan Pajaknya masing-masing.
Nah 4 hal di atas yang sebaiknya diperhatikan dalam komunikasi efektif dengan wajib pajak baik itu dalam acara formal ataupun non formal, yaitu saat tak sengaja bertemu WP di luar kantor.(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi di mana penulis bekerja.
- 880 views