Tanah Air Mas Sla

Oleh: Mochammad Bayu Tjahono, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Kamis 28 Juni 2018, kami mengunjungi kota dengan julukan Paris van Java, bukan untuk belanja atau jalan-jalan tetapi kami mau belajar pada seseorang. Mas Sla, itu biasanya kami memanggil, entah karena beliau orang Solo dengan nama Slamet sehingga dipanggil dengan Mas Sla. Beliau adalah raja media sosial di Direktorat Jenderal Pajak, dimulai dari hobi fotografi mulailah merambah ke dunia media sosial.
Pukul 1 siang kami diterima oleh Mas Sla di ruangan yang cukup luas, sebelum memulai dialog kami diajak menyanyikan lagu "Tanah Airku" ciptaan Ibu Sud, "Tanah air ku tidak kulupakan, kau kukenang selama hidupku," demikian sepenggal syair lagu itu, tak terasa air mata menetes. "Tahu tidak kenapa saya ajak menyanyikan lagu itu?" Mas Sla memulai percakapannya. Makna lagu "Tanah Airku" berisikan tentang kecintaan terhadap negara Republik Indonesia ini. Walaupun kita akan pergi keluar negeri tanah air indonesia tidak akan pernah terlupakan dan akan selalu ada di hati sebagai suatu kebanggaan tersendiri. Kebanggaan akan tanah air akan membuat kita peduli dan mau berbuat yang terbaik untuk tanah air kita.
Indonesia merdeka karena kepedulian pemuda-pemuda pada saat itu, dimulai dari digelarnya sumpah pemuda sampai akhirnya dibacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kalau tidak karena kepedulian dan keinginan yang kuat untuk merdeka, mustahil akan terbentuk negara Republik Indonesia. Di dalam perjalanan bangsa ini juga diperlukan kepedulian untuk membangun bangsa, membangun peradaban, perekonomian, budaya, pendidikan, dan kemandirian bangsa.
Bentuk kepedulian saat ini tidak harus melalui perjuangan yang menumpahkan darah dan jiwa, namun dengan mempererat persatuan, menjauhkan dari berita hoax, dan membangun infrastruktur dan sumber daya manusia dengan dibiayai oleh pajak. Membayar pajak adalah wujud kepedulian kita terhadap bangsa Indonesia. Sumber pembiayaan pembangunan di Indonesia untuk membangun berasal dari penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, penerimaan hibah, serta hutang.
Tahun 2018 pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp1.878,4 triliun, Rp 1.609,4 berasal dari pajak sedangkan sisanya dari PNBP dan penerimaan hibah. Cukup besar target pajak yang ditetapkan oleh pemerintah, tanpa kepedulian seluruh warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan di atas PTKP target tersebut mustahil dipenuhi. Sampai dengan bulan Mei 2018 penerimaan pajak sudah mencapai Rp538,8 triliun, atau tumbuh 14,6% dari tahun lalu.
Pertumbuhan penerimaan pajak 2018 ditunjang oleh penerimaan pajak yang berasal dari aktifitas impor dan produksi. Kinerja positif beberapa jenis pajak seperti PPh Pasal 21, PPh Badan, PPN Dalam Negeri, PPN Impor memberikan sinyal positif peningkatan aktivitas ekonomi setidaknya dari perspektif penerimaan pajak. Khusus untuk bulan Mei 2018, pertumbuhan penerimaan pajak secara year on year tumbuh hingga 28,38% atau lebih tinggi dibandingkan Mei 2017 yang tumbuh 7,40%.
Pertumbuhan penerimaan pajak di Mei 2018 terutama berasal dari jenis-jenis pajak yang erat kaitannya dengan aktifitas perekonomian, seperti PPh Pasal 21 (tumbuh 15,5%), PPh Pasal 22, Impor (tumbuh 34,7%), PPN Impor (tumbuh 25,62%), PPN Dalam Negeri (tumbuh 20,08%), dan PPh Final (tumbuh 17,37%). Sementara itu, angsuran bulanan PPh Badan (PPh Pasal 25 badan) meningkat signifikan di Mei 2018 dengan realisasi mencapai Rp 16,3 triliun atau tumbuh 26,97%. Kinerja positif penerimaan pajak juga tercermin dari penerimaan sektor usaha utama seperti Industri Pengolahan dan Perdagangan yang tumbuh positif, berturut- turut tumbuh 15,40% dan 31,43%.
Semua angka di atas adalah hanya angka statistik saja, tanpa didukung oleh kepedulian semua warga negara termasuk petugas pajak pencapaian target penerimaan pajak akan mustahil. Kalau selama ini kita terlalu terkotak-kotak oleh uraian jabatan kita maka perlu kita belajar ke Dadang Heryadi, seorang pegawai PLN yang terketuk hatinya menampung 250 orang gila dan merawatnya. Itu bukan tugas dia sebagai pegawai PLN, namun karena kepedulian dialah maka dia mau melakukannya.
Masih banyak Dadang Heriyadi yang lain di negeri ini, di mana beliau berusaha menjangkau lebih di saat negara ini belum menjangkaunya. Tidak perlu kita harus seperti Dadang untuk menunjukkan kepedulian kita, cukup kita bayar pajak pribadi kita dengan benar maka hal itu akan memudahkan bangsa ini membangun, bukan hanya secara fisik namun juga sumber daya manusianya.
Tahun 2018, RAPBN diarahkan untuk pengurangan kemiskinan dan kesenjangan guna menciptakan keadilan dan perlindungan sosial pada masyarakat. Hal ini dilakukan melalui peningkatan efektifitas program perlindungan sosial dan penajaman pada belanja pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Dalam RAPBN 2018, total belanja negara direncanakan sebesar Rp 2.204,4 triliun. Jumlah tersebut meliputi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.443,3 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp761,1 triliun.
Dengan makin meratanya pembangunan infrastruktur diharapkan akan memudahkan tranportasi antar daerah, meningkatnya belanja kesehatan diharapkan akan mampu menjangkau sampai masyarakat di pelosok desa, sehingga diharapkan nantinya negara hadir untuk semua warga negara.
Di akhir ceritanya, Mas Sla mengatakan bahwa media sosial juga berperan terhadap timbulnya kepedulian. Dengan menggunakan media sosial yang bijak beliau mampu membantu pembangunan 3 masjid dan pembelian 3 keranda. Jauhkan dari pemberitaan yang hanya mencari sensasi, gunakan media sosial untuk mempromosikan pajak sehingga masyarakat tahu akan pajak dengan sebenarnya dan tahu akan kegunaan pajak. Gunakan media sosial dengan cerdik dan bijak, ingat tanah air ini membutuhkan kepedulian kita semua. Alangkah indahnya tanah air dambaan Mas Sla, tanah air yang tumbuh karena kecintaan warganya, tanah air yang berkembang karena kepedulian warganya. Tanah ku yang kucintai, engkau ku hargai. (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.
- 11700 kali dilihat