SPT Elektronik, Peduli Lingkungan, Peduli Negeri

Oleh: Andi Zulfikar, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Ada kalimat bijak yang mengatakan “alam bisa bertahan tanpa manusia, namun manusia tak akan bisa bertahan tanpa adanya alam”. Hal ini disebabkan karena manusia sesungguhnya mempunyai ketergantungan yang tinggi atas kelestarian lingkungan. Dengan kualitas lingkungan alam yang baik, maka kehidupan manusia akan semakin baik pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan kualitas hidup manusia menurun, misalnya saja penebangan pohon yang mengakibatkan bencana alam seperti banjir dan longsor.
Salah satu bagian dari alam yang harus kita jaga adalah hutan. Ekosistem hutan memiliki peranan yang penting bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Ekosistem hutan merupakan “paru-paru bumi”. Perumpamaan tersebut menggambarkan tanpa hutan, maka bumi akan menjadi sakit. Sebagaimana kita ketahui, paru-paru merupakan organ vital bagi makhluk hidup. Bila paru-paru sakit, kualitas kehidupan menjadi menurun. Demikian pula dengan bumi, bila hutannya berkurang dan rusak, maka bumi mengalami ketidakseimbangan. Hasilnya manusia mengalami berbagai permasalahan bila tidak memedulikan hubungannya dengan hutan.
Contoh dari hubungan yang tidak seimbang antara alam dan manusia adalah deforestasi yang berlebihan. Perubahan hutan menjadi non-hutan, memang mau tidak mau seringkali harus dilakukan untuk mendukung kesejahteraan manusia. Namun bila dilakukan terus menerus tanpa memikirkan dampak ke depannya, bisa jadi malah menyebabkan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia menjadi berkurang. Oleh karenanya, pencegahan lebih diutamakan daripada akhirnya penyesalan yang terjadi pada akhirnya.
DJP Mendukung Go Green
Salah satu upaya untuk mendukung gerakan go green, secara berkelanjutan, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mendorong pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) melalui cara elektronik. Pelaporan SPT melalui cara elektronik dapat mengurangi penggunaan kertas, karena penggunaan kertas pada pelaporan ini umumnya hanya pada induk SPT dan lampiran yang dianggap perlu untuk dicetak.
Contoh dari pelaporan SPT secara elektronik adalah pelaporan SPT Tahunan. Saat ini, pelaporan SPT Tahunan secara elektronik dapat dilakukan melalui e-filing dan e-form. Bila pengisian SPT e-filing harus dilakukan secara online, maka e-form dapat dilakukan terlebih dahulu dengan cara off-line menggunakan aplikasi form viewer yang disediakan DJP, kemudian setelah dibuat secara off-line bisa langsung di-upload secara online melalui DJP online.
Tahun lalu, pelaporan SPT Tahunan secara e-filing telah mencapai lebih dari 7,6 juta SPT. Dengan pelaporan tersebut, ada ratusan pohon yang tetap lestari. Menurut penelitian, setiap lima belas rim kertas ukuran A4 memerlukan 1 batang pohon usia 5 tahun. Sehingga dapat diperkirakan betapa penting penghematan kertas bagi alam. Hal ini baru dari pelaporan SPT Tahunan secara e-filing saja, kita belum menghitung dari pelaporan secara elektronik dari SPT Masa, di mana jumlah kertas yang digunakan bila melapor secara manual jauh lebih banyak setiap tahunnya.
Pelaporan elektronik juga akan menghemat energi dan air yang cukup besar serta mengurangi limbah. Penghematan tersebut diharapkan memberikan dampak yang lebih positif bagi lestarinya alam. Setiap upaya, walaupun bagaimana pun kecilnya, tetap harus dilakukan. Karena alam adalah bagian dari kita, dan kita adalah bagian dari alam. Pelaporan elektronik menjadi bukti bahwa DJP mendukung upaya go green.
Pajak adalah Paru-Paru Negara
Bila hutan diumpamakan sebagai paru-paru bumi, maka pajak adalah paru-paru bagi negara kita. Setiap tahunnya, lebih dari 75 persen pendapatan negara berasal dari pajak. Bisa dibayangkan bila penerimaan pajak tidak tercapai, maka akan mengganggu eksistensi negara. Penerimaan pajak yang tercapaikan bagaikan paru-paru yang sehat bagi Indonesia. Dengannya, bangsa Indonesia dapat menghirup udara kemandirian dengan penuh semangat.
DJP mendapatkan target penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 1.400 triliun. Hal ini memerlukan upaya yang luar biasa dari DJP karena target yang diamanahkan tersebut memang cukup besar. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai target penerimaan tersebut adalah melalui pencapaian target kepatuhan pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak.
Sistem perpajakan di Indonesia yang menganut self assessment system memerlukan partisipasi aktif dari Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya. Bila kita abai terhadap keberadaan pajak, maka bisa jadi bangsa kita akan kehilangan kesehatan ‘paru-parunya’. Seperti yang sering disampaikan orang bijak, “lebih baik mencegah daripada mengobati”, maka kepedulian kita terhadap bumi yang lestari serta negara yang berdikari dapat dimulai dengan mendukung pelaporan SPT tahunan secara elektronik.
Negara dan bumi lestari memanggil kepedulian kita!
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.
- 300 kali dilihat