Perjalanan Mencari Tempat Terpencil

Oleh: Fransiskus Xaverius Herry Setiawan, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Tanjung Harapan. Sebuah kecamatan yang terletak di tenggara Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Termasuk dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Tanah Grogot. Letaknya berada di ujung Pulau Kalimantan dan menghadap langsung ke Teluk Makasar. Kesanalah kami menuju, bersama-sama dengan fungsional pemeriksa pajak dari KPP Pratama Penajam. Lokasi perusahaan berjarak kurang lebih 120 KM dari Tanah Grogot, ibukota Kabupaten Paser. Dari KPP Pratama Penajam di Balikpapan masih 285 KM jauhnya.

Perjalanan kali ini dalam rangka melakukan pemeriksaan atas permohonan wajib pajak untuk ditetapkan sebagai daerah tertentu. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-51/PJ./2009 tanggal 7 September 2009, perusahaan yang lokasi usahanya ditetapkan sebagai daerah tertentu berhak mengurangkan biaya dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja. Biaya yang boleh dikurangkan yaitu atas penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Tentu saja untuk ditetapkan sebagai daerah tertentu, lokasi usaha wajib pajak harus memenuhi kriteria yaitu daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.

Niat perjalanan ke lokasi usaha wajib pajak pun semula diliputi keraguan. Bukan karena keengganan kami memulai perjalanan jauh, tapi lebih karena faktor infrastruktur, jalan. Berdasarkan keterangan dari beberapa wajib pajak yang berlokasi di Kecamatan tersebut, jalan menuju kesana rusak parah. Terutama jalan darat. Kalo hujan sudah melebihi kubangan sawah. Mobil yang lewat harus mondok dulu karena tersangkut. Tidak bisa lepas dari “jeram” lumpur. Bahkan beberapa orang yang pernah lewat menyarankan kami untuk membawa bekal. Tidak hanya minuman dan makanan ringan, tetapi juga membawa beras, gula, mie atau bahan makanan pokok lainnya jika sewaktu-waktu mobil terjebak di lumpur dan terpaksa harus menginap di hutan. Serem pokoknya.

Sebenarnya ada alternatif lain menuju kesana. Harus naik kapal klothok kecil dari Desa Lori. Satu setengah jam perjalanan darat naik mobil dari Tanah Grogot ke Desa Lori. Kemudian naik kapal ke Tanjung Aru, ibukota Kecamatan Tanjung Harapan selama 1 jam lebih. Dari sana naik ojek ke lokasi wajib pajak. Kalau jalannya bagus (baca : tidak becek karena hujan) bisa satu stengah jam, tapi kalo jalannya parah bisa nginep. Pilihan yang sulit.

Untunglah wajib pajak memberi pilihan yang agak melegakan. Setengah perjalanan menuju lokasi akan didampingi wajib pajak. Paling tidak kalau kendaraan terjebak di lumpur atau macet di jalan masih ada yang menyeret atau menggantikan. Gambarannya, seperempat jalan umum bisa dilalui dengan syarat menggunakan kendaraan 4WD. Tiga perempat sisanya lewat jalan perkebunan perusahaan sawit lainnya. Ini jalur yang kami pilih. Walaupun agak memutar dan melewati kebun sawit tapi bisa dilewati.

Jam menunjukkan pukul 08.24 WITA ketika kami memulai perjalanan dari KP2KP Tanah Grogot. Benar saja setelah melewati Kecamatan Kerang, jalanan beraspal mulai putus berganti dengan jalan tanah berdebu. Ada beberapa “jeram” lumpur tapi masih bisa diatasi oleh mobil 4 WD kantor. Terpaksa di dalam mobil beberapa teman yang menjalankan ibadah puasa diguncang-guncang manja. Perjalanan dilanjutkan melewati kebun sawit. Semula kami menyangka desa-desa di dalam kebun masih termasuk wilayah Kalimantan Timur. Tetapi ketika menemukan Kecamatan Kota Baru di papan nama desa, kami mulai ragu. Waktu bertanya ke Sekretaris Desa setempat, kami memperoleh informasi bahwa wilayah tersebut masuk Desa Pamukan, Kecamatan Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan. Rasanya seperti melintasi batas negara tanpa ketahuan, karena berada di tengah kebun sawit. Surprise!

Perjalanan berlanjut dengan melewati jalan perkebunan yang berdebu, berbatu dengan kubangan air di beberapa tempat. Kerasnya jalan dan berada di tengah kebun sawit membuat kami resah. Perjalanan terasa panjang dan melelahkan, apalagi ketika melewati jalanan berbatu dengan lubang-lubang menganga. Sungguh membutuhkan fisik prima dan driver handal. Tubuh penumpang terpaksa dibanting banting di dalam mobil dobel kabin. Tapi ini pengalaman seru, kami menghadapinya sambil tertawa-tawa.

Untunglah ketika jam menunjukkan pukul 13.16 WITA mobil pemandu dari perusahaan berbelok ke emplasemen pabrik. Betapa leganya kami. Akhirnya kami menemukan kembali peradaban. Setelah itu petugas fungsional melakukan tugasnya. Melakukan wawancara dengan wajib pajak, survei ke beberapa karyawan, mengambil foto dan video yang diperlukan serta mencatat beberapa hal yang ditemukan di lapangan. Tugaspun akhirnya selesai.

Berita buruk datang. Mobil pemandu dari perusahaan yang akan mengantar kami keluar lokasi dudukan pernya patah. Butuh waktu untuk mengelas dan membongkar. Pihak perusahaan menugaskan 2 orang karyawannya naik motor untuk menunjukkan jalan keluar lokasi perusahaan. Perlu diketahui luas kebun sekitar 65.000 hektar lebih. Jadi kalo sudah masuk susah keluarnya kalo tidak hafal jalannya. Akhirnya karena jaraknya terlalu jauh sang pemandu dari perusahaan mengundurkan diri. Untung ada penduduk sekitar yang mau ke Grogot jadi ada pemandu cadangan. Kami keluar kebun ketika beberapa portal sudah ditutup satuan pengamanan perusahaan. Untung ada beberapa jalan alternatif sehingga kami bisa keluar kebun. Jam delapan malam kami sampai Grogot. Sungguh perjalanan yang menantang dan melelahkan. Ini harus kami jalani dengan semangat dan keikhlasan menjalaninya. Demi menjalankan amanah dari republik tercinta, Indonesia.(*)

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.