Pajak untuk Beasiswa: Kisah Inspiratif Devi Donat

Oleh: Akhmad Isma'ul, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Pendidikan Senjata Ampuh untuk Mengubah Dunia
Sebagaimana kata Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world". Oleh karena itu, dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, inovatif, berintegritas, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah mempersiapkan anggaran pendidikan sebesar Rp660,8 triliun atau 20 persen dari APBN 2024.
Porsi yang besar untuk pendidikan. Sehingga, untuk mencapai hasil yang memuaskan, perlu dicermati bahwa kerangka hubungan pajak dan pendidikan harus berbentuk simbiosis mutualisme. Pajak bekerja untuk mengumpulkan anggaran untuk sektor pendidikan, dan pendidikan harus bekerja untuk menghasilkan generasi emas yang disertai dengan kesadaran dan kepatuhan pajak yang tinggi.
Devi, Penjual Donat dan Penerima Beasiswa
Saya akan berkisah, betapa pajak telah memberikan andil yang besar dalam upayanya mencerdaskan bangsa. Ini bukan sekadar teori di atas kertas, melainkan terpampang nyata di tengah realitas.
Devi Ulumit, seorang anak pedagang kerajinan yang pernah tinggal di atas got, sempat gagal masuk kampus impiannya. Namun, atas perjuangan gigih yang tak mengenal kata menyerah, Devi berhasil mencatatkan namanya dengan tembus ke Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Perjalanan yang tentu tidak mudah. Segala sesuatunya pernah Devi alami, mulai dari berjalan kaki menuju kampus, menahan lapar agar bisa menghemat, mengajar les privat hingga menjual donat, sampai masyhur dipanggil ‘Devi Donat’. Dalam perjalanan itu, Devi mendapat beasiswa untuk berkuliah di ITB. Hal tersebut membuat napasnya lebih panjang dalam upayanya mengejar cita-cita dan impiannya dalam menuntaskan pendidikan.
Setelah lulus, Devi memutuskan untuk menepi dari hingar bingar kota, dan mengasingkan diri ke pedalaman Palembang untuk mengabdi sebagai guru sekolah dasar dalam program Indonesia Mengajar. Pada seorang kawan, Devi pernah berkata bahwa ia memang ingin dibuang ke pedalaman, mengajar baca tulis dan mengaji. Devi ingin merasakan kehidupan yang tak biasa. Nyatanya, ia tidak menjadi guru sembarangan. Devi berhasil mengantarkan murid-muridnya menjuarai olimpiade sains hingga Jakarta.
Atas perjuangan Devi yang keras dengan berbagai dinamikanya itu, kini ia telah sukses menjadi seorang proyek manajer, menangani proyek-proyek besar Indonesia serta lulus S2 dengan beasiswa LPDP. Begitulah bagaimana pendidikan dapat mengubah hidup seseorang. Devi, adalah salah satu bukti sukses dari sekian ribu penerima beasiswa di Indonesia.
Manfaat Pajak untuk Pendidikan
Mengutip Media Kemenkeu terkait Informasi APBN 2024, alokasi anggaran untuk pendidikan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai kebijakan untuk mengatasi tantangan dan permasalahan dalam bidang pendidikan, antara lain melalui: (1) diterapkannya BOS berbasis kinerja pada tahun 2019; (2) perluasan program beasiswa afirmasi/bidikmisi melalui KIP Kuliah; (3) memperkuat pendidikan vokasi melalui pengembangan BLK Komunitas; (4) pelaksanaan Program Kartu Prakerja dan perubahan penyaluran BOS secara langsung ke rekening sekolah mulai tahun 2020; (5) pengalokasian dana abadi di bidang pendidikan yang terus meningkat, dan hasil kelolaannya terutama dimanfaatkan untuk pemberian beasiswa; (6) pelaksanaan bantuan kuota internet pada tahun 2020 dan 2021 untuk menjamin keberlangsungan proses belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19; dan (7) pelaksanaan program guru penggerak.
Sementara itu, belanja anggaran Pendidikan tahun 2024 melalui Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp241,5 triliun, antara lain untuk PIP kepada 20,8 juta siswa, KIP Kuliah kepada 1,1 juta mahasiswa, TPG Non PNS untuk 577,7 ribu guru non PNS. Selain itu, melalui Transfer ke Daerah sebesar Rp346,6 triliun berupa BOS untuk 43,7 juta siswa, BOP PAUD untuk 6,2 juta peserta didik, BOP Pendidikan Kesetaraan untuk 890,7 ribu peserta didik.
Di sisi lain, Rp77 triliun digunakan untuk pembiayaan layanan pendanaan riset untuk 28 riset baru dan 47 riset lanjutan. Serta, pemberian beasiswa baru bagi 3.000 mahasiswa serta beasiswa ongoing untuk 3.120 mahasiswa. Dan dari sekian ribu penerima beasiswa ini, tidak menutup kemungkinan akan melahirkan Devi-Devi yang lain.
Mewujudkan Siklus ‘Donat’ Positif untk Indonesia Emas
Terbukti. Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Dengan dukungan pajak, kita semua dapat memastikan bahwa setiap anak bangsa memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang berkualitas. Sebagaimana Devi, mereka yang telah berhasil mendapat kesempatan memperoleh pendidikan, dapat mengubah hidupnya dan berbalik memberikan kontribusi bagi kemajuan negara.
‘Pendidikan, beasiswa, kontribusi, pajak, dan kemajuan’ adalah sebuah siklus ‘donat’ positif yang penulis harapkan hadir setelah timbulnya kesadaran pajak yang tinggi dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045. Dan melalui artikel ini, kita tahu, bahwa harapan itu ada, dan akan selalu ada.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 351 kali dilihat