Jika Jeong Gu-won Tak Kembali

Oleh: Dio Agung Purwanto, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Para penggemar drama Korea tentu familiar dengan aktor tampan Song Kang dan aktris cantik Kim Yoo-jung yang sudah membintangi banyak drama seri yang disiarkan melalui televisi nasional di Korea Selatan dan aplikasi-aplikasi video on demand (VoD) di banyak negara. Terbaru, keduanya hadir beradu akting dalam drama seri My Demon yang tayang sejak 24 November 2023 dan berakhir pada 20 Januari 2024. Kisah romansa bertema fantasi ini berhasil merebut perhatian banyak penggemar drakor, hingga terus bertengger lama di kelompok sepuluh teratas (top ten) yang paling banyak ditonton.
Dalam serial ini, dikisahkan sesosok iblis rupawan nan kaya raya yang disebut sebagai “demon” bernama Jeong Gu-won (diperankan oleh Song Kang) dan seorang gadis manis pengusaha hebat bernama Do Do-hee (Kim Yoo-jung) yang terlibat dalam berbagai konflik hingga keduanya saling jatuh hati bahkan menjadi suami-istri. Perbedaan yang amat jauh di antara keduanya membuat berbagai permasalahan muncul tak seperti pasangan umumnya sesama manusia. Sampai suatu ketika mereka harus berpisah karena kebersamaanya bisa saling menyakiti, Gu-won pun menghilang dari hidup Do-hee.
Momen hilangnya Gu-won terjadi dua kali. Pertama, Gu-won sengaja menghilang untuk menyelamatkan Do-hee dari marabahaya yang mengintainya. Kedua, Gu-won dengan terpaksa harus lenyap selama-lamanya karena melanggar ketentuan dengan membangkitkan Do-hee dari kematian.
Nah, ternyata kisah drama ini ada hubungannya dengan pajak, lho. Mari kita tarik universe drama My Demon ini ke dunia perpajakan Indonesia. Anggaplah cerita fantasi ini terjadi di Indonesia dan tokoh-tokohnya adalah warga negara Indonesia.
Apa yang terjadi ketika Gu-won meninggalkan dunia dan lenyap dari jangkauan manusia? Ya, persoalan harta kekayaan yang ditinggalkannya. Kedua momen menghilangnya Gu-won menyisakan perkara tentang hartanya yang bermuara kepada dua model peralihan, yakni hibah dan warisan. Mengacu pada ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang (UU Ciptaker), baik hibah maupun warisan termasuk sebagai tambahan ekonomis yang menjadi objek PPh.
Hibah kepada Park Bok-gyu
Park Bok-gyu adalah pegawai setia Jeong Gu-won. Saat akan menghilang untuk pertama kalinya, Gu-won memang merencanakan hal itu. Karena itulah, ia sudah menyiapkan dokumen peralihan hartanya kepada pegawai kepercayaannya itu.
Menurut Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 UU PPh jo. UU Ciptaker, hibah dikecualikan dari objek pajak untuk keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Dalam hal ini, Bok-gyu tidak termasuk dalam pengecualian. Terlebih lagi jika mengacu kepada Pasal 6 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan (PP 55/2022) dan Pasal 2 ayat (3) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2020 tentang Bantuan atau Sumbangan, serta Harta Hibahan yang Dikecualikan sebagai Objek Pajak Penghasilan (PMK 90), Bok-gyu memiliki hubungan pekerjaan dengan Gu-won sehingga hibah kepadanya tidak dapat dikecualikan dari objek PPh.
Dengan demikian, dalam pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di awal tahun berikutnya, Gu-won harus mencantumkan harta hibah tersebut sebagai penghasilan yang dikenakan PPh dan tentunya memasukkannya ke dalam isian harta.
Warisan kepada Do Do-hee
Setelah menghilang pertama kali, Gu-won muncul kembali dan berjumpa dengan Do-hee. Kembalinya Gu-won ke dunia ini membatalkan hibah kepada Bok-gyu. Namun demikian, di saat yang bersamaan, Gu-won harus mengambil keputusan besar demi menyelamatkan Do-hee yang meregang nyawa karena sebuah serangan. Karena melanggar ketentuan yang mengikatnya dengan mengembalikan nyawa Do-hee, sebagai gantinya Gu-won harus lenyap dari muka bumi. Dalam perspektif manusia, Gu-won meninggal dunia serta meninggalkan Do-hee sebagai satu-satunya ahli waris yang ada.
Pasal 4 ayat (3) huruf b UU PPh jo. UU Ciptaker secara lugas menyebutkan bahwa warisan dikecualikan dari objek pajak tanpa ada ketentuan lain yang lebih kompleks. Karena itulah, Do-hee tidak perlu dibebani dengan penghitungan PPh atas warisan dari mendiang suaminya. Cukup melaporkan harta warisan tersebut sebagai penghasilan yang bukan merupakan objek pajak di dalam bagian harta saat melaporkan SPT Tahunan di awal tahun berikutnya.
Namun demikian, ada satu permasalahan lagi. Bagaimana bila dalam harta yang diwarisi Do-hee ada tanah dan/atau bangunan? Sedangkan perpindahan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh final sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 ayat (2) huruf d UU PPh dan pasal 1 ayat (1) huruf a tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya (PP 34/2016). Tarifnya bisa 2%, 1%, atau 0% sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) PP 34/2016.
Surat Keterangan Bebas
Mengacu kepada Pasal 6 huruf d PP 34/2016, pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris dikecualikan dari pengenaan PPh final. Untuk mendapatkan legalitas atas pengecualian PPh final ini, Do-hee harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 30/PJ/2009 tentang Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Nantinya, SKB ini disertakan saat pelaporan SPT Tahunan di awal tahun berikutnya.
*) Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 135 kali dilihat