Antrean Pembeli Mengular, Tanda Berikan Pelayanan Terbaik

Oleh: Olivia Resti Yanti, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Sore itu, di pengujung tahun 2023, saya ikut mengantre membeli kopi yang sedang viral. Harganya tidak dapat dikatakan murah, namun untuk penghasilan warga Jakarta yang kabarnya tinggi, membeli dua gelas kopi tak akan menggoyang dompet mereka --apalagi menguras.
Ini kali kedua saya memburu minuman pengusir kantuk yang tengah nge-trend ini. Jangan salah ya, kahwa pertama yang saya beli itu, kalau tidak salah ingat di sekitar bulan Agustus 2023. Kali ini saya membelinya karena teman saya yang dari luar Jakarta ingin mencicipi si kopi viral ini.
Awalnya saya berpikir, “Ah paling sudah beda rasa kopinya dari yang pertama kali saya beli waktu itu.” Namun, ternyata dugaan saya salah. Kopi viral ini tetep enak lho, konsisten enaknya. Pantes masih ramai, tambah meriah malahan. Kendati marak, standard operating procedure (SOP) setiap petugas jelas, teknologi memungkinkan alat bantu dan antrean pun tidak lama. Konsisten dan pelayanan terbaik, barangkali menjadi kunci suksesnya si kopi viral ini.
Saya rasa, dua hal ini bisa kita tiru dalam kehidupan sehari-hari, apa pun profesi kita sebagai pemberi layanan. Dalam konteks ini, tentu saya pribadi sebagai fiskus atau petugas pajak. Tentunya setiap petugas pajak memberikan layanan terbaik. Tidak hanya dengan wajib pajak, tetapi juga sinergi di dalam internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Saya jadi ingat ucapan salah satu atasan saya, pekerjaan setiap rumpun jabatan boleh jadi sama, hasil pekerjaan yang digambarkan di dalam Indikator Kinerja Individu (IKI) bisa sama, namun yang membedakan antarindividu itu adalah kontribusi dalam organisasi dan konsistensi.
Dalam rumpun pelayanan, perlakuan sama terhadap wajib pajak perlu menjadi perhatian. Bantuan teknologi saat ini yang belum merata digunakan oleh semua wajib pajak, harus menjadi perhatian DJP. Kiranya begitu pula yang dilakukan oleh si kopi viral itu, di tengah maraknya per-kopi-an saat ini. Dan ini terbukti, si kopi viral ini tetap konsisten ramainya.
Pelanggan kopi viral ini dapat dianologikan sebagai wajib pajak di DJP. Kebutuhan mereka dapat dikatakan sama. Sama-sama ingin dilayani dengan cepat, ramah, tepat sasaran. Hanya bedanya, layanan administrasi pajak tanpa dipungut biaya apapun karena mereka sudah membayar pajak secara sukarela sesuai ketentuan yang berlaku.
Berkaca pada Hasil Survei Kepuasan Pelayanan dan Efektivitas Penyuluhan dan Kehumasan tahun 2023, secara nasional DJP telah mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu “Puas dan Efektif”.
Baca juga:
[INFOGRAFIS] Hasil Survei Kepuasan Pelayanan dan Efektivitas Penyuluhan dan Kehumasan 2023
Namun, hal ini tentunya tidak menjadikan kita berpuas hati. DJP, sebagai salah satu institusi yang dihormati, tentunya tetap akan berbenah di setiap tugas dan fungsinya, salah satunya di fungsi Pelayanan, sebagai "wajah" atau "teras" DJP. Tantangan ke depan adalah saat penerapan Core Tax Administration System (CTAS). DJP tentunya senantiasa memastikan setiap pegawainya memahami CTAS terutama untuk jabatan Fungsional Penyuluh dan Petugas Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak sebagai garda terdepan. Tantangan ini akan semakin menarik karena melibatkan teknologi. Jangan lupa, kita negara kepulauan dengan tingkat topografi beragam, serta kondisi sosiokulturalnya.
Ah, rasanya sudah tidak sabar menantikan saat CTAS nanti diterapkan dengan semarak warna-warni indahnya. Tentu saya optimis, jika saatnya nanti tiba, DJP akan sangat terbuka dengan saran dan masukan yang pasti akan hadir dari berbagai pihak, terutama wajib pajak. Dan, DJP tentunya akan menjawab saran dan masukan tersebut dengan perbaikan yang cepat tanggap. Harapan saya dan tentunya semua pegawai DJP, CTAS akan mempermudah wajib pajak dalam memenuhi hak dan kewajibannya dan memudahkan fiskus juga dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sudah saatnya DJP mewujudkan tagline, “Pajak Kuat, APBN Sehat”. Dengan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan diperkuat sistem yang canggih sekaligus mudah diakses dan dimengerti, DJP akan semakin terdepan di kelasnya.
*) Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 86 kali dilihat