Gaya Hidup Baru Generasi Muda Indonesia

Oleh: Jenifer Elisabeth, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Dalam sejarahnya dahulu, generasi muda Indonesia memegang peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi pergerakan, ide, dan gagasan mereka. Jika kita mengingat sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia, lahirnya gerakan pemuda Indonesia berawal dari kebijakan politik etis yang menyadarkan orang-orang pribumi terhadap nasionalisme. Momen ini yang menjadi titik awal semangat para pemuda untuk bersatu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Kemerdekaan sudah kita rasakan dan sekarang kita memasuki era globalisasi yang mana serba keterbukaan informasi dan kemudahan akses teknologi. Hal ini menciptakan mobilitas tinggi dan interaksi tanpa batas jarak, waktu maupun negara.
Beda zaman, beda pula tantangan yang dihadapi oleh suatu generasi. Kalau dahulu para pahlawan kita melawan penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan, kini tantangan yang dihadapi generasi muda sangat bervariasi. Mulai dari derasnya arus informasi ilmu pengetahuan, daya saing tenaga kerja yang ketat, hingga kemajuan teknologi yang bisa menggantikan manusia.
Salah satu cara termudah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah melalui membaca. Sayangnya, budaya membaca nampaknya belum menjadi budaya bagi kebanyakan warga Indonesia. Hal ini terbukti dari peringkat dunia membaca yang diperoleh Indonesia. Dari 61 negara yang ada, Indonesia menempati urutan ke-60 dalam The World’s Most Literate Nations (WMLN).
Dalam hasil studi yang dilakukan Presiden Central Connecticut State University, New Britain Jhon W. Miller, negara-negara Nordik menempati peringkat teratas seperti Finlandia, Islandia, Denmark, Swedia dan Norwegia. Sedangkan di Asia, peringkat teratas dipegang Korea Selatan (22), Jepang (32), Singapura (36), China (39), Malaysia (53), Thailand (59), dan Indonesia (60).
Generasi muda atau yang sering disebut Generasi Z (generasi yang lahir antara tahun 1996 sampai 2010) dikenal memiliki gaya hidup baru yang sering disebut kepo. Kepo adalah singkatan gaul dari istilah knowing every particular object. Istilah ini ditunjukkan bagi orang yang serba ingin tahu. Jika generasi muda ini dapat memanfaatkan “kekepoannya” untuk menjadi patriot bangsa, maka bukan mustahil akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini pada pemikiran generasi muda Indonesia.
“Bagaimana cara untuk menjadi patriot bangsa ini?”
“Bagaimana suatu negara bisa menjadi negara maju?”
“Bagaimana pemerintah dapat mengelola negara?”
“Untuk melakukannya, perlu dana yang sangat besar, dari mana ya?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mencari tahu apa yang menjadi perhatian saat ini.
Indonesia sebagai sebuah negara memiliki cita-cita yang luhur seperti melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tentunya untuk mewujudkan cita-cita tersebut membutuhkan banyak hal, salah satunya adalah dana.
Salah satu sumber pendapatan Indonesia yang berkontribusi untuk mengumpulkan dana tersebut adalah pajak. Dengan pajak, banyak hal yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Uang pajak dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur bagi kepentingan umum seperti jaringan listrik, jembatan, jalan tol, bandar udara, pelabuhan, dan masih banyak lagi.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk negara diatur dengan undang-undang juga diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebanyak 82,8% pendapatan negara Indonesia bersumber dari penerimaan pajak. Melihat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2021, pajak memberikan sumbangsih terbesar bagi penerimaan negara. Tidak mengejutkan apabila pajak menjadi urutan pertama dalam hal ini, mengingat dari tahun ke tahun, goresan APBN mengatakan hal yang sama “Pajak menjadi tulang punggung negara”. Tanpa adanya pajak, kita akan kehilangan 80% penerimaan negara.
Uang pajak juga dapat dirasakan secara langsung kepada para pelajar melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta pembangunan atau perbaikan fasilitas sekolah. Selain itu, di tengah kondisi pandemi saat ini, pajak juga berperan dalam menyediakan vaksin dan pelaksanaan kegiatan vaksinasi itu sendiri.
Jika generasi muda ini dapat menerapkan gaya hidup baru menjadi patriot bangsa, maka bukan tidak mungkin mereka yang akan menjadi generasi emas Indonesia. Hal ini dikarenakan proyeksi usia produktif akan mendominasi sekitar 60% dari jumlah penduduk Indonesia sekitar 20 sampai 25 tahun yang akan datang.
Bayangkan jika 60% generasi emas tersebut membayar pajak, APBN kita akan meningkat berkali lipat. Pembangunan negara akan melesat, fasilitas yang kita rasakan akan sangat banyak, maka impian kita menjadi negara yang maju tidaklah sebatas angan.
Yuk Generasi Muda Indonesia! Sudah saatnya kita tumbuhkan rasa patriotisme kita terhadap bangsa ini. Karena Pajak Kuat, Indonesia Maju.
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 113 views