Sobat Cuan, Ini Cara Laporkan Saham di SPT Tahunan

Oleh: Rendy Brayen Latuputty, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Perhatian: Artikel ini boleh dibaca siapa saja. Entah itu seorang investor, trader, maupun scalper. Artikel ini juga tidak terbatas untuk penganut aliran tertentu saja. Mereka yang beraliran fundamental, teknikal, bandarmologi, bahkan kaesangmologi pun boleh membacanya.
A: Gimana hari ini?
B: Cuan kotos-kotos gue. Lo?
A: Kalo gue nyangkut dalem di **** (sensor kode emiten) nih.
B: Wah. Semoga besok ijo, ya.
Obrolan semacam itu rasanya semakin sering kita dengar. Entah itu di kantor, di tempat makan, ataupun di parkiran kendaraan. Bahkan tak jarang, obrolan seperti itu juga terdengar di toilet!
Ada apa gerangan? Itu bukanlah sesuatu yang negatif. Malah, itu menunjukkan suatu hal yang sangat positif. Ya, itu menunjukkan bahwa masyarakat kita sudah mulai melek investasi, khususnya investasi saham.
Kampanye bertajuk Yuk Nabung Saham yang digalakkan pemerintah sejak November 2015 tampaknya mulai membuahkan hasil. Kini, bursa tidak lagi dimonopoli kaum berduit saja. Semua orang bisa berinvestasi saham. Entah itu pekerja kantoran, PNS, anggota TNI/Polri, nelayan, petani, pedagang pasar, buruh pabrik, atau anak presiden sekali pun. Bahkan, banyak pelajar dan mahasiswa yang sudah menjadi investor saham. Bermodalkan Rp100 ribu, mereka sudah bisa menjadi pemilik perusahaan-perusahaan bonafide yang tercatat di bursa.
Di antara mereka, apalagi di musim SPT Tahunan seperti sekarang ini, banyak yang bertanya-tanya: Bagaimana cara melaporkan saham di SPT Tahunan? Mau tahu jawabannya? Simak baik-baik artikel ini sampai akhir!
Ada empat hal terkait investasi saham yang harus dilaporkan di SPT Tahunan. Apa saja itu? Pertama, portofolio saham. Kedua, rekening dana nasabah (RDN). Ketiga, penghasilan dividen. Dan yang keempat, penghasilan atas penjualan saham. Mari kita kupas satu per satu!
Portofolio Saham
Pada platform aplikasi atau situs Web perusahaan sekuritas, biasanya terdapat menu Tax Report (Laporan Pajak). Di dalamnya, terdapat dokumen-dokumen untuk keperluan pelaporan SPT Tahunan yang bisa diunduh, seperti Client Portfolio (Portofolio Nasabah), Stock Dividend Listing (Daftar Penerimaan Dividen), dan Trade Recapitulation Summary (Ringkasan Rekapitulasi Penjualan).
Client Portfolio-lah yang digunakan sebagai dasar untuk melaporkan portofolio saham dalam SPT Tahunan. Di dalamnya berisi data mengenai portofolio saham yang dimiliki investor. Mulai dari nama emiten, jumlah kepemilikan, harga pembelian rata-rata, harga pasar saat itu, hingga nilai keuntungan/kerugian yang belum terealisasi.
Di SPT Tahunan, itu dilaporkan pada bagian Daftar Harta pada Akhir Tahun. Kolom Kode Harta diisi 031 - Saham yang Dibeli untuk Dijual Kembali. Pada kolom Nama Harta bisa diisi nama emiten. Lalu, kolom Tahun Perolehan diisi tahun pembelian saham. Selanjutnya, kolom Harga Perolehan diisi nilai pembelian saham. Terakhir, kolom Keterangan bisa diisi nama perusahaan sekuritas.
RDN
RDN adalah rekening dana investor yang digunakan untuk bertransaksi di bursa efek. Walaupun dikelola perusahaan sekuritas, RDN dimiliki masing-masing investor, terpisah dari rekening milik perusahaan sekuritas.
Untuk bisa bertransaksi jual-beli saham, investor harus menyetor sejumlah dana ke dalam RDN terlebih dahulu. Namun, tidak harus semuanya dibelikan saham (dihabiskan). Sisa dana yang tidak dibelikan saham, termasuk penerimaan dividen dan penerimaan hasil penjualan saham, menjadi saldo RDN. Nah, saldo RDN itulah yang harus dilaporkan di SPT Tahunan.
Seperti portofolio saham, RDN juga dilaporkan di SPT Tahunan pada bagian Daftar Harta pada Akhir Tahun. Kolom Kode Harta diisi 019 - Setara Kas Lainnya. Pada kolom Nama Harta bisa diisi Rekening Dana Nasabah. Lalu, kolom Tahun Perolehan diisi tahun pelaporan SPT. Selanjutnya, kolom Harga Perolehan diisi saldo RDN per 31 Desember tahun pelaporan SPT. Terakhir, kolom Keterangan bisa diisi nama bank tempat RDN terdaftar.
Penghasilan Dividen
Penghasilan dividen yang diterima orang pribadi dikenai pajak penghasilan (PPh) Final sebesar 10% (asumsi: ketentuan baru dalam UU Cipta Kerja diabaikan). Dasar Pengenaan Pajak (DPP)-nya adalah jumlah penghasilan dividen yang diterima. Jadi, kalau orang pribadi menerima dividen sebesar Rp1 juta, dana yang masuk ke RDN adalah Rp900 ribu. Rp100 ribu-nya dipotong PPh Final.
Karena PPh-nya bersifat final, penghasilan dividen tidak diperhitungkan/dijumlahkan lagi ketika menghitung penghasilan neto. Penghasilan tersebut terpisah dari penghasilan yang dikenakan tarif umum Pasal 17 UU PPh. Singkatnya, pajaknya sudah selesai ketika penghasilan dividen diterima dan dipotong PPh Final-nya. Jadi, tidak akan memengaruhi jumlah PPh terutang.
Di SPT Tahunan, penghasilan dividen dilaporkan pada bagian Penghasilan yang Dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final di pos Dividen. Kolom Dasar Pengenaan Pajak/Penghasilan Bruto diisi total penghasilan dividen yang diterima selama setahun. Kemudian, kolom PPh Terutang diisi total PPh Final atas penghasilan dividen selama satu tahun. Data-data tersebut dapat dilihat di Stock Dividend Listing yang diterbitkan perusahaan sekuritas.
Penghasilan atas Penjualan Saham
Penghasilan atas penjualan saham di bursa efek dikenai PPh Final sebesar 0,1%. Perlu diingat, DPP-nya adalah seluruh nilai penjualan, bukan nilai keuntungannya (selisih antara harga jual dan harga beli) saja. Jadi, kalau suatu saham dibeli dengan harga Rp80 juta dan dijual Rp100 juta, dipotong PPh Final sebesar Rp100 ribu, bukan Rp20 ribu.
Sama seperti penghasilan dividen, penghasilan atas penjualan saham di bursa efek juga tidak diperhitungkan/dijumlahkan lagi ketika menghitung penghasilan neto. Artinya, penghasilan tersebut juga terpisah dari penghasilan yang dikenakan tarif umum Pasal 17 UU PPh. Otomatis, pajaknya pun sudah selesai ketika penghasilan atas penjualan saham diterima dan dipotong PPh Final-nya. Jadi, juga tidak akan memengaruhi jumlah PPh terutang.
Di SPT Tahunan, penghasilan atas penjualan saham di bursa efek dilaporkan pada bagian Penghasilan yang Dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final di pos Penjualan Saham di Bursa Efek. Kolom Dasar Pengenaan Pajak/Penghasilan Bruto diisi total penghasilan atas penjualan saham yang diterima selama setahun. Kemudian, kolom PPh Terutang diisi total PPh Final atas penghasilan dari penjualan saham di bursa efek selama satu tahun. Data-data tersebut dapat dilihat di Trade Recapitulation Summary yang diterbitkan perusahaan sekuritas.
Bagaimana, Sobat Cuan? Sangat mudah, bukan? Apalagi dengan adanya e-Filing, kini lapor SPT Tahunan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, cukup pakai perangkat yang bisa internetan. Bahkan, itu bisa dilakukan sambil rebahan! Mantap, kan?
Jadi, Kenapa Harus Nanti? Lapor SPT Hari Ini.
*)Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja
- 11520 views