Kesadaran Dari Tjilik Riwut Sampai Bergson

Oleh: Suparnyo, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Kesadaran, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu keinsafan; keadaan mengerti. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah menjadikan pelajaran atas apa yang sudah terjadi, kemudian paham akan apa yang harus segera dilakukan sekarang, sehingga memiliki efek di masa datang.
Kesadaran adalah sebuah kata yang bermakna positif. Apa yang sudah terjadi pada masa lalu (baik/buruk, khilaf/salah), dapat diambil hikmah, sehingga menghasilkan kebaikan ke depan. Tidak harus melakukan semua sendiri untuk ambil pelajaran (mustahil bisa), karenanya sejarah dibuat untuk dipelajari. Terlebih, hal paling penting adalah bagaimana nantinya kita bisa membuat catatan sejarah ”keren” untuk anak cucu cicit.
DULU
Pada 1945, Indonesia merdeka. Kesadaran akan kemerdekaan merupakan kewajiban pada masa penjajahan. Banyak tokoh (pahlawan) dari tiap daerah muncul, dengan tekad untuk menang.
Marsekal Pertama TNI (HOR) (Purn.) Tjilik Riwut misalnya. Setelah dari Pulau Jawa untuk menuntut ilmu, Tjilik Riwut diterjunkan ke Kalimantan oleh Pangeran Muhammad Noor, Gubernur Borneo saat itu sebagai pelaksana misi Pemerintah Republik Indonesia yang baru saja terbentuk, namun dia tidak terjun.
Nama-nama yang terjun merebut kalimantan adalah Harry Aryadi Sumantri, Iskandar, Sersan Mayor Kosasih, F. M. Suyoto, Bahrie, J. Bitak, C. Williem, Imanuel, Mika Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, J. H. Darius, dan Marawi. Rombongan-rombongan ekspedisi ke Kalimantan dari Jawa yang kemudian membentuk barisan perjuangan di daerah yang sangat luas ini. Mereka menghubungi berbagai suku Dayak di berbagai pelosok Kalimantan untuk menyatukan persepsi rakyat yang sudah bosan hidup di alam penjajahan sehingga bersama-sama dapat menggalang persatuan dan kesatuan. (sumber: wikipedia).
Selain Tjilik Riwut, betapa banyak orang-orang yang namanya tidak pernah kita dengar di situ. Pahlawan (pemimpin) tanpa rakyat dengan bambu runcingnya waktu itu pasti percuma, semua bergandengan tangan. Bukan hanya harta yang dipertaruhkan, nyawa pun rela.
Setelah bebas merdeka, hal yang lebih penting adalah bagaimana mengisinya. Kalimat terakhir pada pembukaan UUD 1945 adalah ”mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal tersebut hanya bisa diwujudkan dengan pembangunan (merata), itulah mimpi para pendiri bangsa.
KINI
Pada 2020, hampir 80 persen dari total belanja pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp2.540,4 triliun adalah dari pajak. Pertanyaannya, kemana saja uang pajak kita?
Secara garis besar bahwa uang pajak yang kita setor adalah untuk transfer ke daerah 33,59 %, pelayanan umum 21,02 %, ekonomi 15,83 %, perlindungan sosial 8,16 %, pendidikan 6,20 %, ketertiban dan keamanan 5,81 %, pertahanan 4,41 %, kesehatan 2,55 %, perumahan dan fasilitas umum 1,08 %, perlindungan lingkungan hidup 0,72 %, keagamaan 0,41 % serta pariwisata 0,22 %. Setelah Kementerian Pertahanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendapatkan anggaran nomor 2 paling besar dengan Rp120,2 triliun. Itulah bukti bahwa porsi besar APBN adalah untuk pembangunan, sesuai cita-cita para pahlawan.
Kesadaran akan pembangunan adalah mutlak saat ini. Membangun apapun tentu butuh uang dan uang bagi negara adalah pajak. Sayangnya, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak (DJP) bahwa sampai dengan saat ini tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih rendah.
Berbagai cara masyarakat lakukan, diantaranya dengan tidak mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak (WP) dan bagi yang sudah punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) cenderung tidak melapor dan membayar pajak sesuai kondisi sebenarnya. DJP sudah melakukan bermacam cara untuk meningkatkan kepatuhan. Mulai dari sosialisasi, imbauan bahkan sampai pemeriksaan. Itu semua ternyata belum dan tak akan pernah cukup, tanpa kesadaran bersama, bayar pajak.
Pemerintah juga sudah merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013 dengan PP 23 tahun 2018. Berupa peraturan PPh Final Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbaru untuk wajib pajak dalam negeri, yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas yang memiliki dan menerima perederan bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu Tahun Pajak. Revisi ini terutama penurunan tariff dari 1 persen menjadi 0,5 persen.
Ada konsekuensi penurunan penerimaan pajak atas aturan tersebut karena tarif turun setengah, tetapi apabila disertai dengan peningkatan lebih dari dua kali lipat jumlah pembayar pajak tentu hasilnya akan lain. Kesadaran untuk gotong royong memberikan kontribusi wajib lewat pajak, itulah semangatnya.
NANTI
Pada 2045, tepat satu abad setelah merdeka, Indonesia menuju generasi emas. Menurut Sri Mulyani, ada empat hal yang harus dipersiapkan. Pertama yaitu kualitas manusianya, kedua infrastruktur, ketiga kualitas kelembagaan agar profesional dan tidak korup, keempat adalah kebijakan pemerintah. "Kalau Presiden Jokowi fokus bangun manusia dan infrastruktur, itu bukan hobi," tegasnya.
Lagi dan lagi, membangun, manusia (nonfisik) dan infrastruktur (fisik). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Contoh, ketika membangun kampus/sekolah, tujuannya adalah untuk menghasilkan generasi-generasi unggul masa datang.
Yang perlu disadari, ke depan, ketika pembangunan fisik sudah bagus dan merata, manusia-manusia pilihan adalah keniscayaan, yaitu manusia dengan semangat baja, mental baik, dan karakter super. Semua serba persaingan, tak terkecuali dengan robot.
Menurut Bergson, kesadaran muncul ketika kehidupan muncul, ia menyertainya seperti bayangan. Ini karena kesadaran adalah dasar tindakan; melalui kesadaranlah hal-hal direncanakan dan keputusan diambil. Kesadaran betul-betul mampu melakukan ini karena ingatannya atas masa lalu dan kemampuannya untuk meramalkan masa depan.
Karena semua kemampuan ini, kesadaran sanggup fokus dan mengatasi kapan pun makhluk hidup menghadapi keadaan yang membutuhkan arah dan membuat pilihan di antara berbagai macam pilihan. Namun, kesadaran menjadi lemah bila ia tidak perlu membuat pilihan, bertindak secara mekanis atau berdasarkan kebiasaan. Karena pilihan identik dengan kebebasan, kerja kesadaran didasarkan pada kebebasan dan ia mengatur kebebasan dalam aktualitas. Dengan demikian, peran kesadaran berkaitan dengan ingatan, menilai masa depan, pilihan dan kebebasan.
Dai kondang A.A. Gym sering mengatakan dalam ceramahnya, ”Mulai dari yang kecil-kecil. Mulai dari diri sendiri. Mulai sekarang.” Sejarah akan selalu ada, apa yang kita lakukan sekarang akan sangat mempengaruhi, bahkan menentukan hidup generasi penerus kelak.
*) Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 512 views