Work Hard Play Hard

Oleh: Nur Iksan, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Geliat dunia Bisnis di Indonesia memang tidak ada habisnya, terutama adalah dalam hal bisnis kuliner. Tidak dapat dipungkiri masyarakat sekarang ini sangat condong pada suatu tren tertentu yang lagi viral atau menjadi trending dalam kurun waktu tertentu. Demi hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu dari cita rasa menu tertentu yang baru saja menjadi trending, tentunya hal ini tidak akan dilewatkan oleh kalangan yang dapat dikatakan doyan makan, beberapa orang bahkan hanya sekedar berfoto-foto ria untuk menghiasi akun instagramnya masing-masing supaya tidak kalah dengan teman-temannya. Tak jarang bahkan sampai rela antri panjang hanya demi dapat memuaskan rasa ingin tahu yang menggebu. Hal ini tentu menjadi peluang dan tantangan bagi seluruh pengusaha kuliner untuk dapat bersaing atau bahkan untuk mengembangkan usaha. Banyak cara dilakukan mulai dari pemberian nama makanan yang unik atau bahkan dapat dikatakan tak lazim di telinga kita, inovasi pada makanan atau minuman yang membuat cita rasa berbeda dan kemudian menjadi viral karena rasanya yang unik atau super lezat, lalu dengan desain tempat yang kekinian sekali dengan pernak-pernik/ ornamen yang membangun suatu suasana tertentu, dan mendekatkan diri pada konsumen dengan cara pemasaran yang murah, kekinian dan efektif yaitu dengan membuat akun-akun restoran dan kuliner pada instagram untuk mempromosikan produknya dengan menampilkan berbagai foto dari makanan atau minuman, yang diambil portraitnya dengan khas sehingga menggugah siapa saja yang melihatnya untuk turut ingin mencicipi karena terlihat sangat menggiurkan.
Keadaan masyarakat yang demikian juga turut menjamur dilingkungan kerja kita DJP terlebih lagi untuk kaum muda-mudinya. Kebiasaan doyan jajan dan makan ini memang bukan hal yang baru
Apalagi untuk kita yang masih menjalani yang namanya masa remaja. Karena pada masa-masa itu lah kita berlomba-lomba untuk menjaga eksistensi diri, dari segi ekonomi memang kebiasaan ini bisa dikatakan boros dan sedikit terlihat membuang-buang waktu tetapi tidak masalah karena everytime we enjoy wasted is not wasted time. Menariknya disisi lain karena kita adalah anak muda yang bekerja di DJP dan mengabdikan diri untuk penerimaan negara, kebiasaan ini justru dapat menjadi cara kerja yang fleksibel apabila kita dapat memanfaatkan dengan baik informasi yang kita bisa gali dari kebiasaan tersebut atau boleh saya katakan ini adalah bentuk pengamatan terselubung. Sambil jajan sambil iseng-iseng mencatat alamat, ngobrol-ngobrol sama teman sambil ngamatin jumlah pengunjungnya dan harga makanan/minuman yang tertera dimenu (untuk memperkirakan jumlah omzet usaha). Beberapa hal tersebut mungkin terlihat sederhana dan sepele tetapi apabila data atau informasi yang kita terima tersebut dapat kita bawa sampai kantor tentunya data tersebut akan sangat bermanfaat sekali. Dari data tersebut kita bisa mencari tahu siapa pemilik tempat usaha tersebut kemudian berlanjut kepada, apakah tempat usaha tersebut sudah memiliki NPWP? Lalu apabila sudah memiliki NPWP, apakah tempat usaha tersebut sudah menjalankan kewajiban perpajakannya? Kemudian semisal kewajiban perpajakannya sudah dijalankan apakah sudah benar dalam pengisian angka-angkanya? Dari tindakan kita yang mungkin sepele tadi dapat berubah menjadi sesuatu yang sangat berguna apabila kita bisa memanfaatkannya dengan baik dapat dikatakan inilah work hard play hard. (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.
- 173 views