Forum Fasilitator, Mencetak Episentrum Semangat Inklusi
Oleh: Edmalia Rohmani, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Selama tiga hari, Yogyakarta menjadi episentrum gempa. Kali ini bukan sebab tektonik yang mengguncangnya, namun karena gempita semangat para peserta Forum Fasilitator Inklusi Kesadaran Pajak yang dihelat di Aula Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta, 26-28 Februari 2018 lalu.
Acara yang diikuti oleh 96 peserta se-Indonesia ini merupakan episode lanjutan dari forum serupa di bulan Juni 2017 yang telah menahbiskan 36 fasilitator. Penambahan peserta merupakan strategi Ditjen Pajak dalam memperkuat lini di garda depan. Dengan mencetak fasilitator tambahan dari unit-unit kerja yang belum sepenuhnya terisi, Ditjen Pajak memastikan program inklusi kesadaran pajak di dunia pendidikan sepenuhnya siap diimplementasikan di tiap jengkal wilayah NKRI.
Program inklusi adalah upaya bersama Ditjen Pajak dengan Kemendikbud dan Kemenristek Dikti selaku pihak yang membidangi pendidikan untuk menanamkan kesadaran pajak kepada peserta didik dan tenaga pendidik melalui integrasi materi kesadaran pajak dalam pendidikan.
"Kerja sama Kemenristek Dikti dengan Ditjen Pajak adalah dukungan untuk memfasilitasi pembelajaran kesadaran pajak dalam pendidikan tinggi. Ini adalah upaya terwujudnya generasi emas Indonesia yang bermutu dan berkarakter serta membangun kepatuhan perpajakan di masa mendatang," demikian sambutan Kasubdit Pendidikan Akademik Ditjen Belmawa Kemristek Dikti Sirin Wahyu Nugroho.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa program ini sesuai dengan Nawa Cita yaitu meningkatkan mutu hidup manusia Indonesia melalui peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan serta melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional.
Menurut paparannya, pajak sebagai salah satu instrumen penting untuk membangun keunggulan-keunggulan strategis bangsa, salah satunya untuk peningkatan kualitas daya saing SDM Indonesia dan pengembangan IPTEK. Apalagi, pembangunan Indonesia 75% ditopang dari penerimaan pajak dan 20% APBN dikucurkan untuk dana pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran pajak sangat diperlukan untuk menciptakan generasi sadar pajak di masa mendatang.
Pada acara itu, Kasubdit Penyuluhan Perpajakan Aan Almaidah Anwar menjelaskan tiga fase roadmap inklusi:
1. Masa Edukasi (2014-2030);
2. Masa Kesadaran (2030-2045);
3. Masa Kesejahteraan (2045-2060).
Pada fase pertama ini, setidaknya tercatat beberapa capaian yang berhasil diraih Ditjen Pajak. Selama delapan bulan terakhir, lebih dari 90% kantor wilayah (kanwil) di seluruh Indonesia telah berpartisipasi dalam upaya ini. Sebanyak 31 dari 34 kanwil telah melaksanakan Sharing Session inklusi yang bekerja sama dengan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) di wilayah masing-masing.
Capaian lainnya, Ditjen Pajak bekerja sama dengan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti telah menyusun buku Mata Kuliah Wajib Umum yang terintegrasi dengan muatan kesadaran pajak sebagai sumber bahan ajar dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Pemilihan metode kurikulum yang "tersamarkan" dan terinternalisasi dengan materi kuliah yang disampaikan dianggap paling pas dan mampu mentransfer nilai-nilai inklusi hingga ke bawah sadar dosen maupun mahasiswa.
Selain itu, pengembangan microsite beralamat edukasi.pajak.go.id sebagai kanal referensi informasi terkait program ini juga menjadi salah satu prioritas utama. Selain informasi seputar inklusi, situs tersebut juga menyediakan bahan ajar yang bisa diunduh secara gratis dan disesuaikan dengan kebutuhan anak didik, seperti buku, komik, video, dan sebagainya.
Capaian-capaian tersebut akan menjadi formulasi sempurna bila para fasilitator ini berhasil menyelesaikan misinya: bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di bawah koordinasi Kopertis untuk menyelenggarakan sharing session dan memilih dosen-dosen "Mitra Inklusi", melakukan pendampingan dosen dan bimbingan teknis inklusi, mendampingi pendidik dalam membuat rencana pembelajaran, dan memastikan program ini berjalan baik di unit kerja masing-masing.
Tentu semua amanah itu bukan perkara mudah, namun komitmen yang dilantangkan seluruh fasilitator pada perhelatan itu seakan menjawab segalanya. Tak ada yang tak mudah dan tak mungkin apabila semua pihak bergandengan erat, saling bersinergi menyuntikkan semangat inklusi demi masa depan generasi emas Indonesia yang gilang-gemilang. (*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi di mana penulis bekerja.
- 113 views