
Ruang aula di SMA Negeri 7 Tangerang Selatan pagi itu terasa berbeda. Biasanya, tempat ini dipenuhi oleh siswa yang berlatih musik atau berkumpul untuk acara sekolah. Namun, kali ini, mereka duduk rapi mendengarkan seseorang yang bukan guru mereka. Di depan mereka, seorang pemateri dari KPP Madya Tangerang dalam program “Pajak Bertutur." Para siswa ini diajak untuk berpikir lebih dalam tentang pajak. Bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai alat penting dalam pembangunan bangsa.
“Apa yang pertama kali kalian bayangkan ketika mendengar kata pajak?” ujar pemateri pada kegiatan Pajak Bertutur.
Pajak. Mendengar kata ini, mungkin yang terbayang dalam benak siswa-siswi adalah sesuatu yang serius, rumit, dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Namun, sebenarnya pajak adalah bagian penting dari kehidupan kita, dan program Pajak Bertutur hadir untuk mengenalkan hal ini kepada generasi muda.
Dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2024, Pajak Bertutur adalah sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang dirancang sebagai bagian dari Program Inklusi Kesadaran Pajak dalam Pendidikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran pajak sejak dini kepada peserta didik agar tumbuh kepedulian terhadap pajak sebagai sumber utama penerimaan negara.
Selain untuk meningkatkan kesadaran pajak, Pajak Bertutur kali ini dihelat dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 dan Hari Pajak dengan mengusung tema “Lampaui Batas, Bangkit untuk Indonesia Emas” dan tagar “Pajak Bertutur 2024: Sehari Mengenal, Selamanya Bangga”.
Program ini bukanlah kuliah monolog tentang aturan pajak yang kaku. Sebaliknya, pemateri menggunakan contoh-contoh nyata yang dekat dengan kehidupan para siswa. Pemateri menunjukkan bagaimana pajak mempengaruhi fasilitas yang mereka gunakan setiap hari, seperti jalan yang mereka lalui saat pergi ke sekolah, atau laboratorium sains dengan peralatan lengkap yang mereka gunakan untuk praktikum.
“Pajak itu uang yang harus kita bayarkan ke negara, kan? Sepertinya rasanya berat, terutama kalau kita merasa nggak dapat manfaat langsung dari pajak itu,” ujar salah seorang siswa.
“Bayangkan kalau sekolah ini tidak punya laboratorium yang memadai. Bagaimana kalian bisa belajar dengan baik? Pajak yang dibayarkan oleh orang tua kita, oleh guru-guru kita, dan bahkan oleh orang-orang yang kita tidak kenal, itulah yang membantu membangun fasilitas seperti ini,” jelas pemateri sambil menunjuk ke arah laboratorium sekolah yang terlihat dari aula.
Setelah memahami apa itu pajak, pemateri mengajak siswa untuk berdiskusi, “apa yang bisa kita lakukan sebagai generasi muda?”
Generasi Z saat ini adalah calon generasi emas. Pada tahun 2045 (20-25 tahun lagi), generasi ini akan berada di usia produktif dan diproyeksikan mendominasi sekitar 60% dari proyeksi jumlah penduduk nanti (297 juta). Jika 60% generasi emas tersebut membayar pajak, maka APBN kita akan meningkat berkali-kali lipat. Pembangunan negara akan melesat, fasilitas diberikan negara akan semakin bermanfaat.
“Namun, saat ini adik-adik masih sebagai siswa SMA, belum membayar pajak, lalu apa yang bisa dilakukan?” pemateri membuka diskusi.
Beberapa siswa menyebutkan apa saja peran siswa dalam pembangunan Indonesia, di antaranya disiplin dalam mengikuti upacara bendera sebagai wujud rasa nasionalisme, mematuhi tata tertib sekolah, menjaga nama baik, giat belajar, dan berlomba-lomba meraih prestasi.
Program Pajak Bertutur di SMA ini tidak hanya mengajarkan siswa tentang pentingnya pajak, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial. Mereka belajar bahwa pajak bukan hanya sekadar uang yang hilang dari dompet mereka, tetapi investasi untuk masa depan yang lebih baik.
Seorang siswa mengangkat tangan saat akhir sesi, “Saya dulu pikir pajak itu hanya sesuatu yang memberatkan. Tapi, sekarang saya tahu, kalau kita mau masa depan yang lebih baik, ketika dewasa nanti kita harus ikut berkontribusi, melalui pajak ini.”
Seiring waktu, ketika anak-anak ini tumbuh dewasa, mereka akan membawa pemahaman dan cinta ini ke dalam kehidupan mereka sebagai warga negara. Mereka membawa pemahaman bahwa setiap rupiah yang mereka atau orang tua mereka bayarkan memiliki tujuan yang mulia—membangun negara ini menjadi lebih baik. Pajak bukan lagi sesuatu yang jauh dari mereka, tetapi bagian dari tanggung jawab mereka sebagai warga negara yang peduli.
Pajak Bertutur tidak hanya mengedukasi, tetapi juga menginspirasi—membentuk generasi muda yang siap berpikir kritis, bertindak bijak, dan berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik.
Pewarta: Fildzah Widya Ghufrani |
Kontributor Foto: Fildzah Widya Ghufrani |
Editor: Ida R. Laila |
*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 120 kali dilihat