Catatan Redaksi: Demi melindungi hak anak usia sekolah dengan kebutuhan khusus, reportase dan penulisan telah memperoleh izin dari pihak sekolah. Demi menyematkan sebutan yang lebih pantas, kami juga menghindari penggunaan kata “tuna”.

Pagi ini merupakan hari yang terik. Namun itu tidak menyurutkan semangat Qurrata Ayyun, siswi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Parepare, ketika menyanyikan lagu Tutur Batin oleh Yura Yunita. Qurrata dan kawan-kawan mengikuti program “Belajar di Kantor Pajak”, yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Parepare (Kamis, 6/6). 

Meskipun hanya membawakan dua lagu, lantunan suara yang merdu sudah menyita banyak perhatian para pegawai yang turut hadir di aula. Beberapa pegawai mencoba menahan tetesan air mata untuk membuat suasana tetap ceria bagi teman-teman berkebutuhan khusus.

“Aku tak sempurna, tak perlu sempurna, akan kurayakan apa adanya,” ujar Qurrata.

Lantunan suara yang indah bukanlah sebuah kejutan. Pasalnya, ia saat ini sedang mewakili Provinsi Sulawesi Selatan dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) pada tahun 2024 ini. Sebagai Teman Netra, Qurrata memiliki keteguhan yang kuat dalam melatih suaranya. Setelah penampilannya usai, penonton pun dengan bangga memberikan apresiasi setinggi-tingginya dan bertepuk tangan menggunakan bahasa isyarat. Setelah penampilan Qurrata, beberapa anak yang lain juga terdorong untuk ikut menunjukkan potensi dirinya. 

Meskipun memiliki keterbatasan, Qurrata memiliki anugerah lain berupa suara yang merdu yang dapat dimaksimalkan. Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun memiliki banyak keterbatasan, kita tidak harus sempurna untuk perlu menerima diri kita sendiri. Kita harus yakin dan mensyukuri apa yang kita miliki serta mengeluarkan potensi diri secara maksimal.

Selain menyanyikan tembang, Qurrata dan teman-teman berkebutuhan khusus lainnya sangat menikmati anjangsana ke KPP Pratama Parepare. Terdapat 20 siswa-siswi istimewa yang ikut serta dalam kunjungan ini. Mereka antara lain Teman Tuli, Teman Daksa, Teman Grahita, Teman Netra, Teman Bisu, serta penyandang autis yang akan terbagi ke dalam beberapa kelompok belajar. 

Pada kesempatan ini, mereka berkeliling ke seluruh ruangan untuk mempelajari fungsi dari masing-masing seksi di kantor pajak. Selain belajar, mereka juga bersosialisasi dengan para pegawai kantor pajak dengan bertegur sapa dan mengenalkan diri masing-masing.

Rekan-rekan pegawai dan siswa-siswi SLB pun dapat berinteraksi dengan baik. Tidak dapat dimungkiri, cara berkomunikasi merupakan salah satu bentuk ilmu yang harus kita miliki agar dapat menyampaikan maksud dan tujuan kita dengan jelas kepada orang lain.

Selain berkenalan, kami juga mengajak para siswa untuk mempraktikkan cara menjadi wajib pajak dan cara menggunakan layanan pemerintah. Siswa-siswi diberikan nomor antrean dan diarahkan untuk menunggu sesuai nomor urut antrean.

Kepala Sekolah SLBN 1 Parepare Faisal Syarif sangat mengapresiasi tingkah laku murid didiknya yang begitu konsisten dalam mematuhi aturan.

“Tadi terdapat murid yang kami perintahkan untuk maju meskipun belum dipanggil nomor antreannya dan mereka tidak mau,” ujar Faisal.

Setelah menerima nomor antrean, siswa-siswi berkebutuhan khusus juga berlatih menyampaikan permohonan atau berkonsultasi ihwal pajak di meja helpdesk.

“Ada yang bisa dibantu, Dek?” ungkap pemberi layanan.

“Mau tau tentang pajak,” ujar salah satu siswa SLB.

Bentuk komunikasi tersebut merupakan salah satu pelajaran yang diserap oleh murid-murid SLB. Kegiatan ini dibutuhkan karena sebagai warga negara, teman-teman berkebutuhan khusus juga akan menggunakan fasilitas negara atau layanan pemerintah untuk menjalani kehidupan.

Selain itu, siswa-siswi SLB juga mempelajari batas penghasilan yang dapat dikenai pajak. 

“Berapa batas penghasilan usaha yang dikenai pajak?” ujar guru pendamping.

“Satu juta,” ujar salah satu murid SLB.

“Bukan, yang betul adalah 500 juta,” ucap salah seorang pegawai.

Mendengar jawaban itu, murid tersebut pun mengangguk. Ia juga menceritakan bahwa orang tuanya memiliki usaha jual beli beras dan ingin mengetahui berapa batas penghasilan yang dapat dikenai pajak.

Setelah berkeliling di seluruh ruangan, semua murid SLB berkumpul di aula untuk menempelkan harapan mereka pada pohon cita-cita yang telah disiapkan. Ada yang ingin menjadi pegawai, polisi, dokter, ataupun profesi-profesi lainnya.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengingatkan siswa-siswi berkebutuhan khusus bahwa dengan seberapa pun kemampuan yang kita miliki dan seberat apapun rintangan, kita harus tetap berusaha dan bermimpi agar kita dapat meraih apa yang kita inginkan.

Selain itu, para pegawai juga mengajak teman-teman berkebutuhan khusus untuk menyuarakan dan membuat gerakan yel-yel sesuai nama kelompok yang diberikan. para siswa sangat antusias dalam menyuarakan suara yel-yel mereka.

“Kelompok satu mana suaranya,” ungkap salah seorang pegawai.

“Rawwwwrrr…,” pungkas kelompok satu yang merupakan kelompok harimau.

Kelompok yang lain pun tidak ingin kalah dan menyuarakan suara yel-yel mereka. 

Pada akhir acara, Faisal berterima kasih kepada KPP Pratama Parepare atas kesempatan yang telah diberikan kepada SLBN 1 Parepare untuk mengikuti program “Belajar di Kantor Pajak”.

“Teruntuk pegawai KPP Pratama Parepare, terima kasih telah mengundang siswa-siswi kami untuk belajar tentang pajak karena ini tergolong sebagai pengembangan literasi bagi teman-teman berkebutuhan khusus,” ujar Faisal.

Dengan adanya kegiatan ini, pihak KPP Pratama Parepare berharap bahwa edukasi dapat diberikan secara inklusif ke seluruh lapisan masyarakat termasuk siswa-siswi berkebutuhan khusus.

Selain itu, kami berharap pajak tersebut dimanfaatkan untuk mendirikan fasilitas SLB, membangun ruang publik dan transportasi umum ramah disabilitas, mengadakan program pelatihan, mengalokasikan bantuan sosial ataupun tunai, serta bantuan-bantuan lain yang dibutuhkan.

Terdongkraknya penerimaan negara di sektor perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah untuk memberikan pendidikan yang inklusif serta memperbaiki kesejahteraan sosial bagi teman-teman berkebutuhan khusus.

Pajak kita untuk kita!

 

Pewarta: Muhammad Zaky Azhar Arviansyah
Kontributor Foto: Kresna Harimurti
Editor: Muhammad Irfan Nashih

*)Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.