Oleh: Hepi Cahyadi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

 

Banyak negara di berbagai belahan dunia yang telah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran mereka. Kecerdasan buatan (AI) dan pengolahan analitik data semakin membantu merencanakan pengeluaran dengan lebih akurat. Sebagai contoh, Estonia telah lama dikenal sebagai pelopor dalam penerapan digitalisasi pemerintahan. Negara di Kawasan Baltik ini mengadopsi sistem e-government untuk mempercepat dan menyederhanakan proses administrasi anggaran, serta meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan publik. Estonia tidak hanya mengandalkan teknologi untuk mencapai efisiensi, tetapi juga memastikan bahwa sistem anggaran sepenuhnya dapat diakses oleh publik secara online, memungkinkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengawasan anggaran dan mengurangi biaya administrasi yang tidak efisien.

Pendekatan berbasis kinerja kini menjadi salah satu tren utama dalam pengelolaan anggaran di berbagai negara. Sistem ini dibangun untuk memastikan setiap pengeluaran anggaran dapat dirangkai dengan hasil yang diinginkan. Singapura, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan pengelolaan anggaran yang paling efisien, mengadopsi sistem anggaran berbasis kinerja dengan menekankan pencapaian hasil daripada hanya sekadar alokasi dana. Negara ini telah berhasil mengintegrasikan pengelolaan anggaran dengan indikator kinerja, memungkinkan pemerintah untuk fokus pada efisiensi dan dampak dari setiap pengeluaran. Kanada telah menerapkan anggaran berbasis kinerja dengan melibatkan analisis presisi dan evaluasi terhadap setiap program pemerintah, memastikan bahwa setiap dana yang dikeluarkan memberikan manfaat maksimal.

Ketidakpastian ekonomi global yang dipicu situasi memanas geopolitik, perang tarif, krisis keuangan dan perubahan iklim, telah mendorong banyak negara untuk mengadopsi strategi perencanaan anggaran jangka panjang. Jerman, dengan kebijakan fiskalnya yang konservatif, memprioritaskan keseimbangan anggaran dan memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan. Negara yang terkenal dengan tekhnologinya ini memperkenalkan kebijakan "Schwarze Null" atau "Nol Hitam", yang bertujuan untuk mengatasi defisit anggaran dan menjaga keberlanjutan fiskal dalam jangka panjang. Di sisi lain, Selandia Baru juga mengadopsi pendekatan perencanaan anggaran jangka panjang yang berfokus pada keberlanjutan. Dalam sistem anggaran Selandia Baru, dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari setiap pengeluaran dianalisis secara komprehensif. Pendekatan ini tidak hanya memperhatikan kesejahteraan ekonomi saat ini, tetapi juga memastikan kestabilan fiskal di masa depan.

Pendekatan Zero-Based Budgeting (ZBB), di mana setiap program atau kegiatan anggaran dimulai dari nol dan harus dijustifikasi secara terpisah, semakin populer di banyak negara sebagai cara untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan transparansi. Amerika Serikat, tepatnya negara bagian California, telah mengimplementasikan ZBB dalam pengelolaan anggarannya untuk memastikan bahwa setiap alokasi dana didasarkan pada kebutuhan yang konkret, bukan hanya berdasarkan anggaran tahun sebelumnya. Dengan ZBB, pemerintah dapat mengukur ulang setiap pos anggaran dan memastikan bahwa hanya program yang memberikan dampak nyata bagi masyarakat yang mendapatkan persetujuan pendanaan.

Di Brasil, sistem e-participation dimanfaatkan warga negara memberikan masukan tentang prioritas anggaran di tingkat lokal. Ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk ikut berperan serta dalam pengelolaan dana publik dan meningkatkan legitimasi publik terhadap pemerintah. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan, banyak negara yang mulai mengalokasikan anggaran untuk proyek-proyek hijau dan ramah lingkungan. Swedia, misalnya, telah lama memprioritaskan alokasi anggaran untuk keberlanjutan, dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan penggunaan energi terbarukan. Begitu pula dengan Australia, yang menggunakan anggaran untuk mendanai proyek yang mendukung pengelolaan sumber daya alam yang efisien.

Efisiensi anggaran global memberikan dampak besar terhadap penerimaan pajak di berbagai negara. Ketika negara-negara meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran, hal ini turut mempengaruhi cara mereka merencanakan, mengelola, dan mengalokasikan sumber daya, termasuk dalam hal penerimaan pajak. Penerapan prinsip efisiensi anggaran, terutama melalui digitalisasi dan transparansi yang lebih baik, dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah. Ketika pemerintah mampu menyajikan bahwa anggaran digunakan dengan efisien dan tanpa pemborosan dan sifat koruptif, masyarakat akan lebih percaya bahwa pajak yang mereka bayarkan digunakan dengan bijak. Hal ini seringkali berujung pada peningkatan tingkat kepatuhan pajak, yang pada gilirannya mendorong penerimaan pajak yang lebih tinggi.

Tren efisiensi anggaran yang mengarah pada pengelolaan anggaran yang lebih rasional dan terarah juga dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah berhasil mengurangi pemborosan dan mengalokasikan anggaran ke proyek-proyek yang produktif, hal ini dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Ekonomi yang tumbuh lebih baik berarti basis pajak yang lebih luas, karena semakin banyak individu dan perusahaan yang memperoleh pendapatan dan, pada gilirannya, dikenakan pajak. Negara seperti Swedia dan Australia, misalnya, telah berfokus pada pengelolaan anggaran yang efisien untuk meningkatkan kualitas layanan publik dan investasi infrastruktur. Langkah ini mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan turut memperbesar penerimaan pajak.

Dalam banyak situasi, efisiensi anggaran memungkinkan pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak dana guna memperkuat sistem pengawasan dan penegakan pajak. Negara yang mengutamakan efisiensi anggaran sering kali berinvestasi dalam pembaruan sistem teknologi informasi, memperbaiki infrastruktur pengumpulan pajak, dan meningkatkan kapasitas lembaga perpajakan untuk mendeteksi serta mengurangi penghindaran pajak. Sebagai contoh, Amerika Serikat, yang berfokus pada efisiensi anggaran, sering memperkuat lembaga seperti Internal Revenue Service (IRS) agar lebih efektif dalam menangani pelaporan pajak dan penegakan hukum pajak. Dengan pengelolaan anggaran yang lebih efisien, IRS dapat mengalokasikan sumber daya untuk meningkatkan audit dan mengurangi penghindaran pajak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak.

Dalam jangka panjang, pengelolaan anggaran yang efisien dapat menciptakan keseimbangan fiskal yang lebih stabil, mengurangi ketergantungan pada utang, dan menurunkan defisit anggaran. Negara yang memiliki keseimbangan fiskal yang baik lebih mampu mengoptimalkan penerimaan pajak dan menjaga agar beban pajak tetap wajar bagi masyarakat. Selain itu, stabilitas fiskal yang terjaga juga meningkatkan kepercayaan investor, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas basis pajak. Jerman, dengan kebijakan "Schwarze Null" (Nol Hitam) yang menekankan pada keseimbangan anggaran, adalah contoh negara yang berhasil meningkatkan penerimaan pajak lewat pengelolaan anggaran yang efisien, sekaligus mengurangi beban utang dan menjaga tingkat pajak yang stabil.

Efisiensi anggaran juga berkaitan erat dengan upaya mengurangi penghindaran pajak. Dalam hal ini, efisiensi anggaran sering melibatkan reformasi sistem perpajakan yang menjadikannya lebih transparan dan mudah dipahami oleh wajib pajak. Sistem perpajakan yang lebih sederhana dan efisien dapat mendorong kepatuhan yang lebih tinggi. Banyak negara di dunia yang telah menghubungkan efisiensi anggaran dengan reformasi perpajakan yakni menyederhanakan proses pelaporan dan pembayaran pajak. Hal ini berujung pada tingkat kepatuhan pajak yang lebih tinggi dan peningkatan penerimaan negara. Negara-negara yang berhasil mengintegrasikan prinsip efisiensi anggaran dengan sistem perpajakan yang lebih baik. Pemerintah dapat lebih mudah mempertahankan keseimbangan fiskal dan memastikan keberlanjutan ekonomi jangka panjang.

 

Sumber gambar : RRI.co.id

*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.