Patung Tugu Manusia Knalpot di Purbalingga

Oleh: Mukhamad Wisnu Nagoro, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Sejarah peradaban manusia memang sangat menarik untuk dikupas lebih lanjut. Berawal dari era prasejarah sebelum ditemukannya tulisan hingga abad ke-21 ini telah banyak batu loncatan dalam perkembangannya Telah banyak penemuan-penemuan yang mengubah pola pikir dan perilaku kehidupan kita ini.

Namun, ada titik di era tahun 1700an dimana hasil dari buah pikir manusia mengubah segala yang telah dicapai di era sebelumnya. Inilah Revolusi Industri yang pertama yang terjadi di Inggris dengan pemicu utama penemuan sebuah mesin, Mesin Uap. Ditemukan oleh James Watt di kurun waktu tahun 1700an dan ternyata sangat berdampak pada kehidupan kita hingga saat ini.

Setelah itu dimulailah perubahan skala besar di berbagai bidang seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memberikan dampak yang besar pada kondisi ekonomi, sosial, dan budaya di dunia. Setiap hal yang terdampak Revolusi Industri itu sendiri akan memberikan dampak pada hal lainnya. Seolah memberikan efek domino. Di sisi lain, yang tidak siap menghadapi serbuan revolusi ini akan segera tenggelam dan kalah bersaing kala itu.

Revolusi Industri yang pertama berlangsung selama 100 tahun. Kemudian masuklah ke era Revolusi Industri yang kedua, ketiga dan keempat dimana rentang waktu antara revolusi yang ketiga dan keempat hanya membutuhkan waktu separuhnya. Sedemikian cepatnya hingga menimbulkan sebuah argumen, bahwa kedepannya akan bergulir dengan waktu lebih cepat. Kita akan ditantang oleh teknologi dan waktu untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang benar-benar baru. Pertanyaannya adalah siapkah kita dengan tantangan tersebut?

Menjawab tantangan itu sebelumnya perlu kita cermati pendapat Profesor Klaus Schwab, seorang ekonom Jerman yang juga pendiri World Economic Forum (WEF) bahwa revolusi industri kali ini akan berbeda secara fundamental dengan edisi sebelumnya. Menurutnya, Revolusi Industri 4.0 membuat batas antara dunia digital dengan dunia fisik semakin kecil. Jadi bisa disimpulkan ke depan manusia benar-benar akan tergantikan oleh mesin (kecerdasaan buatan, robot, platform, dan sebagainya). Hal ini berarti akan ada dampak positif yang diperoleh yaitu kecepatan informasi, kemudahan dalam mengakses segala sesuatu, dan tingkat produktifitas yang lebih efisien dengan mengesampingkan dampak negatif yang terjadi.

Mesin Uap Sampai DJP Online

Dengan harapan bahwa Indonesia bisa selamat dari Revolusi Industri 4.0 maka pemerintah menginisiasi revolusi juga di segala bidang. Salah satu bidang terdampak yang melakukan pembaharuan adalah bidang keuangan. Dulu orang harus mengantri di bank untuk membayar cicilan dengan dilayani oleh seorang teller kemudian diproses oleh manusia juga secara manual misalnya. Sekarang hal itu sudah kuno dan dianggap tidak praktis, karena sudah ada Mobile Banking seolah bank sudah ada digenggaman tangan.

Begitupun dengan Ditjen Pajak, melihat bahwa sudah tidak zamannya lagi mengandalkan cara konvensional maka Ditjen Pajak memulai mengembangkan teknologi guna mempermudah layanan. Maka, lahirlah DJP Online salah satu aplikasi yang memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Dengan DJP Online Wajib Pajak dapat melaporkan SPT serta membayarkan pajak dengan mudah. Tanpa harus datang ke kantor pajak dengan membawa berkas yang sangat tebal. Cukup dengan koneksi internet dan gadget Wajib Pajak sudah bisa melakukan kewajiban perpajakannya. Semua ini tentunya tidak akan pernah ada kalau tidak terjadi Revolusi Industri, dan Revolusi Industri tidak akan pernah ada tanpa ditemukannya Mesin Uap.

Artinya bahwa efek domino dan dampak dari Revolusi Industri ini akan terus berlanjut sampai di masa depan. Bisa jadi DJP Online saat ini hanya hasil dari tantangan akan kemudahan, tetapi di masa depan DJP Online akan dicatat menjadi pemicu seperti Mesin Uap dari suatu teknologi yang jauh lebih efektif dan efisien bagi pemenuhan kebutuhan wajib pajak.

Hal ini bukan tidak mungkin, benih-benihnya sudah muncul. Dalam Reformasi Perpajakan yang sedang bergulir kali ini ada agenda pembaharuan sistem teknologi dan informasi Ditjen Pajak dengan nilai Rp 3,1 Triliun. Salah satunya adalah dengan rencana pembuatan Core Tax System, pembangunan basis data dan penggunaan platform e-Tax Payyer Account (e-TPA). Yang menarik bahwa di negara-negara lain pengguna platform sejenis memungkinkan Wajib Pajak melakukan kewajibannya tanpa harus bersentuhan langsung dengan fiskus. Imbasnya adalah efisiensi waktu dan naiknya kepercayaan wajib pajak yang berujung pada naiknya penerimaan. Tentunya, semua itu ada karena sudah ada pemicu utama sebelumnya dalam satu rangkaian perubahan yang disebut Revolusi Industri 4.0.

Bisa dikatakan pemerintah sudah menjawab salah satu tantangan Revolusi Industri 4.0 melalui Reformasi Pajak. Meskipun nantinya pasti muncul pertanyaan relevankah dengan kondisi masyarakat Indonesia yang belum semuanya paham teknologi? Bahwa perubahan adalah suatu keniscayaan, yang tidak mau berubah akan tersingkir dengan sendirinya. Maka, kita baik sebagai fiskus maupun masyarakat harusnya mendukung penuh langkah ini. Apapun tantangannya, optimisme kita akan sangat berpengaruh kepada proses dan keberhasilan perubahan ini agar Revolusi Industri 4.0 menjadi pemicu menuju era baru Indonesia maju. (*)

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.