Pengaruh Leverage, Profitabilitas, dan Good Governance terhadap Penghindaran Pajak

Oleh: Yayang Putra Anggun Pratama, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang dapat dipaksakan oleh pemerintahan suatu negara dalam periode tertentu dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung. Di negara Indonesia, pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan berskala nasional. Namun, kerapkali kita menemukan masalah penerimaan pajak yang belum optimal yang menjadikan rata-rata rasio pajak belum bisa menyentuh target.
Terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dan perusahaan selaku wajib pajak. Pajak di mata negara merupakan sumber penerimaan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan cenderung mencari cara untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal. Hal ini dapat terjadi jika terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan karena kelemahan peraturan perpajakan yang akan berujung kepada perlawanan terhadap pajak.
Tax avoidance atau penghindaran pajak adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pengaturan hukum untuk operasi wajib pajak agar mengurangi kewajiban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak. Tax avoidance merupakan upaya untuk menghindari pajak yang dibuat secara sah dan tidak melanggar aturan perundang-undangan karena perusahaan memandang pajak sebagai beban yang mengurangi keuntungan perusahaan.
Tax avoidance dapat diukur menggunakan effective tax rate (ETR) dengan menghitung beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak. ETR adalah jumlah pajak yang dihitung dengan mengalikan dasar pengenaan pajak dengan tarif pajak yang berlaku.
Tarif pajak yang berlaku adalah tarif pajak yang belum ditetapkan pemerintah dalam undang-undang perpajakannya. ETR dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan pajak yang efektif. ETR adalah proksi negatif. ETR tinggi berarti tax avoidance rendah, ETR rendah berarti tax avoidance tinggi.
Umumnya, tingkat kepatuhan kewajiban perpajakan diukur dan dibandingkan dengan tingkat penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance), dan penyelundupan pajak (tax evasion) yang ketiganya untuk meminimalkan beban pajak. Tax avoidance yang dilakukan secara tidak sah dianggap juga sebagai penggelapan pajak yaitu melakukan tax avoidance yang tidak diizinkan oleh undang-undang dan peraturan perpajakan.
Leverage adalah rasio yang digunakan perusahaan dalam mengukur penggunaan utang untuk membiayai asset perusahan. Tujuan perusahaan menggunakan leverage adalah untuk melihat seberapa besar modal utang perusahaan digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, selain itu juga dapat menjelaskan hubungan antara total aset dan saham biasa, atau menggunakan utang untuk meningkatkan keuntungan menggunakan modal. Kewajiban yang menimbulkan beban bunga dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak, tetapi dividen dari laba ditahan tidak dapat dikurangkan dari laba.
Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Profitabilitas atau return on asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Profitabilitas pada suatu perusahaan ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, pada dasarnya ialah rasio ini menunjukan efesiensi perusahaan. Dengan demikian, profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba operasi di periode tertentu melalui penggunaan semua sumber daya perusahaan yang dapat mencerminkan kinerja suatu perusahaan.
Good Governance adalah kegiatan suatu lembaga pemerintah yang dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma yang berlaku untuk mewujudkan cita-cita Negara. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan, corporate governance adalah seperangkat hubungan antara manajemen perusahaan, pemegang saham, pemilik perusahaan, dan pihak-pihak yang berkepentingan. Corporate governance juga mencangkup struktur tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, dan cara mencapai tujuan tersebut serta pemantauan kinerja. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) mendefinisikan corporate governance adalah hubungan antara pihak pengelola, pemerintah, kreditur, karyawan, serta para stakeholder lainnya yang diatur dalam seperangkat aturan. Corporate governance memiliki tujuan antara lain untuk memberikan nilai tambah kepada seluruh pihak.
Leverage
Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), di mana dimensi atau indikator leverage (debt to equity ratio (rasio hutang terhadap ekuitas), debt ratio atau rasio hutang, times interest earned ratio) berpengaruh terhadap dimensi atau indikator penghindaran pajak (tax avoidance) dan cash effective tax rate (CETR).
Untuk meningkatkan penghindaran pajak (tax avoidance) dengan memperhatikan leverage, maka yang harus dilakukan oleh manajemen adalah dengan menghitung biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak karena cash ETR tidak terpengaruh dengan adanya perubahan estimasi seperti penyisihan penilaian atau perlindungan pajak.
Entitas yang memakai pinjaman alias utang sebagai sumber pendanaannya, akan menyebabkan munculnya biaya atas utang tersebut yang disebut beban bunga. Makin tinggi rasio leverage, makin tinggi pula utang entitas. Tingginya utang entitas, menyebabkan timbulnya beban bunga yang tinggi. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada laba entitas yang berkurang dan beban pajak entitas juga menurun. Perusahaan melakukan segala cara untuk meminimalkan beban pajak perusahaan. Dengan menambah utang perusahaan, dapat memberikan dampak kepada perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi untuk melakukan penghematan pajak.
Profitabilitas
Profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), dimana dimensi atau indikator profitabilitas (return on asset atau ROA) berpengaruh terhadap dimensi atau indikator kepatuhan wajib pajak (cash effective tax rate atau CETR).
Kemampuan perusahaan yang meningkat dalam menghasilkan laba akan mengindikasi peluang terjadinya tax avoidance semakin tinggi. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi cenderung mengurangi pembayaran pajak nya untuk menjaga tingkat laba perusahaan tetap tinggi.
Berdasarkan teori keagenan, laba yang besar akan memicu manajemen melakukan pengelolaan beban pajak agar kompensasi atas kinerja manajemen tidak berkurang sebagai bentuk apresiasi atas ke berhasilan dalam mengelola beban pajak perusahaan.
Good Governance
Good governance berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), di mana dimensi atau indikator good governance (kepemilikan institusional, komite audit dan komisaris independen dan kualitas audit) berpengaruh terhadap dimensi atau indikator penghindaran pajak (tax avoidance) dan cash effective tax rate (CETR).
Untuk meningkatkan penghindaran pajak (tax avoidance) dengan memperhatikan good governance, yang harus dilakukan oleh manajemen adalah dengan adanya keterbukaan informasi diharapkan perusahaan akan cenderung mengambil tindakan perpajakan yang tidak berisiko dengan tidak melakukan tax avoidance.
Good governance merupakan salah satu sistem pengendalian perusahaan dalam supaya menyelaraskan aktivitas internal perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan dan juga memberikan kepercayaan bagi stakeholder. Good governance juga dapat didefinisikan sebagai tata kelola yang dimiliki perusahaan. Dalam tata kelola perusahaan yang baik atau good governance, dewan direksi diberi kebebasan untuk mengembangkan perusahaan, tetapi tetap harus menerapkan prinsip akuntabilitas secara efektif. Perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik tentu tidak akan memanfaatkan celah dalam peraturan perpajakan untuk mengurangi beban pajaknya (praktik tax avoidance).
Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance), selain dari leverage, profitabilitas, dan good governance pada semua tipe dan level organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu masih diperlukan kajian yang lebih lanjut untuk mencari faktor-faktor lain apa saja yang dapat memengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance) selain varibel yang dibahas pada artikel ini. Faktor lain tersebut seperti tax amnesty, ukuran perusahaan, dan intensitas modal.
*) Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 1643 kali dilihat