Oleh: Asrullah, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

 

Di tengah dunia yang terus bergerak cepat dan dinamis, stabilitas menjadi hal yang sangat berharga. Perubahan ekonomi global, teknologi yang berkembang pesat, hingga pergeseran kebijakan antarnegara turut memengaruhi kehidupan sehari-hari. Dalam situasi seperti ini, peran pajak sebagai penyeimbang menjadi semakin penting, terutama saat kita dihadapkan pada inflasi.

Inflasi, dalam batas wajar, adalah bagian dari pertumbuhan ekonomi. Namun ketika harga-harga naik terlalu cepat, masyarakat bisa merasakan tekanan yang nyata, terutama pada kebutuhan pokok. Dalam kondisi ini, kebijakan fiskal seperti pajak menjadi salah satu instrumen utama negara untuk meredam dampaknya dan menjaga keberlangsungan pelayanan publik.

Perang Dagang dan Inflasi

Salah satu latar belakang inflasi global dalam beberapa tahun terakhir adalah dinamika perdagangan internasional. Ketegangan hubungan dagang antara dua negara raksasa, Amerika Serikat dan China, menjadi sorotan utama. Perang dagang ini bukan sekadar saling menaikkan tarif, tetapi juga berdampak pada rantai pasok dunia.

Ketika dua kekuatan ekonomi dunia menyesuaikan kebijakan perdagangannya, efeknya turut dirasakan banyak negara lain, termasuk Indonesia. Biaya impor meningkat, ketersediaan bahan baku terganggu, dan ini mendorong naiknya harga barang secara umum.

Namun di balik tantangan itu, ada peluang untuk memperkuat produksi dalam negeri. Pemerintah pun mendorong industri lokal agar lebih mandiri, dan pajak menjadi bagian penting dalam mendukung transformasi tersebut, baik melalui insentif fiskal, pengurangan beban usaha kecil, maupun program stimulus bagi sektor produktif.

Kewajiban dan Kontribusi

Dalam kondisi yang penuh perubahan, masyarakat sering bertanya, “Apa manfaat nyata dari membayar pajak?”

Jawabannya, “sangat banyak”. Pajak adalah tulang punggung dari berbagai program yang mendukung kehidupan kita, dari pendidikan dan kesehatan, hingga pembangunan jalan, fasilitas umum, dan bantuan sosial. Saat inflasi terjadi, negara perlu meningkatkan belanja untuk membantu masyarakat yang terdampak. Tanpa penerimaan pajak yang cukup, program-program ini akan sulit dijalankan secara maksimal.

Selain itu, sistem perpajakan Indonesia dirancang untuk adaptif. Banyak bentuk insentif diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sektor pertanian, ekonomi kreatif, bahkan pekerja digital. Proses administrasi pun semakin modern, transparan, dan bisa diakses melalui platform digital.

Nilai Tukar dan Ketahanan Ekonomi

Penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah fenomena global yang bisa mempengaruhi harga barang dan jasa. Namun, di balik pergerakan itu, ekonomi Indonesia terus menunjukkan ketahanan. Pemerintah menggunakan berbagai kebijakan fiskal dan moneter, termasuk perpajakan, untuk menjaga keseimbangan dan menstimulasi pertumbuhan.

Misalnya, dengan menyesuaikan tarif ekspor dan impor, memberikan insentif pajak bagi industri substitusi impor, atau memperluas fasilitas pembiayaan usaha kecil. Semua langkah ini bertujuan agar masyarakat tetap memiliki daya beli dan ekonomi tetap bergerak.

Generasi Muda dan Perubahan Positif

Generasi muda saat ini memiliki kekuatan besar untuk mendorong perubahan. Literasi finansial yang semakin luas, akses informasi yang terbuka, serta semangat berinovasi menjadikan generasi milenial dan Gen Z sebagai agen penting dalam membangun ekonomi masa depan.

Menjadi wajib pajak yang sadar dan bertanggung jawab bukan hanya soal patuh terhadap hukum, tapi juga soal partisipasi dalam kemajuan bersama. Setiap rupiah pajak yang dibayarkan, pada akhirnya akan kembali dalam bentuk fasilitas umum, program sosial, dan kemajuan infrastruktur.

Harapan di Tengah Perubahan

Meski dunia terus berubah, kita bisa tetap optimis. Setiap tantangan menyimpan peluang. Perang dagang mendorong negara untuk memperkuat produksi dalam negeri. Inflasi mengajak kita untuk lebih bijak mengelola keuangan. Perubahan nilai tukar mengingatkan pentingnya diversifikasi ekonomi.

Dan di balik semuanya, pajak menjadi alat untuk menghadirkan keseimbangan. Ia mendukung program perlindungan sosial, pendidikan yang lebih baik, teknologi yang lebih inklusif, serta pembangunan yang berkelanjutan.

Seperti kata John F. Kennedy: “Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country”. Dalam konteks saat ini, pajak adalah salah satu bentuk kontribusi yang nyata, yang bisa dilakukan siapa pun, dari mana pun, dengan hasil yang akan dirasakan bersama.

Di tengah situasi global yang dinamis, kita membutuhkan pijakan yang kuat. Pajak, dalam hal ini, adalah bagian penting dari fondasi bangsa. Bukan semata kewajiban, tapi juga wujud kepedulian dan semangat gotong royong.

Generasi muda punya peran besar untuk menjadikan sistem perpajakan lebih adil, inklusif, dan progresif. Dengan berpartisipasi aktif, baik sebagai pelaku usaha, pembuat konten, maupun warga digital, kontribusi kita bisa membawa perubahan nyata.

Karena masa depan bukan tentang menunggu, tapi tentang menciptakan. Dan setiap kontribusi kecil yang dilakukan hari ini, akan membentuk Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan penuh harapan esok hari.

 

*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.

Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.