Mengenal Luxury Tax di Liga Basket Amerika Serikat

Oleh: Bambang Irawan, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Amerika Serikat sebagai negara dengan kekuatan ekonomi adidaya dan penghasil entertainment termegah menjadi rumah bagi liga basket profesional yang digemari ratusan juta orang, tidak hanya di negaranya tapi juga di seluruh dunia.
Liga yang dimaksud adalah National Basketball Association atau lebih populer dengan kependekannya NBA. Liga basket yang sudah bergulir dari tahun 1949 ini sekarang diikuti dua puluh sembilan tim yang tersebar di Amerika Serikat (AS) dan satu tim di Kanada.
Sebagai liga olahraga profesional, NBA meraup total pendapatan sampai 10 miliar dolar AS di musim 2021/2022 menurut situs web Forbes. Dengan penghasilan sebesar itu, NBA menempati urutan lima teratas liga olahraga dengan pendapatan tertinggi di dunia, mengalahkan Liga Inggris dan liga sepak bola Eropa lainnya.
Pendapatan 10 miliar dolar AS itu diprediksikan akan naik berlipat lagi untuk beberapa tahun ke depan dengan melihat tren kenaikan pendapatan NBA yang konsisten. Lalu apa rahasia NBA bisa menempati status sebagai salah satu liga olahraga yang paling “cuan”?
Di balik gemerlapnya perhelatan NBA yang menjanjikan perputaran uang miliaran dolar AS tiap musimnya, mungkin tidak ada yang menyangka bahwa ada peran pajak di dalamnya yang menjalankan salah satu fungsi utama pajak sebagai distributor pendapatan dari si “kaya” ke si “miskin”.
Salah satu fungsi pajak adalah mendistribusikan pendapatan dari mereka yang berpenghasilan tinggi ke mereka yang berpenghasilan lebih rendah. Indonesia sudah menerapkan prinsip pajak tersebut melalui tarif progresif di Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan yang diperbarui melalui UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan 2021 lalu. Dalam UU tersebut, bagi orang pribadi yang berpenghasilan lebih dari lima miliar rupiah setahunnya, dikenakan lapisan tertinggi yaitu 35%.
Lalu bagaimana dengan penerapan prinsip redistribusi pajak di NBA? NBA sejak dulu terkenal karena penerapan batas pengeluaran gaji pemain atau lebih dikenal dengan luxury tax threshold. Aturan ini mengharuskan tiap tim NBA untuk memastikan total pengeluaran gaji semua pemainnya tidak melewati ambang batas yang ditentukan.
Tujuan adanya ambang batas gaji ini adalah untuk menjaga tingkat kompetisi antartim. Dengan batas gaji yang ditentukan ini, tim-tim di NBA harus mengatur strategi tepat untuk menentukan pemain siapa saja yang bisa dipertahankan dan mana yang harus dilepas demi keseimbangan tim.
Nah, lalu apa yang terjadi jika salah satu klub melanggar ambang batas gaji yang ditentukan? NBA akan mengenakan pajak yang dikenal dengan istilah luxury tax. Luxury tax adalah pajak berupa tambahan biaya wajib yang dibebankan kepada tim NBA yang melewati aturan ambang batas yang ditentukan, dengan tarif berada di rentang 1,75 sampai 4,75 dolar AS tiap satu dolar AS yang dikeluarkan tim melewati ambang batas tersebut.
Dikutip dari situs resmi NBA, ambang batas gaji yang ditentukan untuk musim NBA 2022/2023 yaitu 150,26 juta dolar AS. Sementara itu, disadur dari situs Sport Business Classroom, total ada 10 dari 30 tim NBA yang melewati ambang batas gaji yang ditentukan di musim 2022/2023 dan harus membayar luxury tax dengan total gabungan sebesar 687,42 juta dolar AS.
Di antara tim-tim yang membayar luxury tax tersebut adalah Los Angeles Lakers, rumah dari mega bintang Lebron James serta eks pemain dan mendiang Kobe Bryant, serta Golden State Warriors, juara bertahan NBA musim 2021/2022 sekaligus pembayar luxury tax tertinggi untuk saat ini.
Perhitungan Luxury Tax
Sebagai contoh, Golden State Warriors, pemegang empat kali juara NBA sekaligus rumah dari bintang utama NBA seperti Stephen Curry dan Klay Thompson, harus membayar 189,29 juta dolar AS untuk gaji pemain untuk musim 2022/2023, menurut situs Spoctrac. Berapa luxury tax yang Golden State Warriors wajib bayarkan?
Ambang batas yang sudah ditentukan NBA untuk musim 2022/2023 adalah 150,26 juta dolar AS. Berarti jika dibandingkan dengan gaji yang Golden State bayarkan, maka Golden State punya selisih sebesar 39,03 juta dolar AS yang melewati ambang batas yang ditentukan.
Maka, 39,03 juta dolar AS itu menjadi dasar pengenaan luxury tax yang akan dikenakan NBA. Dengan rentang tarif luxury tax sebesar 1,75 dolar AS sampai 4,75 dolar AS dikalikan 1 dolar AS gaji yang melewati ambang batas (kita ambil contoh 4,3 dolar AS), maka estimasi luxury tax yang dibayarkan Golden State Warriors adalah 168,93 juta dolar AS.
Lalu bagaimana dengan tim-tim yang tetap mematuhi ambang batas tersebut? NBA memastikan bahwa tim-tim yang mematuhi ambang batas mendapat keuntungan dari redistribusi luxury tax yang dibayarkan tim-tim yang melewatinya.
Dikutip dari situs Basketball Noise, di musim NBA 2021/2022, ada total tujuh tim yang membayar luxury tax sejumlah 481 juta dolar AS. Sementara 23 tim sisanya mendapatkan porsi masing-masing sebesar 10,46 juta dolar AS dari hasil redistribusi luxury tax yang sudah dibayarkan.
Apakah cuma pihak klub yang diuntungkan dari sistem luxury tax ini? Pemain juga tetap mendapatkannya. Untuk memastikan pemain mendapat keuntungan dari sistem ambang batas luxury tax ini, minimal total gaji yang dibayarkan adalah 90% dari ambang batas. Artinya, semakin meningkat keuntungan NBA, maka ambang batas semakin naik, dan gaji pemain juga otomatis meningkat.
Luxury tax ini biasa diambil sebagai strategi tim NBA ketika sedang dalam posisi sangat berpeluang menjuarai liga tahun itu. Dengan mengambil risiko mengeluarkan biaya jauh lebih besar lewat luxury tax, maka tim NBA bisa menggaet pemain bintang berpenghasilan besar yang mereka butuhkan demi memaksimalkan peluang menjuarai liga.
Sehatnya sistem bisnis yang dibuat NBA ini membuat NBA senantiasa dikenal sebagai liga yang sangat menguntungkan bagi investor. Deal-deal lukratif terus berdatangan dan banyak investor tidak ragu menanamkan modal miliaran dolar di NBA karena mereka yakin dengan kompetensi yang sehat dan tata pengelolaan yang adil NBA akan terus meningkatkan pendapatan sampai tahun-tahun ke depan.
Dan tentunya, salah satu pemegang peran di balik kesuksesan itu semua adalah peran pajak atau luxury tax yang menjalankan fungsi redistribusi pendapatan di NBA.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 584 kali dilihat