Khusna Telah Menyusul Ibunya

Oleh: Ahmad Dahlan, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Di perairan Naikliu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, dedikasi Khusna Fatmawati pada ibu pertiwi yang baru seumur jagung harus berakhir. Impian besarnya untuk ikut andil membangun negeri ini karam bersama terbakarnya kapal yang ditumpangi pada Senin (24/10) siang. Ia adalah salah satu korban dalam kebakaran Kapal Motor (KM) Express Cantika 77.
Aditya, salah seorang rekan sejawatnya memberi kesaksian, pada siang itu, sekitar pukul 13 WITA, Khusna memberi kabar lewat telepon bahwa kapal yang ditumpanginya kebakaran. Sambungan telepon yang sedari awal terputus-putus itu hanya berlangsung beberapa detik akhirnya benar-benar terputus. Aditya mencoba menelpon balik. Beberapa kali tidak bisa tersambung. Sempat tersambung setelah ke sekian kali, tetapi hanya terdengar suara kepanikan. Setelah itu, pesan melalui WhatsApp hanya centang satu.
Mendengar kabar ihwal kebakaran kapal yang ditumpangi Khusna, Rizky Ariandi selaku atasannya, terus memantau perkembangan kecelakan itu. Ia juga menghubungi polres setempat. Di sana juga ternyata sudah didirikan posko korban KM Cantika 77. Melalui posko itu, Rizky terus berkomunikasi untuk mencari kepastian nasib anak buahnya. Setiap perkembangan yang didapat ia laporkan ke atasannya yakni Kepala KPP Pratama Kupang. Hingga esok dini harinya, sekitar pukul 03.30 WITA, Rizky mendapat kepastian, Khusna menjadi korban meninggal kebakaran Kapal Cantika 77.
Khusna Fatmawati merupakan pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang ditempatkan di Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Kalabahi. Kantor yang berlokasi di Kabupaten Alor, NTT ini merupakan perpanjangan tangan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kupang. Pada beberapa KPP yang wilayah kerjanya sangat luas, dalam rangka memudahkan wajib pajak untuk memperoleh pelayanan dan konsultasi, dibentuk KP2KP. KP2KP Kalabahi ini merupakan satu dari dua KP2KP yang menginduk pada KPP Pratama Kupang. Khusna baru dua bulan ditempatkan di sana.
Cuti Menjenguk Ibunya
Dua pekan sebelum kejadian nahas itu, Khusna pulang ke kampung halamannya di Tulungagung, Jawa Timur. Perempuan berusia 23 tahun ini mengajukan cuti untuk menjenguk ibunya yang saat itu sedang sakit. Kepada Rizky yang mengantarkannya ke Bandara, Khusna bercerita bahwa ibunya sudah beberapa hari tak sadarkan diri.
Beberapa saat setelah Khusna sampai di rumahnya pada Sabtu (8/10), ibunya mengembuskan napas terakhir. Rupanya untuk menghadap Sang Khalik, ibunda menunggu Khusna yang merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara itu untuk berpamitan.
Setelah seminggu menjalani cuti karena alasan menjenguk ibunya, ditambah seminggu cuti alasan penting (orang tua meninggal), Khusna harus kembali menunaikan tugasnya.
Kali itu, transportasi dari Kupang ke Alor tak lagi menggunakan pesawat terbang sebagaimana keberangkatannya. “Mungkin untuk tujuan penghematan,” komentar Rizky saat menceritakan perjalanan anak buahnya itu. Rizky sendiri, keluarganya berada di Jakarta. Menurut pria berpembawaan ramah ini, biaya perjalanan bolak-balik dari kota tinggalnya ke dan dari tempat dinas itu jika menggunakan pesawat terbang bisa mencapai 6 juta rupiah lebih. “Saya sendiri hanya mampu pulang ke Jakarta dua bulan sekali,” imbuh pria kelahiran Surabaya 41 tahun yang lalu itu. Apalagi kalau untuk Khusna, ditambah biaya perjalanan dari dan ke Tulungagung. Penghasilan sebulan bagi pelaksana yang baru seumur jagung itu tak akan cukup hanya untuk biaya transportasi.
Ada dua pilihan perjalanan laut dari Kupang ke Alor atau sebaliknya, yakni menggunakan kapal biasa dan kapal very cepat. Jika menggunakan kapal biasa, waktu tempuhnya sekitar 18 jam. Sementara kalau menggunakan kapal very cepat hanya kira-kira 4-5 jam. Meskipun biaya kapal feri cepat ini lebih mahal dari kapal biasa, tetapi tetap jauh lebih murah ketimbang menggunakan burung besi itu. Pada perjalanan kali itu, Khusna memilih perjalanan yang waktu tempuhnya tidak terlalu lama karena harus mengejar waktu untuk kembali berdinas dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Walaupun akhirnya, pilihan itu mengantarkannya pada cerita mengenaskan ini.
Khusna di Mata Sejawatnya
Meskipun baru dua bulan bergabung di KP2KP Kalabahi, kepergiannya telah meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam bagi rekan-rekan sejawatnya. Mereka memberi kesaksian bahwa almarhumah merupakan orang yang sangat baik. “Dia memiliki loyalitas dan dedikasinya yang luar biasa dalam menyelesaikan pekerjaan,” ujar Rizky. Ia juga menambahkan, beberapa kegiatan berhasil diselesaikannya dengan baik termasuk kegiatan Pajak Bertutur (Patur) beberapa waktu yang lalu. “Ia kemudian mewartakan kegiatan Patur itu melalui media masa lokal dan situs pajak.go.id. Setiap kegiatan ia sampaikan report-nya,” imbuh Rizky.
Sementara menurut pengakuan Aditya, selaku teman seangkatan, almarhumah merupakan anak yang senang bergaul. “Kalau ada acara kumpul-kulmpul teman seangkatan, dialah yang paling aktif mengumpulkan teman-teman perempuannya,” ujar Aditya. “Setelah berkumpul, ia juga merupakan orang yang paling baik di antara yang lain, termasuk berinisiatif mengumpulkan uang kas untuk kegiatan angkatan,” lanjut Aditya sembari tak kuasa menyembunyikan kesedihannya.
“Mbak Khusna itu suka memberi ide untuk kegiatan-kegiatan kantor,” komentar Reilfan, sejawat lainnya. “Pada saat kegiatan Patur dan Tax Goes to School, dialah yang banyak memberikan ide, nanti kegaiatannya apa saja,” lanjut Reilfan yang pernah mengantar Khusna menemani belanja kebutuhan pokok saat awal pindahan ke Kalabahi. Reilfan mencerikan itu sambil sesekali meraba kulit lengannya. “Saya merinding,” katanya.
Di mata teman yang berbeda keyakinan, Khusna merupakan orang yang memiliki rasa toleransi sangat tinggi. “Waktu itu, saya baru datang ke Kalabahi setelah dua minggu mengkuti Diklat Latsar, Khusna yang menjemput saya,” kenang Putu Masyeni. “Saya kemudian mampir ke Pura. Khusna ikut nungguin lama di situ,” lanjut perempuan asal Denpasar itu dengan suara tersendat menahan sendu sambil menyeka air matanya.
Sebagai bagian dari DJP, Khusna tentu saja memiliki impian besar untuk selalu menjadikan instansi pengumpul pundi-pundi keuangan negara ini menjadi lebih baik lagi. Kini impian itu ia bawa menghadap Rabb-nya, menyusul sang ibu yang dua pekan sebelumnya telah mendahului.
(Keterangan foto: Almarhumah (paling kanan) bersama atasan dan rekan-rekan sejawatnya)
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
- 2278 kali dilihat