Oleh: Wahyu Eka Nurisdiyanto, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

 

Sejalan dengan gaung era reformasi digital, menulis dalam konteks institusi tidak hanya mengusung nilai-nilai yang diwakili oleh penulis, namun juga menunjukkan taring kekuasaan serta identitas kelembagaan. Menulis bukan lagi sebagai media refleksi atau ekspresi diri semata, melainkan dalam banyak disiplin ilmu seperti filsafat, sosiologi, psikologi, humaniora, dan pendidikan, suara penulis telah mewakili otoritas institusi. Bahkan menulis telah menjadi kesadaran dan gerakan kelembagaan melalui dukungan pendanaan, insentif atau bonus, serta pelatihan dan penelitian.

Begitupun halnya dengan keseriusan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam menggelorakan semangat literasi para pegawainya, yakni melalui budaya gemar membaca dan menulis sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kepenulisan sendiri menjadi salah satu strategi DJP untuk tetap mempertahankan eksistensinya di tengah pesatnya arus globalisasi. DJP mengandalkan para penggawanya untuk melahirkan berbagai karya, salah satunya berupa tulisan-tulisan bersifat informatif, edukatif, serta inspiratif sehingga dapat menjadi rujukan bagi masyarakat yang membutuhkan informasi dan haus akan pengetahuan atau edukasi.

           

Generasi Milenial Dominasi Tubuh DJP

Mayoritas pegawai muda DJP berasal dari latar pendidikan yang sama, yaitu Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN. PKN STAN yang merupakan pendidikan tinggi kedinasan di bawah kendali Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Kementerian Keuangan setiap tahunnya mencetak para penggawa keuangan negara, termasuk di dalamnya para insan pajak.

Para insan pajak yang tersebar di seluruh penjuru negeri mengemban satu misi, yakni memperkuat serta menggerakkan DJP melampaui segala tantangan dan pencapaian, baik dalam laju perekonomian nasional maupun global. Maka dari itu, para kawula muda yang mendominasi formasi kepegawaian di tubuh DJP tentu saja menjadi darah segar bagi keberlangsungan nasib instansi ke depannya.

Mereka yang disebut sebagai generasi milenial merupakan pionir harapan baru bagi DJP sekarang dan mendatang. Dibekali kemampuan dalam berbagai bidang kompetensi khususnya dari aspek penguasaan teknologi dan informasi, kehadiran para generasi milenial menjadi salah satu kunci untuk mengoptimalkan proses reformasi perpajakan yang masih terus berlangsung. Mereka adalah peluang, penentu tumbuh kembang DJP.

 

Kebiasaan Milenial dan Segala Potensinya

Jika kita mengamati lingkungan sekitar, para milenial seakan terbagi dalam dua tipe. Tipe pertama adalah milenial produktif dan tipe kedua adalah milenial kontraproduktif. Para milenial kontraproduktif inilah yang terkadang justru lebih mendominasi dalam suatu lingkup tertentu. Karakter dari milenial kontraproduktif yaitu lebih mengedepankan budaya mengobrol atau merumpi serta seringnya meluapkan perasaan atau curahan hati melalui status di media sosial, seperti Facebook, Whatsapp, Line, Twitter, dan Instagram.          

Sedangkan milenial produktif yang memang jarang dijumpai dalam suatu lingkup tertentu memiliki kebiasaan untuk cenderung menghasilkan sebuah karya, misalnya dengan menulis (buku, jurnal, serta artikel) dan menciptakan konten-konten positif. Mereka akan merasa sangat menyesal apabila waktu luangnya berlalu dengan sia-sia tanpa memberikan manfaat atau tidak berarti apapun. Kebiasaan seperti inilah yang harus ditularkan kepada milenial kontraproduktif agar berubah menjadi milenial produktif.

Masa depan dunia bukan lagi berada di ruang fisik melainkan ruang digital, mereka yang menguasai dunia digital adalah generasi milenial. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bekerja keras, bekerja cerdas, serta senantiasa meningkatkan kualitas melalui adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada era digital ini, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 140 juta penduduk. Mayoritas dari jumlah tersebut adalah generasi milenial, generasi penerus yang diharapkan mampu memunculkan beragam inovasi sebagai pendorong perekonomian Indonesia.

Revolusi industri 4.0 telah menjadi masa sekaligus area bermain utama bagi generasi milenial. Ibarat organisme atau ekosistem, yang paling cocok hidup dalam habitat era digitalisasi dan virtualisasi ialah generasi milenial. Kepada merekalah bangsa ini nantinya bertumpu.

 

Penulis Milenial DJP Perlu Stimulus

Berniat memberikan semacam stimulus bagi para penulis muda DJP, Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jawa Timur II menggelar pelatihan jurnalistik dengan menghadirkan para milenial perwakilan masing-masing kantor pelayanan pajak (KPP) yang dinaunginya. Tidak tanggung-tanggung, acara yang berlangsung di aula Kanwil DJP Jawa Timur II pada Senin, 16 September 2019 itu mengundang langsung pakar di bidangnya, yaitu Wahyu Kuncoro (penulis, dosen jurnalistik, dan kehumasan, serta editor di Harian Bhirawa).

Dalam salah satu sesi yang mengharuskan para hadirin untuk menulis sebuah lead berita beserta judulnya, terlihat jelas bahwa para milenial DJP sebenarnya memiliki kemampuan menulis di atas rata-rata pada umumnya. Hanya saja memang diperlukan suatu stimulasi untuk membangkitkan gairah menulis para milenial DJP agar potensi yang mereka miliki tidak terabaikan begitu saja. Salah satu bentuk dorongan yang dapat dilakukan adalah melalui pelatihan kepenulisan (jurnalistik) ini.

Banyak sekali ilmu kepenulisan yang dapat dipetik dari pelatihan jurnalistik ini. Lewat sebuah peribahasa Yunani, “Verba Volant, Scripta Manent”, kita seakan dibawa pada sebuah pemahaman yang mendalam bahwa menulis adalah untuk keabadian. Sesuatu yang terucapkan akan hilang, sedangkan sesuatu yang tertulis itu abadi. Menulis juga merupakan bagian dari terapi jiwa yang sangat ampuh karena melalui sebuah tulisan kita bermain rasa dan logika. Secara tidak langsung, dengan menulis berarti kita telah merawat setiap memori kejadian dalam kehidupan ini.

           

Berpacu Menjadi yang Terdepan di Situs Pajak

Dalam hal ini DJP memfasilitasi minat dan bakat menulis para pegawainya melalui keberadaan situs web resmi publikasi konten di bidang perpajakan, yaitu situs web P2HUMAS Direktorat Jenderal Pajak yang dapat diakses menggunakan intranet pada laman https://p2humas.intranet.pajak.go.id. Selain untuk memperkuat sisi kehumasan DJP dengan sasaran utamanya para wajib pajak, keberadaan situs tersebut juga menjadi ruang bagi para penggawa DJP untuk berkesempatan menyalurkan kreativitasnya dalam bidang kepenulisan atau pembuatan konten perpajakan.

Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2 Humas) Kanwil DJP Jatim II Nyoman Ayu Ningsih begitu gencar mendorong para insan muda dari seluruh KPP di lingkungan Kanwil DJP Jatim II untuk senantiasa menggali dan mengasah potensinya sehinggan menghasilkan bentuk karya atau konten-konten berkualitas dan menjadi tax influencer di berbagai situs web pajak.              

Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, namun satu tulisan mampu menembus ribuah bahkan jutaan kepala. Ungkapan dari seorang sastrawan terkemuka Sayyid Qutb tersebut seolah mempertegas betapa besar manfaat menulis dalam sebuah peradaban manusia. Harapan ke depan, para penulis muda DJP dapat terus mengolah kemampuan menulisnya demi memberikan pengaruh luar biasa kepada masyarakat luas (terutama wajib pajak) hingga mampu merasuki alam pikir dan menggerakkan hati mereka untuk sedia berkontribusi pada negeri ini melalui uang pajak yang mereka bayarkan.

 

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.