Angpao

Oleh: Mochammad Bayu Tjahono, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Angpau bisa jadi hal yang paling ditunggu oleh anak-anak saat perayaan Imlek. Tradisi memberi uang di Tahun Baru Cina memang telah lama dilakukan dan bahkan menyebar ke tradisi perayaan lain. Cerita mengenai angpau yang paling umum adalah bungkusan merah guna mengusir setan. Angpau sendiri memiliki arti bungkusan merah.

Pada buku 5000 Tahun Ensiklopedia Tionghoa 1 karya Christine dan kawan-kawan, terbitan St Dominic Publishing tahun 2015 disebutkan bahwa warna merah di Cina juga identik dengan api, melambangkan kemeriahan dan kehangatan. Maka tak heran warna merah mendominasi ornamen Imlek. Selain arti dari warna merah, angpau juga memiliki makna filosofi transfer kesejahteraan atau energi. Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua. 

Tradisi pemberian angpau yang diberikan tujuh hari menjelang Imlek juga disebut sebagai hari persaudaraan. Maknanya adalah setiap orang yang merayakan tahun baru Imlek harus membantu sesama yang tak mampu merayakannya. Menariknya dalam tradisi memberi angpau ada peraturan tidak tertulis. Sebelum menerima angpau, anak-anak mengucapkan selamat tahun baru dengan membungkus kepalan tangan kanan dengan tangan kiri. Sebab tangan kanan berkesan agresif.

Transfer kesejahteraan juga ada dalam kehidupan beragama, baik Islam dengan zakat dan sedekahnya, Kristen, Budha, maupun Hindu, hanya bentuk dan istilahnya yang berbeda. Banyak masyarakat yang hanya tahu bahwa setiap imlek pasti ada pembagian angpau tanpa tahu maknanya.

Transfer kesejahteraan saat ini juga sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan pemerataan pembangunan. Pembangunan jalan trans Papua dan trans Kalimantan juga bertujuan untuk bisa mensejahterakan masyarakat di pedalaman. Dulu untuk mencapai kota butuh biaya besar atau waktu perjalanan yang lama, dengan dibukanya akses maka jarak dan waktu tempuh bisa lebih singkat.

Pajak sendiri juga melakukan transfer kesejahteraan. Pajak dipungut dari orang pribadi yang mempunyai penghasilan diatas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang kurang mampu dengan pemberian Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, pembangunan infrastruktur jalan, bendungan, irigasi, sarana kesehatan, dan sarana pendidikan yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Transfer kesejahteraan pajak tidak seperti pemberian angpau yang langsung diberikan tetapi melalui mekanisme yang diatur oleh undang-undang. Tahun 2017 hasil penerimaan pajak digunakan untuk pembangunan infrastruktur Rp387 triliun, pendidikan Rp416 triliun, kesehatan Rp 104 triliun, dan subsidi energi Rp77 triliun. Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang melakukan pembagian pembelanjaannya, sedang Direktorat Jenderal Pajak yang mengumpulkannya.

Postur anggaran tahun 2018, pendapatan negara dari pajak, PNBP, dan hibah sebesar Rp1.894,7 triliun sedangkan belanja negara Rp2.220,7 triliun sehingga defisit anggaran mencapai Rp325 triliun. Alokasi tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp401 triliun, pendidikan Rp444 triliun, kesehatan Rp111 triliun, dan transfer ke daerah Rp766 triliun. Defisit anggaran akan dibiayai dengan penerbitan SUN dan pinjaman lainnya. Peningkatan anggaran paling banyak di infrastruktur dan pendidikan. Pembangunan infrastruktur memang diprioritaskan oleh pemerintah, karena ini untuk mempercepat tercapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Saat ini masih banyak masyarakat di pedalaman yang belum bisa menikmati pembangunan dan kesehatan, oleh sebab itu pembangunan infrastruktur menjadi utama. Pembangunan infrastruktur ini juga bertujuan untuk mempermudah distribusi barang dan manusia. Mudahnya distribusi barang akan mengakibatkan harga barang tersebut lebih terjangkau, terutama barang kebutuhan pokok.

Oleh sebab itu peran Direktorat Jenderal Pajak dalam transfer kesejahteraan sangatlah vital di negara ini dengan target tahun 2018 mencapai Rp1.618 triliun. Target tersebut tidaklah mustahil untuk dicapai, dengan semangat Imlek, semangat zakat, dan cinta tanah air maka marilah kita mewujudkan transfer kesejahteraan ke seluruh bangsa Indonesia, sehingga saudara kita dari Sabang sampai Merauke dapat merasakan kesejahteraan yang sama. Selamat merayakan Imlek.(*)

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.