Di Antara Coretax dan Usia, Semangat Tak Pernah Menyusut

Oleh: Iwan Hendriyanto, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Hari itu, langit Cilegon tampak cerah. Angin laut yang sejuk menembus sela-sela jalanan kota, membawa hawa segar setelah perjalanan panjang menuju kantor pajak.
Meski sudah berusia paruh baya, semangatku untuk belajar masih membara. Aku sudah menghabiskan lebih dari dua dekade hidupku di dunia pajak. Namun, pelatihan yang akan segera dimulai ini terasa berbeda. Hari ini, aku tidak hanya akan belajar sesuatu yang baru, tetapi juga akan berada di garis depan pembaruan sistem perpajakan yang tengah berlangsung.
Pelatihan Coretax DJP yang diadakan di kantor pajak Cilegon ini merupakan kesempatan yang tidak bisa kuabaikan. Sebagai seorang akuntan pajak yang sering kali bekerja dengan peraturan lokal, aku sadar bahwa dunia pajak semakin berkembang.
Coretax DJP merupakan sistem baru yang dirancang untuk memperbarui dan mengintegrasikan administrasi perpajakan di Indonesia. Kecepatan dan ketepatan dalam mengelola data pajak kini menjadi sangat krusial, mengingat semakin kompleksnya pengelolaan administrasi pajak di dalam negeri. Dengan sistem yang lebih terintegrasi, setiap proses menjadi lebih efisien dan kesalahan manusia yang bisa terjadi dalam pencatatan dan pelaporan dapat diminimalisasi.
Aku melangkah pelan memasuki Aula Tirtayasa yang sudah dipenuhi peserta lainnya. Di sekelilingku, sebagian besar wajah mereka tampak lebih muda, penuh semangat dan rasa ingin tahu. Sementara aku, di usia yang sudah lebih matang, merasa seperti seorang pemula yang tertinggal di dunia yang begitu cepat berubah. Namun, rasa canggung itu segera hilang saat aku menyadari bahwa pelatihan ini bukan hanya untuk para profesional muda. Ini adalah kesempatan bagi siapa saja yang ingin belajar dan berkembang, tak peduli usia.
Para peserta mulai duduk dan pemateri membuka sesi dengan penjelasan singkat tentang pentingnya pembaruan sistem perpajakan. Ia berbicara tentang bagaimana Coretax DJP akan mengubah cara kita mengelola administrasi perpajakan, mulai dari pengolahan data transaksi wajib pajak hingga integrasi sistem yang lebih efisien. Coretax DJP memungkinkan pengawasan yang lebih baik dan transparansi yang lebih tinggi dalam setiap proses perpajakan.
Di balik kata-kata itu, aku mulai merenung. Sistem pajak yang sudah aku kenal selama ini terasa begitu konvensional dibandingkan dengan perubahan yang sedang digulirkan.
"Bagaimana menurut Anda, Pak?" tanya seorang peserta muda di sebelahku, memecah lamunanku.
Aku menoleh, tersenyum. "Sejujurnya, saya sedikit ketinggalan zaman dalam hal teknologi. Tapi saya ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana teknologi ini bisa membantu kita mempermudah pekerjaan," tuturku.
Peserta muda itu tertawa ringan, "Tak ada yang terlambat, Pak. Kami semua di sini belajar bersama."
Itulah yang membuat suasana pelatihan ini begitu berbeda. Tidak ada kesenjangan antara yang muda dan yang tua. Semua saling mendukung, berbagi pengetahuan, dan belajar bersama. Aku merasa dihargai, meski pengalaman yang kumiliki sudah jauh lebih banyak daripada mereka.
Namun, aku juga tahu bahwa sistem yang baru ini adalah sebuah tantangan — tantangan untuk beradaptasi, untuk tidak hanya mengandalkan pengalaman, tetapi juga membuka pikiran untuk belajar hal-hal baru.
Di sesi berikutnya, kami mulai mempelajari bagaimana Coretax DJP akan mengintegrasikan berbagai fungsi perpajakan yang dulu terpisah-pisah. Para pemateri menjelaskan bagaimana sistem ini akan memungkinkan pengelolaan data yang lebih efisien, dari pendaftaran wajib pajak hingga pelaporan pajak yang lebih cepat dan transparan.
Aku mendengarkan dengan seksama, berusaha mengikuti alur materi yang dipaparkan. Meski terkadang ada istilah-istilah baru yang membuatku terheran-heran, aku berusaha mencatat dan memahaminya. Aku tahu, sistem ini akan menjadi bagian besar dari perubahan besar yang tengah terjadi di dunia perpajakan.
Tiba-tiba, seorang peserta muda menoleh ke arahku dengan mata penuh rasa ingin tahu. "Pak, menurut Bapak, bagaimana peran teknologi membantu pekerjaan kita?" tanyanya dengan suara penuh antusiasme.
Aku terdiam sejenak, merenung. Pertanyaan itu membuatku kembali mengingat masa-masa di mana pekerjaan pajak begitu manual, penuh tumpukan berkas dan berjam-jam di depan komputer yang rasanya tak pernah selesai. Pengalaman bertahun-tahun mengajarkanku, teknologi memang punya kekuatan untuk mengubah banyak hal.
Setelah beberapa detik, aku menjawab, "Penting sekali, Nak. Teknologi membantu kita bekerja lebih cepat dan tepat. Dulu, kalau ada kesalahan, kita harus koreksi manual, menghabiskan waktu dan tenaga. Dengan sistem yang lebih terintegrasi ini, banyak hal bisa jadi lebih efisien. Data dulu sering tumpang tindih, tetapi sekarang bisa langsung terhubung dengan jelas. Banyak pekerjaan yang dulu lama dikerjakan, sekarang bisa selesai dalam waktu yang lebih singkat."
Peserta muda itu mengangguk setuju, "Betul, Pak."
Aku tersenyum, merasa sedikit lebih nyaman. Ada rasa percaya diri yang mulai tumbuh, meskipun aku tahu bahwa dunia perpajakan kini jauh lebih kompleks. Namun, semangat untuk terus belajar itu membuatku merasa muda lagi. Tak ada kata terlambat untuk bertransformasi, dan aku merasa diberkahi karena dapat menjadi bagian dari perubahan besar ini.
"Pak, siap sesi selanjutnya?" tanya seorang peserta muda, yang kini sudah menjadi teman diskusi.
Aku tersenyum lebar. "Tentu, semangat. Ini baru permulaan."
Dia tertawa, "Betul Pak, banyak belajar dari pengalaman Bapak."
Coretax DJP tidak hanya soal teknologi baru dalam perpajakan, tetapi juga tentang kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terus terjadi. Dunia perpajakan Indonesia sedang bertransformasi, dan aku yakin selama kita tetap terbuka pada perubahan, kita akan selalu bisa berperan dalam proses itu.
Setelah kelas selesai, aku melangkah keluar aula bersama peserta lainnya, merasa bangga. Ini adalah langkah baru, tidak hanya bagi sistem perpajakan Indonesia, tetapi juga untukku. Meski usia semakin bertambah, semangatku untuk belajar tetap tak pernah menyusut.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 892 kali dilihat