Dari Desa Membangun Bangsa

Oleh: Putrina Dilla Ovilla, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Tabang, kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara termasuk wilayah kerja KPP Pratama Tenggarong yang berbatasan dengan Kabupaten Malinau di bagian utara. Luas wilayahnya mencapai 7.764,50 km2 dan merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Akses menuju Tabang dari Samarinda hanya melalui jalan darat, dengan waktu tempuh kurang lebih delapan jam. Tidak sedikit wajib pajak yang berasal dari Tabang mengeluhkan lamanya perjalanan karena lokasi KPP yang berada jauh dari tempat tinggal mereka.
Kecamatan Tabang sudah sejak lama dikenal daerah paling terisolasi karena hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai. Meski ada jalur darat, namun kondisinya sangat memprihatinkan. Jalur tersebut melewati areal perhutanan dan perkebunan kelapa sawit yang berliku-liku dan banyak terdapat persimpangan, belum lagi melalui Sungai Muara Pedohon. Mobil sering terperosok masuk ke dalam sungai jika salah mengambil jalan. Daerah ini terkenal dengan kesulitan air bersih dan listrik.
Kenapa saya menjelaskan tentang kecamatan Tabang? Beberapa hari yang lalu, ada wajib pajak yang datang ke KPP Pratama Tenggarong untuk mendaftarkan badan usahanya. Beliau bernama Rigoris, datang dari tempat tinggalnya di Long Lalang, Tabang. Kami menjelaskan kewajiban perpajakan badan usahanya, bahwa Ia harus melaporkan SPT dan menyetorkan pajak dari usahanya.
“Kami mau bayar pajak, Bu. Tapi di Tabang tidak ada kantor pos dan bank juga tidak ada. Nanti kalau mau bayar pajak kami harus ke Kembang Janggut,” ujar Rigoris.
Beliau mengatakan bahwa dulu pernah ada kantor pos di Tabang, tapi kemudian tutup dan tidak beroperasi lagi sampai sekarang. Sementara Kantor Pos terdekat berada di Kecamatan Kembang Janggut. Perjalanan dari Tabang ke Kembang Janggut memakan waktu selama tiga jam, lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika belum ada pembangunan akses jalan.
Bisa dibayangkan untuk membayar pajak saja Pak Rigoris harus menempuh waktu enam jam pulang pergi serta mengeluarkan biaya yang cukup mahal hanya untuk transportasinya ke kantor pos terdekat. Betapa besar pengorbanan yang harus dilakukan untuk menjadi warga negara yang taat pajak, bukan cuma secara materiel tapi juga soal waktu. Bukan hanya Pak Rigoris, tetapi juga seluruh masyarakat yang telah membayar pajak.
Untuk pembayar pajak, imbalannya memang tidak diberikan secara langsung, akan tetapi dapat dirasakan dengan semakin pendeknya waktu tempuh perjalanan ke Samarinda karena jalan semakin baik berkat pajak yang disetor. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas lainnya mulai menjamah daerah-daerah pedesaan, bukan hanya perkotaan. Bagi masyarakat terutama di daerah yang terpencil, kehadiran dan kepedulian negara di kehidupan mereka merupakan hal yang terpenting.
Memperkuat negara, membangun bangsa, menyejahterakan masyarakat kita mulai dari desa. Pajak adalah solusinya.
Dari desa Membangun bangsa.(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.
- 126 kali dilihat