Cocoklogi Ditjen Pajak dan Filosofi Sepakbola

Oleh: Andhika Ryan Debbianto, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Tren buruk yang melanda AC Milan menjelang akhir musim 2017/2018 ini membuat para milanisti, termasuk saya, mengernyitkan dahi serta mengelus dada. Pasalnya, usai 10 laga tak terkalahkan, tim kesayangan milanisti ini gagal meraih kemenangan di 5 laga terakhirnya. Hal ini laiknya usai terbang sangat tinggi lalu mendadak jatuh ke jurang yang sangat dalam. Perih.
Berbagai alasan pun diungkapkan para fans dan para pundit. Mulai dari pelatih yang kurang tepat, pemilihan strategi dan formasi yang salah, pilihan pemain yang kurang pas, kurangnya inovasi saat tim posisi tertinggal, hingga finishing para striker yang buruk yang mengakibatkan minimnya gol yang dicetak. Stop. Di tulisan saya ini, saya tidak akan mengulas tentang tim kesayangan saya. Bermula dari keisengan saat berkendara pulang kerja, saya merasa ada kecocokan alias cocoklogi antara hal-hal dalam sepakbola dengan dunia tempat saya bekerja, Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Apalagi Kepala Kanwil tempat saya mengabdi adalah seorang pecinta sepakbola. Pegawai pajak yang sangat menyukai sepakbola.
Di DJP, sama seperti sepakbola, tentu ada gol yang ingin dicapai. Ya, target penerimaan yang tercapai tentunya. Untuk mencapai target penerimaan yang telah ditentukan, nyatanya juga diperlukan strategi yang tepat, inovasi, hingga pilihan pemain atau SDM yang tepat.
Mari kita mulai dari yang pertama. Strategi. Pemilihan dan perencanaan strategi yang matang sebelum laga dimulai sangat penting untuk memenangkan pertandingan. Ball possesion, pressing, atau counter attack bisa dipilih oleh para pelatih sepakbola. Di DJP, hal ini pun dilakukan. Di DJP ada Rencana Strategis atau yang lebih dikenal dengan Renstra DJP. Selain untuk menerjemahkan visi, misi, dan strategi (arahan pimpinan) agar dipahami dan dilaksanakan seluruh elemen organisasi sampai dengan level terbawah, renstra ini juga menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta anggaran DJP selama 5 tahun. Tak hanya renstra, di DJP khususnya dan Kementerian Keuangan pada umumnya, juga ada yang namanya Indikarot Kinerja Utama (IKU). Jika di sepakbola ada target juara yang ingin dicapai, di DJP juga ada IKU yang harus dicapai. Penerimaan negara merupakan IKU Utama yang harus dicapai oleh DJP, ya laiknya gelar Liga Champions-lah. IKU dan Renstra ini digunakan sebagai patokan apa yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan selama satu tahun ke depan. Tak hanya itu, di DJP pun ada yang namanya manajemen risiko untuk meminimalisisasi risiko yang terjadi. Persis apa yang dilakukan pelatih sepakbola untuk meminimalisasi risiko kekalahan.
Kedua, pemilihan pemain yang tepat pada posisi yang tepat. The right man in the right place. Ungkapan ini cocok dipakai di bidang apapun. Begitu juga di DJP, penempatan pegawai pada posisi yang tepat sesuai potensinya tentu akan memaksimalkan kinerja DJP. Beberapa upaya telah dilaksanakan oleh DJP guna mencari the right man in the right place ini. Salah satunya melalui psikotes beberapa saat lalu. Berdasarkan hasil psikotes ini, para atasan dapat mengetahui pegawai A paling tepat berada di mana. Sehingga nantinya jika ada mutasi atau promosi pegawai, hasil psikotes ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menempatkan pegawai pada posisinya.
Ketiga, inovasi dan perubahan strategi di tengah laga. Di DJP juga ada hal seperti ini. Misal pada saat tahun berjalan, target penerimaan masih jauh dari yang ditetapkan. Tentu saja ini membuat pimpinan harus memutar otak dan mencari inovasi guna mencapai target. Pilihan dan keberanian dalam berinovasi dan mengubah strategi dengan tepat, dapat berefek pada penerimaan yang tercapai. Ya meskipun untuk yang satu ini, terkadang lebih ke arah spekulasi. Jika inovasi berhasil, tentu saja gol akan diraih, target akan tercapai. Namun jika tidak, ya hasil akan berkata lain.
Poin keempat ini sebenarnya cukup berkaitan dengan poin kedua. Pemilihan pemain atau SDM yang tepat. Jika dalam sepakbola, hal ini lebih kepada sosok striker sang pencetak gol dan seorang playmaker yang sering memberikan assist. Di DJP, sosok striker ini bisa kita temukan pada Account Representative dan Fungsional Pemeriksa. Tanpa mengurangi rasa hormat pada pegawai lain, di pundak mereka lah target penerimaan negara dibebankan. Tugas mereka, mencetak gol. Yang dimaksud gol disini adalah tercapainya target penerimaan negara. Namun, untuk mencetak gol, diperlukan adanya umpan matang dari para playmaker. Sosok playmaker bisa ditemukan pada Kanwil yang selalu memberikan umpan matang berupa data ke tiap KPP. Mapping, profiling, benchmarking, laporan hasil analisis wajib pajak dan data lainnnya terus disuplai dari Kanwil ke tiap KPP. Hal ini layaknya assist matang yang tinggal dieksekusi oleh para AR dan Pemeriksa untuk mencetak gol yakni target penerimaan pajak.
Dengan perencanaan strategi yang matang, pemilihan pemain (SDM) yang tepat, inovasi yang kreatif, nantinya diharapkan penerimaan pajak akan tercapai. Sebagaimana ungkapan yang dipopulerkan oleh Benjamin Franklin, if you fail to plan, you plan to fail.
Cocoklogi ini dibuat sembari menikmati laga terakhir Grup H AFC Cup antara Persija vs Tampines Rovers. Forza DJP! Forza Milan!(*)
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja.
- 137 kali dilihat