Batik Maluang: Goresan Cinta dari Bumi Batiwakkal

Penulis Naskah: Dewi Setya Swaranurani,
Kontributor Foto: Whinih Ayuning Firdenti dan Qoimatun Izza
pegawai Direktorat Jenderal Pajak
---
Catatan Redaksi: Pesona Indonesia merupakan rubrik baru yang mengulas keunikan suatu daerah, baik keelokan alamnya, maupun keistimewaan sosial-budaya warganya, serta bagaimana unit kerja Direktorat Jenderal Pajak yang menaungi wilayah kerja di daerah tersebut memanfaatkan dan mengelola keunikan tersebut, dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Rubrik ini dikemas dengan gaya bahasa bertutur yang ringan dan memikat.
---
Sehat, Anggun, Gairah, Aman, dan Manusia. Sanggam. Ya, Sanggam merupakan julukan sebuah kabupaten di Kalimantan Timur. Di kabupaten ini pula terletak Pulau Derawan, pulau yang memiliki pesona dan keindahan alam nan cantik hingga berhasil menarik perhatian para turis lokal hingga mancanegara.
Bumi Batiwakkal atau biasa disebut Kabupaten Berau ini memiliki pesona keindahan alam yang luar biasa. Penyu, kura-kura laut yang sudah ada sejak zaman kapur ini menjadi ikon Kabupaten Berau. Hal ini dikarenakan Kabupaten Berau dikenal sebagai daerah wisata alam bawah laut, penyu banyak ditemukan di perairan Kabupaten Berau khususnya di Pulau Derawan, Maratua, dan Biduk-Biduk.
Sebagai bentuk mencintai alam sekitar, dikenal pula sebuah rumah batik di daerah Desa Maluang, Gunung Tabur yang di setiap motif batiknya menceritakan keindahan alam di Kalimantan Timur. Rumah Batik Putri Maluang namanya, dikenal dengan motifnya yang indah nan unik karena mengangkat cerita tentang flora, fauna, dan wisata di Kalimantan Timur. Hal ini pula yang membuat batik ini disebut dengan batik khas Kabupaten Berau.
“Mencintai batik sebelum membatik” adalah arti dari slogan goresan cinta milik Putri Maluang Batik.
Putri Arofah, pemilik Putri Maluang Batik menjelaskan bahwa setiap batik yang diproduksinya dibuat dari goresan-goresan cinta sehingga dapat menghasilkan motif-motif indah nan Istimewa. Terlahir dari stigma negatif dan tudingan masyarakat bahwa rumah batik Putri Maluang ini penyebar Covid-19 pada 2020 lalu, sempat menjadi masa-masa suram bagi Putri Arofah. Semenjak hari itu selama dua pekan, Putri dan dua rekan kerjanya diisolasi di kediamannya.
Dalam kurun waktu dua pekan tersebut dijadikannya waktu di mana Putri dan ketiga rekan kerjanya memperdalam ilmu, teori, serta menggali inspirasi mengenai kain batik.
Dengan peralatan yang dapat terbilang terbatas dan seadanya tersebut, kain batik yang penuh dengan goresan cinta ini lahir dan dipromosikan di media sosial, salah satunya Instagram. Mengejutkannya, hal tersebut mendapat respon positif dari masyarakat.
Hingga sampai saat ini, batik putri maluang menjadi produk lokal kebanggaan Bumi Batiwakkal. Mencintai batik sebelum membatik, berhasil menghasilkan corak batik yang sangat indah dan menarik.
Putri Batik Maluang adalah rumah batik para pengrajin batik yang berasal dari Kampung Maluang, Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timur. Putri Arofah, pemilik rumah batik tersebut menjelaskan bahwa batik itu identik dengan seni, dan seni datangnya dari hati. Tak jarang, beberapa ibu-ibu di Desa Maluang membantu proses pembuatan batik. Putri mengungkapkan bahwa ia tidak keberatan dengan hal tersebut, “Itung-itung bantu perekonomian warga Desa Maluang,” ungkapnya.
Batik dari Desa Maluang ini memiliki ciri khas, salah satunya adalah tidak ada kain batik yang memiliki motif yang sama. Semua motif dibuat berbeda meski dengan tema yang sama. Hingga saat ini, Putri Batik Maluang sudah memiliki tiga motif yang dilindungi paten. Tiga motif tersebut adalah katulada, kantong semar, dan air pasang surut. Ketiga motif ini memiliki makna dan filosofi tersendiri. Kantong semar sendiri diangkat dari cerita mistis masyarakat Berau dan saat ini masih tumbuh liar di hutan Kalimantan, air pasang surut menceritakan tentang masyarakat Berau yang saat ini hidup di pinggiran sungai (tepian), katu dan lada mengartikan bahwa masyarakat Berau dapat menempatkan diri di mana saja.
Harga kain batiknya pun tergolong beragam, dari kisaran harga Rp200.000,00 hingga Rp1.500.000,00. Banderol tersebut tergantung dengan model batik yang diambil, untuk model batik printing dan batik cap dijual dengan harga mulai dari Rp200.000,00 sedangkan batik tulis dan batik lukis biasanya dijual dengan harga yang lebih mahal. Kain yang digunakannya pun menggunakan kain katun primisima yang dikirim langsung dari Pulau Jawa.
Saat ini Putri Maluang Batik sudah menghasilkan omzet yang cukup fantastis, hal ini membuat Putri, pemilik rumah batik ini mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada tahun 2023 lalu. Saat itu, pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjung Redeb Qoimatun Izza dan Whinih Ayuning Firdenti melakukan kegiatan verifikasi lapangan ke Rumah Batik Putri Maluang.
“Dulu, produksi batik kami sangat minim sebelum akhirnya se-eksis ini. Alhamdulilah-nya sekarang dalam sebulan kami dapat memproduksi sebanyak 200 hingga 300 batik dalam satu bulan,” ungkap Putri. “Karena usaha yang semakin besar ini, saya berniat mengajukan PKP agar peluang kerja sama bisnisnya semakin besar pula,” tambahnya.
Selain melakukan wawancara, tim Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjung Redeb juga menjelaskan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai wajib pajak PKP. Kewajiban tersebut antara lain:
- Wajib pajak PKP wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) terutang;
- Wajib pajak PKP wajib menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan;
- Wajib pajak PKP wajib menyetorkan PPPnBM terutang;
- Wajib pajak PKP wajib melaporkan penghitungan pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN; dan
- Wajib pajak PKP wajib menerbitkan faktur pajak atas setiap menyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP).
Putri sangat kooperatif dan bersedia menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bahkan meski jarak Rumah Batik Putri Maluang dan Pos Pelayanan Pajak Berau tergolong lumayan jauh yaitu 15 kilometer, Putri sering datang ke Pos Pelayanan Pajak untuk berkonsultasi mengenai kewajiban perpajakannya.
Selain menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia, rumah batik milik Putri ini juga memiliki peran besar dalam membangkitkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Berau, khususnya Desa Maluang. Dengan semakin besarnya usaha rumah batik ini, tentunya juga akan berimbas dengan dibukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Berau.
Rumah batik tersebut bahkan bisa beradaptasi dengan dan memanfaatkan kemajuan zaman era digital ini untuk membantu mereka memperkenalkan batik dengan motif indah nan unik ini. Putri juga paham mengenai strategi marketing yang ia ambil, produk yang menarik pastinya akan laku di pasaran.
Menariknya, rumah batik ini dapat mengangkat berbagai aspek warisan budaya Indonesia untuk diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia bahkan mancanegara dalam satu produk—yaitu batik yang memiliki corak keindahan alam, flora, fauna, dan tempat wisata di Kalimantan Timur. Semoga seterusnya, makin banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dapat memperkenalkan kekayaan alam serta warisan budaya Indonesia kepada masyarakat luar. Sambil menyelam minum air, mari kita melestarikan kekayaan alam serta warisan budaya Indonesia sambil memperkuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
*) Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 310 kali dilihat