Badai Pasifik, Pajak, dan Sepak Bola: Mimpi yang Terbang di Langit Biak
Oleh: (Andrian Basir), pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Di Biak, waktu berjalan dengan irama yang berbeda. Angin Samudra Pasifik berhembus dan lautnya yang jernih menjadi saksi bisu mimpi-mimpi besar. Di tempat inilah, aku, seorang pegawai pajak yang baru saja dipindahkan, menemukan pelajaran berharga dari sebuah tim sepak bola bernama Persatuan Sepakbola Biak dan Sekitarnya (PSBS Biak). Mereka bukan sekadar klub. Mereka adalah badai kecil yang perlahan menjadi besar.
PSBS Biak, atau yang akrab dijuluki Badai Pasifik, membuat sejarah yang menggugah jiwa. Perjalanan mereka menuju Liga 1 Indonesia seperti novel penuh babak dramatis. Pada final Liga 2, mereka menaklukkan Semen Padang Football Club (Semen Padang FC) dengan kemenangan agregat 6-0. Leg pertama di Biak berakhir dengan skor 3-0. Leg kedua di Stadion H. Agus Salim, Padang, menegaskan dominasi mereka dengan skor yang sama. Meski pertandingan itu terhenti di menit ke-81 karena kericuhan, wasit tetap mengesahkan kemenangan PSBS Biak.
Masyarakat Biak merayakan momen itu dengan sorak-sorai. Namun, kemenangan ini bukan hanya soal olahraga. Di balik setiap gol yang tercipta, ada pajak yang bekerja dalam senyap, menjadi fondasi bagi mimpi-mimpi besar seperti ini. Stadion Lukas Enembe, markas baru PSBS Biak, adalah contoh nyata bagaimana pajak menjadi jembatan antara harapan dan kenyataan.
Babak Pertama: Pajak dan Stadion Lukas Enembe
Dikutip dari detik.com, Stadion Lukas Enembe yang dibangun dari 2016 hingga 2020 adalah mahakarya di timur Indonesia. Dengan kapasitas 42 ribu penonton dan standar Federation Internationale de Football Association (FIFA), stadion ini berdiri megah di Kabupaten Jayapura. Proyek ini menelan biaya Rp1,3 triliun yang berasal dari Dana Otonomi Khusus (Otsus), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tak hanya itu, dana sebesar Rp2 triliun dari Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Tahun 2021 juga digunakan untuk membangun fasilitas olahraga lain seperti Istora Papua Bangkit dan Arena Kriket.
Namun, perjalanan PSBS Biak di Liga 1 tidak langsung berjalan mulus. Pada paruh pertama musim 2024/2025, mereka harus bermarkas sementara di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Bali. Alasan utamanya karena Stadion Lukas Enembe belum memenuhi beberapa syarat kelengkapan, seperti Light Emitting Diode (LED) Board. Presiden PSBS Biak, Yan Permenas Mandenas, menyampaikan harapannya agar Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Biak segera membangun stadion baru di Biak sehingga tim dapat benar-benar bermain di rumah sendiri.
“Beberapa laga kandang kami gelar di Bali karena Stadion Lukas Enembe harus melengkapi sejumlah syarat kelengkapan sesuai regulasi PT Liga Indonesia Baru (PT LIB). Sementara di Biak, fasilitas belum memadai. Kami sangat berharap Pemda Biak segera membangun stadion baru agar kami bisa main di sana,” ujar Yan dikutip dari rri.co.id.
Babak Kedua: Asa Badai Pasifik
Pada 11 Januari 2025, PSBS Biak akhirnya dapat menjamu Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (Persib Bandung) di Stadion Lukas Enembe. Ribuan pendukung setia, yang dikenal dengan nama Napi Bongkar, memenuhi tribun untuk memberikan dukungan. Meski pertandingan itu berakhir imbang 1-1, harapan tetap mengalir deras di Biak. Hasil ini menjadi simbol perjuangan tim untuk bertahan di Liga 1.
Saat ini, PSBS Biak berada di posisi ke-11 dengan 27 poin. Perjalanan masih panjang, tetapi optimisme tak pernah surut. Setiap kali aku mendengar cerita tentang tim ini, aku selalu teringat bahwa pajak bukan sekadar angka yang dikumpulkan negara. Pajak adalah denyut nadi pembangunan, yang menghubungkan stadion megah dengan semangat anak-anak kecil di Biak yang menendang bola di pantai.
PSBS Biak adalah bukti bahwa mimpi besar bisa terwujud, asalkan kita percaya. Di langit Biak, asa terus terbang bersama badai kecil yang kini mulai menaklukkan Indonesia.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 28 kali dilihat