Antara Pecel Lele, Pajak, dan Rp500 Juta Rupiah

Oleh: M. Farhan Syahid, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Malam itu di pinggiran Jakarta
"Pecel lelenya satu ya pak. Minumnya es teh manis, lelenya digoreng kering," ucap Karim, seorang sarjana yang baru saja magang di salah satu perusahaan swasta di ibu kota. Malam itu perutnya lapar, perusahaan yang baru saja menerimanya mengharuskan pegawai magang untuk lembur sampai larut malam tanpa menyediakan makan malam.
“Nggih, Dik. Tumben pesan lele, biasanya ayam,” jawab pak Yono sembari menyiapkan pesanan pelanggannya.
“Hehe, iya pak, maklum akhir bulan, pesan yang lebih murah,” seloroh Karim.
Pak Yono, seorang pria paruh baya yang merantau ke Jakarta berpuluh tahun silam. Mengadu nasib dengan mendirikan usaha pecel lele berkonsep tenda kaki lima di pinggiran kota Jakarta.
“Silahkan, Dik,” ucap pak Yono sekaligus menghidangkan makanan yang dipesan pelanggannya.
“Terima kasih, Pak," Karim menimpali sembari bersiap menyantap hidangan. “Sudah malam begini memang sepi ya pak?” tanya Karim disela-sela menikmati hidangannya.
“Tidak juga, Dik. Justru makin malam biasanya makin ramai,” jawab pak Yono sedikit lemas.
“Sudah hampir sebulan ini warung sepi, mungkin hanya 7 sampai 10 pelanggan sehari, padahal dulu bisa 20 sampai 30 pelanggan seharinya. Ditambah lagi, harga kebutuhan pokok naik, dan terakhir di berita katanya pajak naik ya Dik?” tanya pak Yono
Karim tidak buru-buru menjawab pertanyaan Pak Yono. Ia harus menyelesaikan kunyahan di mulutnya. Pecel lele yang sebelumnya terasa sangat nikmat, kini sedikit berubah rasanya karena bercampur rasa kasihan Karim kepada pak Yono.
“Hmmm, lumayan besar ya pak jumlah pelanggannya berkurang. Mungkin karena musim hujan pak, orang-orang jadi terbatas untuk bepergian,” jawab Karim setelah menyelesaikan kunyahan dan sedikit meminum es teh pesanannya. “Kalau soal pajak naik, saya malah belum baca beritanya Pak, memangnya seperti apa, Pak?” Karim balik bertanya ke pak Yono sambil melanjutkan santapannya.
“Yah, saya juga ndak tahu detailnya seperti apa. Wong saya cuma baca judulnya, Dik. He he he,” jawab pak Yono sambil tertawa kecil.
“Tapi baca berita begitu kan saya jadi takut, Dik. Sudah jualan sepi begini, nanti masih harus bayar pajak penghasilan lagi,” sambung Pak Yono, seketika tawa kecil sebelumnya hilang dan berganti menjadi raut wajah sedih.
“He he he bapak ini gimana toh, masa baca berita dari judulnya saja,” kata Karim melempar canda. “Dan sependek pengetahuan saya,” lanjut Karim, “Untuk pelaku UMKM seperti pak Yono, selama penghasilan brutonya selama satu tahun tidak sampai Rp500 Juta Rupiah, tidak ada kewajiban untuk setor pajak penghasilan.”
Mendengar penjelasan tersebut, lantas pak Yono mendekat kearah Karim. Menyiapkan satu kursi lain lalu duduk tepat di samping Karim.
“Lha, bapak baru dengar yang seperti itu, Dik. Jadi kata kamu, kalau penghasilan dari jualan pecel lele ini tidak sampai Rp500 Juta Rupiah setahun, tidak ada kewajiban setor pajak penghasilan, Dik?” tanya pak Yono berusaha mengonfirmasi pernyataan Karim.
“Bukan kata saya lho pak Yono, tapi sesuai dengan kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan, sebagai regulasi turunan dari UU HPP nomor 7 tahun 2021,” jawab Karim mencoba menjelaskan ke pak Yono.
“Alhamdulillah. Saya baru dengar yang seperti ini dari kamu. Terima kasih banyak ya Dik,” pak Yono menimpali.
Matanya sedikit berbinar, ternyata ketakutan dan kekhawatirannya selama ini hanya di pikirannya saja.
“Nggih pak, sami-sami,” jawab Karim setelah suapan terakhir pecel lele malam itu ia nikmati.
“Berapa semuanya pak?” kata Karim menanyakan harga total santapannya malam itu. “15 ribu, Dik,” jawab Pak Yono, “Saya diskon 10 ribu khusus buat malam ini,” lanjut pak Yono tersenyum.
Lantas Karim memberikan uang pecahan sepuluh ribu dan lima ribu kepada Pak Yono. “Terima kasih banyak, Pak,” ucap Karim seraya bergegas pergi dari warung pecel lele malam itu. Besok ia harus kembali bekerja, mungkin lembur sampai malam lagi.
“Besok malam, kira-kira warung pecel lele mana lagi yang kasih diskon 15 ribu ya?” seloroh Karim dalam hati.
*)Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.
Konten yang terdapat pada halaman ini dapat disalin dan digunakan kembali untuk keperluan nonkomersial. Namun, kami berharap pengguna untuk mencantumkan sumber dari konten yang digunakan dengan cara menautkan kembali ke halaman asli. Semoga membantu.
- 567 kali dilihat