Oleh: Tenisanta Rizqi Masruri, pegawai Direktorat Jenderal Pajak

                 

Apakah Anda hobi membaca komik? Coba sebutkan judul komik apa saja yang sudah pernah Anda baca! Pasti terlintas banyak judul mulai dari komik dengan tema superhero, komedi, romantis, atau bahkan komik horor. Karena di zaman sekarang, komik telah menjadi media hiburan yang dinantikan oelh berbagai kalangan. Kehadirannya pun tidak terbatas hanya pada media cetak, sudah banyak komik yang diunggah di berbagai platform komik digital maupun di media sosial.

Dewasa ini, komik tidak hanya digunakan sebagai media hiburan belaka, tetapi juga dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan informasi. Seperti yang dilakukan oleh Direktorat P2 Humas DJP dalam upaya memperluas edukasi perpajakan, media komik dipilih sebagai salah satu sarana penyampaian informasi perpajakan tersebut. Dikemas dengan bentuk komik strip, komik yang hanya terdiri dari beberapa panel (biasanya empat panel), komik dengan tema perpajakan ini diunggah pada akun-akun media sosial resmi milik DJP.

Adanya konten komik strip pada akun media sosial resmi DJP banyak disambut positif oleh masyarakat. Para pembaca komik strip ini cukup antusias, ditunjukkan dengan banyaknya jumlah likes dan komentar pada Instagram resmi DJP yang bisa mencapai hingga 7000 likes dan 400 komentar pada satu unggahan. Dengan banyaknya pembaca komik strip perpajakan ini, diharapkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang perpajakan bisa bertambah.

Yang membuat komik perpajakan ini menjadi lebih unik lagi adalah para komikusnya, sebutan bagi orang yang menggambar komik. Semua komik yang diunggah oleh akun media sosial resmi DJP adalah karya para pegawai DJP sendiri. Dari sekitar 44 ribu pegawai DJP yang tersebar di Nusantara, Direktorat P2 Humas DJP mampu menemukan beberapa pegawai yang memiliki minat dan bakat dalam dunia komik.

Berawal dari lokakarya  tentang komik dan motion grafis yang diadakan oleh Direktorat P2 Humas DJP pada awal 2019 di Yogyakarta, penulis menjadi salah satu pegawai beruntung yang berhasil mengikuti lokakarya tersebut. Pasalnya untuk bisa mengikuti lokakarya, para calon peserta diharuskan untuk membuat satu karya komik strip dengan tema perpajakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari puluhan karya komik yang masuk dipilihlah lima belas karya komik buatan pegawai DJP dari berbagai kota di Indonesia.

Dijelaskan dalam lokakarya tersebut beberapa tip dan trik dalam pembuatan komik strip. Salah satu yang paling diingat oleh penulis adalah mengenai riding the wave. Sebuah tip dalam pembuatan cerita komik berdasarkan kejadian-kejadian aktual yang sedang terjadi atau viral lalu diselipi dengan informasi perpajakan terkait.

Misalnya dalam salah satu komik strip yang pernah penulis buat dan telah diunggah oleh media sosial resmi DJP pada  Agustus 2019 lalu, penulis mengangkat tema berdasarkan dari cerita KKN di Desa Penari, sebuah cerita horor yang sempat viral.

 

Image removed.

Pada panel pertama digambarkan suasana hutan yang gelap, dan terdapat karakter utama sebagai mahasiswi KKN yang sedang dibonceng oleh tukang ojek. Suasana ini digambarkan sesuai dengan cerita viral KKN di Desa Penari. Hal ini penting agar para pembaca paham bahwa referensi cerita yang digunakan sudah familier, sehingga menambah minat untuk membaca. Lalu informasi perpajakan yang akan dimasukkan adalah tentang manfaat uang pajak bagi pembagungan desa. Namun, tentu saja informasi tersebut tidak langsung dituliskan pada panel pertama. Panel pertama ini berfungsi sebagai pembuka, digambarkan karakter utama nampak membuka pembicaraan dengan tukang ojek dan beropini bahwa jalan desa sudah bagus, sehingga perjalanan mereka menuju desa KKN bisa lancar.

Image removed.

Lalu pada panel kedua, berisikan informasi perpajakan yang akan disampaikan. Kali ini karakter utama mengungkapkan fakta bahwa sekitar 50 triliun rupiah uang pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak dianggarkan untuk pembagunan desa. Informasi perpajakan sederhana ini diharapkan mampu menambah kesadaran masyarakat bahwa uang pajak yang mereka bayarkan bermanfaat bagi pembangunan negeri khususnya pada hal ini adalah pembangunan desa.

Image removed.Image removed.

Panel ketiga dan keempat adalah penguatan nuansa horor sesuai referensi cerita KKN di Desa Penari, hal ini bertujuan untuk membangun ketertarikan pada komik ini agar tidak lupa dengan informasi perpajakan yang telah disampaikan.

Dibalut dengan cerita berdasarkan hal yang viral, bisa membuat para pembaca tertarik dengan informasi perpajakan yang disampaikan. Dalam pembuatan komik strip perpajakan seperti ini memang harus memperhatikan keseimbangan antaran unsur hiburan dan informasinya. Jika unsur informasi yang disampaikan terlalu banyak dan detail mungkin akan mengurangi minat pembaca untuk memahami isi dari informasi tersebut. Namun sebaliknya, jika unsur hiburan pada komik strip yang terlalu ditonjolkan maka bisa saja informasi perpajakan tidak dapat tersampaikan karena pembaca terlalu fokus dengan unsur hiburan pada komik strip tersebut.

Keberadaan komik strip ini tentu saja memperkaya kreativitas DJP dalam menyampaikan edukasi perpajakan kepada masyarakat. Semoga semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya manfaat membayar pajak melalui media-media kreatif seperti ini.

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi tempat penulis bekerja.