Meniadakan Jarak pada Komunikasi Virtual Perpajakan

Oleh: Ganiahariani Hastuti, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Information and communications technology unlocks the value of time, allowing and enabling multi-tasking, multi-channels, multi-this and multi-that (Li Ka-shing).
Kita tentunya menyadari, seseorang yang melakukan komunikasi intensif terhadap diri kita akan memiliki pengaruh lebih dominan dibanding mereka yang jarang berkomunikasi, bukan? Mereka yang rajin bertukar sapa dan pesan, akan meninggalkan jejak ingatan yang lebih kuat. Terlebih di masa pandemi seperti saat ini, komunikasi memegang peranan yang vital. Terbatasnya kesempatan untuk tatap muka terpaksa diatasi dengan komunikasi lewat berbagai media yang terus berkembang secara dinamis.
Wajib pajak (WP) sebagai stakeholder merupakan prioritas utama bagi institusi ini untuk mendapatkan perhatian dan informasi yang optimal. Pandemi yang menciptakan sekat-sekat yang membatasi ruang gerak semua pihak tidak dipungkiri memancing tumbuhnya kreatifitas, demi menunaikan kebutuhan untuk menyampaikan pesan. Terlebih dengan beragamnya karakteristik masyarakat Indonesia yang menjadi wajib pajak, dirasa perlu senantiasa melakukan inovasi terhadap metode dan saluran komunikasi.
Sebuah studio dengan sarana dan fasilitas penunjang telah diinisiasi oleh KPP Pratama Probolinggo sebagai salah satu wujud inovasi dalam komunikasi. Berlabel Studio Triple One Plus 625, menempati salah satu ruangan di lantai tiga gedung KPP Pratama Probolinggo, ruangan ini dilengkapi dengan komputer, peralatan untuk merekam percakapan, sarana virtual meeting dan sambungan internet. Tujuan awal keberadaan studio ini adalah untuk mengeksekusi program Triple One yang dicanangkan DJP beberapa waktu yang lalu.
Triple One merupakan suatu upaya pembinaan wajib pajak baru secara terstruktur dan terpola yang dilaksanakan melalui telepon, serta dilaksanakan secara bertahap dalam rentang waktu 1 (satu) minggu, 1 (satu) bulan dan 1 (satu) tahun setelah wajib pajak terdaftar. Dengan upaya ini, diharapkan WP baru patuh berkelanjutan. Mereka akan mengingat konsekuensi sebagai pemilik NPWP, berkat komunikasi intensif yang DJP gulirkan. Sementara saat ini Triple One belum diterapkan secara resmi di KPP Pratama Probolinggo, fungsi tambahan lainlah yang aktif dijalankan.
Label Plus yang disematkan pada keberadaan studio ini berperan untuk memfasilitasi sosialisasi daring, wa dan sms blast, podcast, media komunikasi dengan wajib pajak lewat telepon serta forum group discussion (WA group). Selama triwulan ke empat tahun 2020 telah beberapa kali diadakan sosialisasi lewat zoom meeting terhadap bendaharawan, seperti tentang pelaksanaan kewajiban perpajakan bendahara pemerintah secara umum, perlakuan dana BOS, penggunaan e-Bupot dan sebagainya. Selain itu juga sosialisasi untuk wajib pajak UMKM, penerapan insentif perpajakan dan peraturan lain yang secara dinamis diterbitkan oleh DJP untuk mengakomodasi perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Pada awal tahun 2021 menjelang musim pelaporan SPT Tahunan, studio Triple One Plus 625 aktif menjalankan perannya. Mengadakan sosialisasi yang bertujuan mengingatkan bendahara atau satker untuk segera menerbitkan bukti pemotongan penghasilan A2 dan meminta kerja sama instansi pemerintah untuk mendorong disegerakannya pelaporan SPT oleh pegawai di linkungan masing-masing. Memandu pengisian e-Filing SPT 1770 SS, 1770 S, dan 1770, demi menyegarkan ingatan wajib pajak akan kewajiban yang harus ditunaikan setahun sekali. Diharapkan upaya ini mampu meningkatkan kepatuhan SPT Tahunan sekaligus jumlah wajib pajak yang membayar.
Di tengah keharusan untuk menjaga jarak dan mengurangi tatap muka, sesi komunikasi yang menampilkan figur pembicara atau pemateri secara virtual dipercaya memberikan dampak yang signifikan daripada sekadar penyampaian pesan tertulis atau suara. Bagaimanapun juga diakui komunikasi tanpa kehadiran figur pembicara masih memiliki kelemahan, seperti kurang menarik atensi para audiensi, kurang membangun ikatan antara kedua pihak, serta kurangnya penekanan terhadap pesan yang disampaikan. Dengan tetap menampilkan figur pemateri meskipun secara virtual diharapkan meniadakan jarak antara pemateri dengan audiensi, sehingga didapatkan pengalaman serupa dengan sosialisasi face to face.
Perangkat komputer dan jaringan internet di studio tersebut juga digunakan oleh para Account Representative untuk menyapa secara berkala bendahara yang tergabung dalam grup WA yang telah dibentuk sebelumnya. Pada kesempatan tersebut AR yang bertugas akan membagikan informasi dan pengingat terkait kewajiban bendahara maupun pegawai yang menjadi wajib pajak di lingkungan instansi masing-masing. Bendahara juga berkesempatan menyampaikan pertanyaan dan kasus yang dihadapi di setiap sesi Menyapa Bendahara.
Kegiatan lain yang bisa dilakukan pada studio tersebut adalah podcast (siniar) perpajakan. Tujuan diadakannya podcast adalah agar wajib pajak bisa mengakses setiap saat membutuhkan informasi yang telah disampaikan dalam sosialisasi daring sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan peran dan fungsi lain akan disematkan pada ruangan tersebut di kemudian hari seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan komunikasi yang efektif.
“The single biggest problem in communication is the illusion that it has taken place.” – George Bernard Shaw.
Jangan sampai komunikasi yang kita bangun hanya sebatas ilusi, sebagaimana kutipan terkenal yang disampaikan oleh George Bernard Shaw, seorang sastrawan dan politikus terkenal berasal dari Irlandia. Sehingga pesan-pesan yang disebarkan tidak diterima oleh wajib pajak sebagaimana mestinya. Atau kurang melekat di ingatan. Keberadaan studio ini bukan sekadar untuk mengintensifkan komunikasi antara KPP Pratama Probolinggo dengan wajib pajak atau memberikan sarana penyediaan informasi yang berkelanjutan. Namun juga mengurangi kelemahan komunikasi secara daring.
Menjaga jarak secara fisik harus diterapkan di masa pandemi, mendekatkan jarak lewat komunikasi intensif jangan sampai terlewati.
*Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi penulis bekerja
- 448 views